http://perikanantawar.blogspot.com/
Ikan Air Tawar Kaya Protein dan Vitamin
Thu, 26 Jul 2012 04:30:00 +0000
Kandungan gizi ikan air tawar cukup tinggi dan hampir sama dengan ikan air laut, sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah cukup. Tingginya kandungan protein dan vitamin membuat ikan yang  sangat membantu pertumbuhan manusia. Dibandingkan dengan negara-negara lain, konsumsi ikan per kapita per tahun di Indonesia saat ini masih tergolong rendah, yaitu 19,14 kg. Hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan. Untuk mengatasi masalah rendahnya konsumsi ikan laut akibat harganya yang relatif mahal, perlu upaya pengembangan ikan air tawar.
Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Mengingat besarnya peranan gizi bagi kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk diet di masa yang akan datang. Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu ikan air laut, air tawar, dan air payau atau tambak. Ikan yang hidup di air tawar dan air laut sangat banyak, sehingga dibedakan menjadi golongan yang dapat dikonsumsi dan ikan hias.
Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah, atau rawa. Jenis ikan air tawar yang umum dikonsumsi adalah sidat, belut, gurame, lele, mas, nila merah, tawes, karper, nilem, tambakan, sepat siam, mujair, gabus, toman, betok, jambal, dan jelawat.

Budi Daya Air Tawar
Keberhasilan usaha perikanan air tawar ditentukan oleh faktor lingkungan. Tanah liat atau lempung sangat baik untuk pembuatan kolam. Demikian pula untuk tanah beranjangan atau terapan dengan kandungan liatnya 30 persen. Kedua jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap cita rasa ikan, misalnya bau tanah atau lumpur. Hal lain yang sangat penting diperhatikan dalam budi daya ikan air tawar adalah mutu air. Sumber air bisa berasal dari air sungai, hujan, atau tanah. Mutu air yang diperlukan untuk budi daya ikan air tawar haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut: oksigen terlarut sekitar 5-6 ppm, karbondioksida terlarut kurang dari 25 ppm, pH antara 6,7-8,6, suhu 25-30oC dengan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 5oC, serta tidak tercemar bahan kimia beracun, minyak, atau limbah pabrik. Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan karena endapan lumpurnya terlalu tebal dan pekat, sehingga dapat mengganggu penglihatan ikan dalam air dan menyebabkan nafsu makannya berkurang. Semakin banyak dan beragam biota air yang terdapat di dalam perairan, semakin tinggi tingkat kesuburannya.

Budi daya ikan air tawar lebih mudah dibandingkan dengan ikan air laut. Sebagai contoh budi daya ikan mas sangat mudah sekali dilakukan karena toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi. Meski demikian, dalam kenyataannya perkembangan ketersediaan dan konsumsi ikan air laut lebih besar daripada ikan air tawar. Kendala utama budi daya ikan air tawar adalah diperlukan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Komponen biaya meliputi: persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan, dan pendederan. Biaya lain yang dianggap cukup tinggi adalah untuk pakan dan pemeliharaan terhadap hama dan penyakit ikan.

Penyimpanan Segar
Ikan air tawar umumnya diperdagangkan dalam keadaan masih hidup. Hal ini sangat menguntungkan karena mutunya masih sangat terjaga baik. Dengan alasan kepraktisan, banyak orang membeli ikan air tawar dalam jumlah banyak dan menyimpannya di rumah untuk berbagai keperluan. Namun, ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah mengalami kerusakan. Berbagai jenis bakteri dapat menguraikan komponen gizi ikan menjadi senyawa-senyawa berbau busuk dan anyir, seperti indol, skatol, H2S, merkaptan, dan lain-lain. Beberapa bakteri patogen (penyebab penyakit), seperti Salmonella, Vibrio, dan Clostridium, sering mencemari produk perikanan.

Beberapa faktor penyebab kerusakan ikan air tawar adalah:
 1. Kadar air cukup tinggi (70-80 persen dari berat daging) yang menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dan berkembang biak.
 2. Secara alami, ikan mengandung enzim yang dapat menguraikan protein menjadi putresin, isobutilamin, kadaverin, dan lain-lain, yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap.
 3. Lemak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh ganda yang sangat mudah mengalami proses oksidasi atau hidrolisis yang menghasilkan bau tengik.
 4. Ikan mempunyai susunan jaringan sel yang lebih longgar, sehingga mikroba dapat dengan mudah mengggunakannya sebagai media pertumbuhan.
 Sifat ikan yang sangat mudah rusak ini akan diperberat lagi oleh kondisi penanganan pascapanen yang kurang baik. Kerusakan mekanis dapat terjadi akibat benturan selama penangkapan, pengangkutan, dan persiapan sebelum pengolahan.
 Gejala yang timbul akibat kerusakan mekanis ini antara lain memar (karena tertindih atau tertekan), sobek, atau terpotong. Kerusakan mekanis pada ikan ini tidak berpengaruh nyata terhadap nilai gizinya, tetapi cukup berpengaruh terhadap penampilan dan penerimaan konsumen.
Pada dasarnya penanganan dan pengolahan ikan bertujuan untuk mencegah kerusakan atau pembusukan. Upaya untuk memperpanjang daya tahan simpan ikan segar adalah melalui penyimpanan dalam lemari pendingin atau pembeku, yang mampu menghambat aktivitas mikroba atau enzim. Setiap penurunan suhu 8oC menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme berkurang menjadi kira-kira setengahnya.

Oleh karena itu, makin rendah suhu penyimpanan ikan, makin panjang daya simpannya. Penyimpanan dingin dalam lemari es (refrigerator) hanya mampu memperpanjang umur simpan ikan hingga beberapa hari, sedangkan dalam lemari pembeku (freezer) akan membuat awet hingga berbulan-bulan, tergantung suhu yang digunakan.

Penyimpanan pada suhu rendah (pendinginan dan pembekuan) tidak dapat membunuh semua mikroorganisme, tetapi menghambat pertumbuhannya. Oleh karena itu, ikan yang akan disimpan pada suhu rendah harus dibersihkan terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah mikroorganisme awal yang ada pada bahan tersebut.

Proses pembersihan tersebut dikenal dengan istilah penyiangan, yaitu pembuangan bagian kulit, insang, dan bagian dalam ikan (jeroan). Bagian-bagian tersebut perlu dibuang karena merupakan sumber utama mikroba pembusuk pada penyimpanan ikan.

Menangkap Ikan Kakap Merah
Thu, 26 Jul 2012 04:26:00 +0000
Ikan kakap merah merupakan ikan dasar yang selalu berkelompok menempati karang, tandes atau rumpon. Ikan kakap merah yang mempunyai nama inggris red snapper hampir bisa ditemui semua lokasi di Indonesia bahkan di dunia. Ikan yang biasanya memiliki nama latin depannya Lutjanus termasuk dalam family Lutjanidae. Soal jenisnya kakap sendiri ada banyak macam spesiesnya, namun pada rubrik ini kami hanya membahas spesies kakap pada umumnya. Lantaran warna ikan ini merah, orang-orangpun menyebutnya dengan nama kakap merah.
Bentuk tubuhnyanya bulat pipih memanjang  dengan mempunyai sirip di bagian punggung. Di bawah perut juga terdapat sirip. Di bagian dekat anal juga terdapat sirip analnya.  Sebagai ikan penguasa karang, ikan kakap dilengkapi dengan gigi untuk mengkoyak mangsanya.  Karakternya dalam menyergap mangsanya, ikan kakap biasanya bersembunyi di balik karang atau rumpon dan mengambil lokasi tepat di muka arus. Ketika ada makanan apa saja yang hanyut langsung disergapnya untuk mengisi perutnya. Ikan-ikan yang paling besar di kawasanya selalu berada paling depan untuk memburu makanan, sedangan yang ukuran sedang memilih ‘sisa-sisa’ setelah yang besar puas makan. Maka janganlah heran bila memancing ikan kakap merah, bila pertama kali pancingan putus, ikan kakap yang besar akan kabur dan panik lantas diikuti dengan kawan ikan yang lebih kecil untuk bersembunyi. Kejadian ini oleh mania mancing sering disebut dengan cara guyonan si kakap manggil ‘kodim’ alias ‘komandan distrik-nya’ untuk kabur. Karakternya yang suka menyergap mangsa dari balik batu karang tempat persembunyiannya lalu kembali bersembunyi itulah, membuat ada ungkapan peribahasa  soal penjahat kelas kakap, alias memangsanya tidak tanggung-tanggung. Ikan kembung, como, tembang, cumi utuh bisa dicaploknya sekaligus. Cara makannya pun tergolong unik. Ikan ini tidak menyergap namun menghisap dengan mulut lebarnya.

Lokasi kakap merah
Ikan kakap memang senang menempati tandes, karang, kapal tenggelam maupun rumpon. Sebagai ‘penguasa’ lokasi tersebut ikan kakap merah dengan leluasanya berkembang biak dan mencari makan di sana.  Jika lokasi tersebut tidak disambangi oleh mania mancing ikan kakap akan terus beranak pinak hingga jumlahnya sangat banyak. Namun kenyataannya para mania mancing lebih pintar untuk mendeteksi dimana lokasi ikan tersebut berada dengan menggunakan depth sounder warna. Biasanya jika di sekitar dasar perairan berupa lumpur  (tampak campuran warna merah, kuning , hijau dan biru) terdapat struktur  karang (warna dominan merah), biasanya merupakan lokasi mancing potensial. Jika anda menemukan ciri-ciri lokasi terdapat struktur karang,  di sekitar lumpur yang bentuknya menyerupai kerucut terbalik, atau oleh mania mancing disebut dengan nama tandes buntut, maka biasanya yang menghuni adalah ikan kakap merah berukuran besar dengan bobot 5 kg – 8 kg, namun jumlahnya  kurang dari 10 ekor. Paling mudah menemukan lokasi kakap adalah di rumpon atau kapal tenggelam. Jika rumpon terawat bagus, bisa terisi oleh ratusan kakap merah ukuran 2 – 4 kg. 


Mancing Kakap Merah 
Untuk memancing kakap merah, anda harus menguasai kaidah mancing dasar (bottom fishing) seperti pada umumnya. Kaidah pertama, jika anda ingin sukses maka kapal sebaiknya dilengkapi dengan Global Position System (GPS) sebagai penunjuk koordinat rompon, tandes, karang, kapal tenggelam atau lokasi yang lainnya. Selain itu, kapal juga harus dilengkapi dengan depth sounder (kalau bisa warna) untuk mengetahui struktur dasar perairan. Kaidah kedua adalah saat kapal berjalan sebaiknya anda tetap menghidupkan depth sounder maupun GPS. Fungsinya adalah ketika kapal melintasi  lokasi-lokasi yang dihuni kakap yang ditunjukkan oleh depth sounder maka kita bisa langsung merekamnya dalam memori GPS.  Kaidah ketiga, jika ciri-ciri tandes, karang, rumpon atau kapal tenggelam terekam dalam fish finder segera lakukan perekaman koordinat dalam GPS. Setelah, pastikan dan periksa lokasi tersebut dengan cara kapal memutar dan mendeteksi sekali lagi. Kaidah keempat, setelah lokasi yang menjadi ciri ikan kakap berada ditemukan selanjutnya adalah anda harus menyiapkan pelontang yang terdiri dari plontang utama dan anak plontang. Masing-masing plontang sebaiknya dilengkapi dengan bendera sebagai penunjuk arah angin. Setelah plontang disiapkan dengan tali sesuai kedalaman,  suruhlah kru kapal untuk bersiap melemparkan plontang  ketika kapal melintas tepat di atas lokasi yang kita temukan. Kaidah kelima, adalah melabuh jangkar.

Dalam hal melabuh jangkar kapten kapal harus  berpedoman pada plontang. Plontang utama akan tersambung ke anak plontang menunjukkan arah arus. Dimana arah arus selalu menuju dari plontang utama ke anak plontang.  Jadi dalam hal melabuh jangkar, kapal harus lurus berada di depan plontang utama. Untuk jaraknya dekat dan jauh labuh jangkar harus disesuaikan dengan arus. Semakin arusnya kencang maka labuh jangkar harus agak jauh. Pertimbangannya adalah umpan harus tepat jatuh di lokasi tandes, rumpon atau kapal tenggelam. Jika umpan jatuhnya terlalu kejauhan atau kependekan, maka ikan tidak mudah kita dapatkan. Nah, jika semua kaidah dijalankan dengan besar, peluang keberhasilan mendapat ikan kakap merah besar. 


Peralatan Mancing
Meski ikan kakap merah bisa dipancing dengan menggunakan semua kelas piranti mancing atau bahkan dengan cara handline bisa, namun untuk mendapatkan sensasi dalam pertarungan melawan ikan kakap merah sebaiknya menggunakan piranti mancing kelas ringan (light tackle) dengan kenur kelas 2 – 10 kg. Dalam kelas ringan gunakan juga light spinning dengan 2 – 12 ball bearing. Joran biasanya memiliki panjang 180 – 230 cm. Pilihlah joran degan bahan grafit yang terdiri dua atau satu batang, dengan aksi melengkung  dari tengah sampai ujung (untuk kelas 2-4 kg) atau hanya melengkung  di ujngu untuk kelas 6 – 10 kg. Untuk kenur mono sudah cukup dan sebaiknya menggunakan kenur “IGFA Class”, siapa tahu ikan kakap yang kita pancing masuk rekor sehingga kekuatanya sudah di test.

Sedangkan kail sebaiknya yang berbahan karbon dengan ukuran 3/0-7/0. Setelah semua peralatn siap, lalu pasang jenis umpan baik yang hiduop atau mati namun segar. Umpan yang biasa digunakan ialah cumi-cumi, udang. Sedangkan ikan hidup yang sering digunakan adalah gurisi, kembung, tembang, selar dan lain-lainnya. Setelah umpan diturunkan bersiaplah untuk bertarung dengan kakap merah. Ketika umpan tersambar sekarang tinggal anda sebagai mania mancing untuk memenangkan pertarungan. Ajarlah ikan dengan tenang. Pompa joran ke atas ketika menurunkan joran ikuti dengan menggulung kenur. Lakukan demikian secara terus menerus secara sabar dan tidak usah terburu sampai anda mendapat ikan kakap merah.
Membuat Pakan Lele
Thu, 26 Jul 2012 04:24:00 +0000
Ikan lele merupakan ikan yang cukup mudah dibudidayakan, karena disamping daya tahan tubuhnya yang cukup kuat, juga ditunjang pola makan yang beragam. Secara umum pakan lele yang sehat adalah pakan yang mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang cukup, langsung saja bahan untuk membuat pakan lele yang harus disiapkan adalah:

1. dedak halus (karbohidrat)
2. tepung kedelai (protein)
3. tepung jagung (karbohidrat)
4. bekicot (protein)
5. cacing (protein)
6. tepung daun pepaya, lamtoro, (protein dan karbohidrat)


komposisi pakan lele
atur aja komposisinya tidak harus semuanya, cukup salah satu dari yang diatas,
1. 1,2,3,dengan porsi 50 :20 :30
2. 1,2,4 dengan porsi 50 :20 :30
3. 1,2,5 dengan porsi 50 :20 :30
4. 1,2,6 dengan porsi 50 :20 :30


cara membuat pakan lele
1. semua bahan dicampur
2. aduk rata dengan air panas
3. lemparkan ke kolam dalam bentuk basah (untuk satu hari saja)
kalau ingin tahan lebih lama di cetak seperti pelet giling aja dengan gilingan daging and dijemur hingga kering,tahan hingga 3 hari(untuk kapasitas kecil ,1-10 kg perhari)

(b)

1. kalau dekat dengan peternakan ayam potong minta aja ayam matinya terus bakar hingga bulunya habis setelah itu lemparkan ke kolam.
2. kalau dekat dengan sawah cari aja belalang yang banyak setelah itu lemparkan hidup2 pasti dimakan sama lele.
3. kangkung.


Membuat pakan lele alternatif adalah seperti dibawah ini:


Pakan Lele Alternatif 2
selain cacing sebagai pakan alternatif lele yang pernah saya terbitkan di kategori perikanan, maka disini saya akan mencoba untuk memberi pakan alternatif lain, yaitu dengan menggunakan pelet.
Untuk praktisnya silahkan membeli pelet dengan kualitas paling rendah dan harga paling murah kemudian tambahkan viterna dan poc, hasilnya buagus banget hampir nggak ada lele yang mati, ikan besar badan daripada kepala, sehat lincah, harganyapun terjangkau karena ini produk madein dalam negri alias ngayojakarto, hasilnya buagus banget hampir nggak ada lele yang mati, ikan besar badan daripada kepala, sehat lincah.
Atau Anda dapat mensiasasti dengan mengkombinasikan pakan pelet dengan ikan laut rucah.
Cara pemberian pakan pakai aplikasi prod Nasa.
POC Nasa, Viterna & Hormonik. semua campur jd 1 kemudian setiap pemberian pelet utk 4kg cukup campur 1 ttp viterna cmpr dgn air 1liter biarkan meresap krng lbh 5mnt baru di kasih.
Hasilnya ikan lebih sehat dan pertumbuhanya lbh cepat sehingga bisa lbh hemat pakan.


Pakan lele Alternatif 3
TEPUNG TERI
TEPUNG UDANG
TEPUNG DARAH.
TEPUNG IKAN
TEPUNG KEDELAI
TEPUNG JAGUNG TEPUNG SINGKONG
MINYAK IKAN.
TEPUNG KANJI 

Bila di tempat anda sulit mencari bahan2 di atas, anda bisa membuatnya dengan 3bahan yg ada di atas. Misal : TEPUNG IKAN, MINYAK IKAN DAN JAGUNG GILING. bisa juga di tambah tepung kanji agar bahan bisa merekat.
Kenapa minyak ikan harus ada? Karena minyak ikan adalah salah satu penambah nafsu makan. kadang ikan tak mau makan pelet buatan sendiri karena tidak di campur dengan minyak ikan. jadi minyak ikan bisa dikatakan bahan utama dlm pembuatan pelet sendiri.

Campur ketiga bahan tersebut sampai merata lalu tuangkan air hinga menjadi seperti pasta. dan ingat! usahakan dlm pembuatan pelet sebaiknya jangan terlalu encer.
kemudian anda masukan kemesin cetak, klo tidak punya mesin bisa anda buat seperti cacing dengan tangan anda sendiri lalu potong pendek-pendek. setelah itu bisa anda keringkan.
bila pelet / pakan ikan sudah kering atau sudah siap untuk di jadikan makanan ikan lele, taburkan secukupnya pada pagi dan sore hari.
Selamat mencoba. 
Bisnis Ikan Arwana
Thu, 26 Jul 2012 04:19:00 +0000
Ikan Arwana Merah, yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiah
Arwana termasuk famili ikan “karuhun”, yaitu Osteoglasidae atau famili ikan “bony-tongue” (lidah bertulang), karena bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi. Arwana memiki berbagai julukan, seperti: Ikan Naga (Dragon Fish), Barramundi, Saratoga, PlaTapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkelese, Aruwana, atau Arowana, tergantung dari tempatnya.
Bentuk dan penampilan arwana termasuk cantik dan unik. Tubuhnya memanjang, ramping, dan “stream line”, dengan gerakan renang sangat anggun. Arwana di alam mempunyai variasi warna seperti hijau, perak, atau merah. Pada bibir bawahnya terdapat dua buah sungut yang berfungsi sebagai sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan air. Sungut ini termasuk dalam kriteria penilaian keindahan ikan.
Potensi pertumbuhan arwana cukup besar, terutama dengan pemberian pakan berkadar protein tinggi. Pertumbuhan arwana di akuarium mencapai 60 cm, sedangkan di alam mencapai lebih dari 90 cm. Jenis arwana asal Amerika Selatan dapat tumbuh hingga 270 cm.
Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder), ditunjukkan oleh betuk mulut. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Arwana dapat menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting ketinggian 1-2 meter dari permukaan air. Maka pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik.
Arwana merupakan ikan tangguh yang dapat hidup hingga setengah abad. Permintaan yang tinggi dengan ketersediaan alam yang terbatas menyebabkan eksploitasi di alam dibatasi. CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) menetapkan bahwa ikan Arwana Asia sebagai ikan yang mendapat perlindungan tertinggi. 


Berbagai jenis Arwana Asia antara lain:


1. Merah
Arwana merah berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut. Akan tetapi kondisi mineral, lingkungan air gambut (black water), dan banyaknya cadangan pangan yang memadai telah mengkondisikan pengaruh yang baik terhadap evolusi warna pada ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga menyebabkan terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warnah merah yang lebih intensif, dan warna dasaryang lebih pekat.
Warna merah penuh tampak pada sirip ikan muda, pada bibir dan juga sungut. Menjelang dewasa, warna merah akan muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, terutama pada tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga tubuh ikan terlihat berwarna merah.
Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red). Keempat varietas ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan dua varietas terakhir lebih sering di anggap sebagai super red dengan grade lebih rendah.
Perbedaan antara varitas merah cabai dan merah darah dijabarkan pada tabel berikut :

Arwana Merah Cabai
Arwana Merah Darah
Tampilan Warna Seperti merah cabai Seperti merah darah
Bentuk fisik Bentuk tubuh lebih lebar, kepala berbentuk sendok lebih panjang dan lebih ramping
Lebar tubuh relatif tetap hingga menjelang pangkal ekor, bingkai sisik yang lebih tebal menyempit secara gradual
Warna mala Mata merah dan lebar sehingga pinggiran matanya seakan menyentuh bagian atas kepala dan bagian rahang bawahnya mata lebih putih dan lebih kecil
Bentuk ekor Seperti intan (diamond) Seperti kipas
Warna pada usia muda cenderung memiliki warna dasar hijau dengan kilap metalik yang pekat memiliki kilap lebih lemah dan cenderung mirip dengan RTG muda; Bentuk tubuh lebih bulat
Pertumbuhan Lebih lambat Lebih cepat
Ciri morfologi fisik kedua jenis tersebut sudah nampak saat masih muda sehingga dapat dijadikan pedoman dalam membedakan kedua varitas tersebut.
Perkembangan warna antara Merah Cabai dan Merah Darah diketahui juga berbeda. Perbedaan waktu dalam pencapaian warna merah penuh adalah 1-2 tahun. Namun kedua varitas melalui tahapan perkembangan warna yang relatif sama yaitu melalui transisi warna orange. Beberapa arwana merah mempunyai warna pucat hingga sampai 8 tahun, baru kemudian berubah ke merah penuh dalam waktu 1 bulan. Menduga potensi arwana merah memerlukan kesabaran dan usaha yang diperoleh dari pengalaman dan kesabaran.
Varietas Merah Orange (Orange Red) merupakan salah satu varietas yang umum dijumpai. Pada saat dewasa sisik tubuhnya menunjukkan warna orange. Dibandingkan dengan Chilli Red dan Blood Red, sirip dan ekor varietas ini tidak semerah keduanya.
Merah Emas (Golden red) merupakan varietas warna lain yang umum dijumpai disamping merah orange (Orange Red). Varietas ini merupakan varietas dengan grade paling rendah. Setelah dewasa warna badannya hanyalah emas kekuningan. Warna bibir dan sirip tidak semerah Super Red, tetapi berwarna merah muda atau merah jambu.


2. Golden (Cross Back, Cross Back Golden,CBG)
Golden varietas cross back merupakan bagian dari varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia, seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Oleh karena itu, mereka sering diberikan julukan sesuai dengan tempat asalnya, seperti Golden Pahang, Bukit Merah Blue atau Malaysian Gold. Disebut sebagai cross back, karena varietas ini saat dewasa memiliki warna emas penuh hingga melewati punggungnya. Varietas ini harganya relatif lebih mahal bahkan paling tinggi dibandingkan lainnya karena termasuk jarang ditemui.
CBG dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan warna dasar sisik, yaitu Purple-Based (warna dasar ungu), Blue-Based (warna dasar biru), Gold Based (warna dasar emas), dan Silver-Based (warna dasar perak). Arwana Gold dengan warna dasar emas diketahui dapat mencapai warna penuh pada usia lebih muda dibandingkan dengan varietas lain.


3. Golden (Ekor Merah, Red Tail Golden, RTG).
Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekan Baru, Sumatera. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris ke empat sisik (baris sisik dihitung dari bawah, perut), atau lebih baik bisa mencapai baris ke lima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Begitu pula dengan warna bibir, ekor, dan sirip, kedua varietas ini memiliki keragaan yang sangat mirip. RTG muda memiliki warna lebih kusam dibandingkan dengan varietas cross back muda.
RTG boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan CBG dapat tumbuh lebih besar, dan juga lebih agresif. Jumlahnya di alam relatif lebih banyak dibandingkan dengan CBG, meskipun demikian tetap merupakan varietas yang dilindungi CITES.
CBG sekilas mirip dengan ikan arowana golden red yang berasal dari negara kita. Perbedaan yang sangat mencolok dapat dilihat jika ukuran ikan sudah agak besar dengan ukuran 20 cm lebih. Pada CBG warna emas menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian punggung ikan ditutupi oleh ring yang berwarna keemasan. Sedangkan pada golden red (RTG) punggung nya tidak. berwarna keemasan tapi tetap hitam (kelabu).
Membedakan CBG dan RTG pada ukuran kecil (10-12 cm) sulit dilakukan dan perlu kehati-hatian. Perbedaan harga juga sangat mencolok. Harga CBG ukuran 12 cm dihargai lebih dari 10 juta, ukuran 20-25 cm berkisar 15-25 juta. Golden red berukuran 12 cm dihargai 2 juta, sedangkan ukuran 20-25 cm dihargai 2.5-3.5 juta.


4. Arwana Hijau
Arwana hijau ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja, dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Variasi penampakandan warna bisa saja ditemukan di masing-masing daerah. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya berwarna kelabu kehijauan dangan pola garis-garis berwarna gelap pada ekor. Kepala dan mulutnya lebih besar dan lebih membulat dibandingkan dengan jenis arwana asia lainnya.


5. Banjar Merah
Banjar Merah boleh dikatakan merupakan varietas arwana merah kelas 2 dan diketahui bukan merupakan strain murni arwana merah. Penampakannya ditunjukkan oleh warna sirip yang orange pucat, ekor berwarna orange atau kuning, dan tidak memiliki warna merah di badan maupun di pipi. Sepintas Banjar Merah muda sangat mirip dengan Arwana Merah muda, sehingga tidak jarang hal ini dapat mengecoh para hobiis baru. Banjar dicirikan juga oleh bentuk kepala yang cenderung membulat dengan mulut yang tidak terlalu lancip. Perbedaan lain dapat dilihat pada tabel berikut :
Banjar Merah
Arwana Merah Muda
Warna sirip warna sirip yang lebih muda atau cenderung orange-merah pucat. merah pekat merata pada seluruh permukaan
Warna sisik Kuning atau kehijauan Mengkilap
Bingkai sirip dan tutup insang Pink tua atau seperti karat, setelah dewasa menjadi jingga atau merah Tidak ada tampilan seperti pada Banjar
Apabila ragu dalam memilih arwana, bawalah seorang yang telah berpengalaman memelihara arwana atau belilah arwana yang telah disertifikasi dan memiliki sertifikat yang sah.


6. RED SPOTTED PEARL VS JARDINI
Arowana irian (jardini) ada 2 macam. Yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara merah. Jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas serta lebih sulit ditemui.
Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau, mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Cross back dan golden red; red spotted pearl dan jardini adalah kerabat, dengan perbedaan lingkungan yang mempengaruhi performa.
Perbedaan yang sangat mencolok adalah pada red spotted pearl, mutiara merah bertaburan secara mencolok pada tubuhnya. Sedangkan pada arowana jardini di mutiara di badannya tidak semencolok arowana red spotted pearl dari australia. Harga jardini (mutiara merah,warna dasar hijau) 12-15 cm dijual dengan kisaran harga 60-80 ribu rupiah, sedangkan arowana red spotted pearl karena langka di Indonesia dihargai 1.3-1.5 juta rupiah.
Arwana tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Tetapi sensitif terhadap perubahan kualitas air, terutama terhadap peningkatan kadar amonia, nitrit dan nitrat.
Parameter Air.
pH. Arwana dapat hidup pada selang pH cukup lebar. Namun disarankan agar mereka dipelihara sesuai dengan kondisi aslinya di alam yaitu pada selang pH netral sampai agak masam (pH 6.0 -7.0).
Kesadahan. Arwana berasal dari perairan dengan kesadahan rendah, oleh karena itu direkomendasikan untuk memeliharanya pada selang kesadahan ini (GH 8°). Arwana silver dapat hidup pada kisaran GH 4-10.
Temperatur. Arwana direkomendasikan untuk diperlihara pada selang suhu 26 – 30 °C. Seperti halnya jenis ikan yang lain, hindari terjadinya perubahan suhu mendadak. Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan shock pada ikan yang bersangkutan, dan dapat memicu berbagai masalah. Suhu terlalu tinggi untuk jangka waktu lama diketahui dapat menyebabkan tutup insang menggulung, hal ini tentu akan sangat menggangggu keindahan ikan tersebut.
Pencahayaan. Sebaiknya di area terang tanpa sinar matahari secara langsung.
Arwana bukan termasuk ikan yang sulit dipelihara, hanya perlu beberapa saat setiap hari atau beberapa jam setiap minggu untuk merawat dan mencek kondisi ikan dan lingkungannya. 


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara arwana :
Wadah1. Kolam
Pemeliharaan induk arwana sebaiknya dilakukan di kolam. tanah. Lokasi untuk kolam perlu mempetimbangkan :

  • Tanah
    Jenis Tanah yang baik adalah tanah Nat berlempung yang dapat menahan air dan mendukung pertumbuhan pakan alami.


  • Topografi
    Perbedaan derajat kemiringan antara saluran pemasukan dan pengeluaran maksimal 1%.


  • Air
    Suplai air yang memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang dibutuhkan.

  • Kolam yang ideal berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal 10x10m2. Persiapan kolam sebelum tanam yaitu :

  • Pengeringan kolam hingga dasar retak-retak


  • Pembalikan dasar kolam, perbaikan pematang


  • Pengapuran dengan dosis 50-100 gram/m2


  • Perngisian air setinggi 100 cm

  • Hujan deras dapat mengakibatkan perubahan mendadak kualitas air. Untuk mencegah kematian ikan, ganti air (setelah hujan berhenti) minimal 30% dari total volume air.
    2. Akuarium
    Sebagai ikan hias, arwana dapat dipelihara dalam akuarium. Secara umum, semakin besar ukuran akuarium akan semakin baik, karena arwana memerlukan ruang gerak yang cukup luas. Ukuran akuarium minimal 3 kali dari panjang ikan dengan lebar 1. 5 kali panjang ikan. Akuarium ditempatkan di area yang jauh dari gangguan, untuk menghindari stress pada ikan. Tutup akuarium dengan tutup yang rapat dan kuat karena arwana dapat melompat atau mendorong tutup ke luar akuarium.
    Setelah arwana berumur 4 bulan, pemeliharaan mulai dilakukan secara terpisah pada akuarium ukuran 75 x 45 x 45 cm untuk menghindari perkelahian antar ikan. Pemeliharaan 2-3 ekor arwana dalam satu akuarium perlu dihindari, mengingat sifat agresif akan menyebabkan perkelahian. Namun diperbolehkan pemeliharaan 6 ekor sekaligus, karena sifat agresif arwana menjadi sangat berkurang.
    Untuk merangsang keluarnya warna yang bagus dan pembentukan kromatofora, perlu diberikan pencahayaan buatan minimal 10-12 jam per hari. Hindari penyalaan lampu secara mendadak, yang bisa menyebabkan panik, sehingga ikan menabrak kaca atau benda lainnya dalam akuarium dan ikan menjadi terluka. Manipulasi pencahayaan sering dapat menimbulkan pantulan warna ikan dengan lebih baik. Letakkan lampu di bagian depan akuarium, dan set sudut reflektor sedemikan rupa sehingga bisa memberikan pantulan yang optimal. Banyak pilihan lampu dijual dipasaran dengan spektrum bervariasi, lampu berspektrum penuh akan secara alamiah memantulkan wama-warna alami dari ikan.
    Pada waktu 6-7 bulan setelah ikan dapat berenang bebas, ukuran mencapai 20-25 cm dan dapat dipasarkan.
    Perawatan Akuariurn
    Sebagai karnivora, arwana akan memproduksi kotoran dalam jumlah relatif banyak dengan kandungan unsur nitrogen tinggi. Oleh karena itu, kadar amonia, nitrit, dan nitrat dalam akuarium arwana sering kali menjadi masalah.
    Penggantian air dilakukan untuk memperbaiki kualitas air yang telah menurun akibat banyaknya kotoran ikan. Oleh karena itu dalam penggantian air yang menggunakan sistem siphon (menggunakan selang air) sekaligus untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran ikan dan juga kotoran yang melekat pada kaca. Penggantian air cukup dilakukan 2 atau 4 minggu sekali dan tidak perlu seluruh air diganti tetapi cukup sejumlah 30-50 % dari total air. Perlu diperhatikan bahwa suhu dan pH air pengganti harus relatif sama dengan air akuarium. Hindari terjadinya fluktuasi kualitas air saat melakukan penggantian air.
    Bersamaan dengan penggantian air dilakukan juga pembersihan media filter mekanik yang digunakan.
    Pakan hidup merupakan jenis pakan utama bagi arwana yang termasuk karnivora. Pakan yang diberikan hendaknya bervariasi untuk menekan resiko kekurangan gizi tertentu.
    Beberapa jenis pakan yang sering diberikan pada arwana adalah ikan hidup, udang hidup, potongan udang segar, potongan daging ikan segar, serangga (jangkrik, kecoa, kelabang), cacing/ulat (cacing sutera, cacing tanah, cacing darah, ulat hongkong) dan kodok.
    Penggunaan pakan hidup perlu didahului dengan tindakan karantina yang memadai untuk menghindari masuknya bibit penyakit. Terutama pakan hidup yang berasal atau hidup dalam air, seperti udang, ikan, atau kodok. Hindari memberikan serangga atau kodok mati, kecuali anda yakin betul tidak berasal dari area tercemar insektisida.
    Sebelum memberikan pakan hidup, bagian-bagian tubuh pakan yang diperkirakan dapat melukai mulut ikan dibuang terlebih dahulu. Seperti kaki belakang kecoa dan jangkrik, atau rostrum (duri pada kepala) udang. Dapat juga pakan hidup tersebut dilemahkan sebelum diberikan pada ikan, agar tidak terjadi “kejar-mengejar” berlebihan dalam ruang akuarium yang sempit. Arwana yang mengalami kelebihan pakan dalam jangka lama, akan kehilangan nafsu makan selama beberapa hari bahkan beberapa minggu.
    Pakan buatan merupakan hasil ramuan dengan komposisi yang mencukupi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan arwana dengan cara melatih dan membiasakan agar arwana mau memakannya.


    Teknik Pemisahan Skala Kecil di Kolam Semen
    1. Pemeliharaan Induk
    Induk dipelihara dalam kolam berukuran 5 x 5 m dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Kolam ditutup plastik setinggi 0,75 m untuk mencegah lompatan ikan.
    Ruangan pemijahan dibangun di pojok perkolaman dan ditambah dengan beberapa kayu gelondongan untuk memberikan kesan alami. Batu dan kerikil dihindari karena dapat melukai ikan atau dapat tercampur pakan secara tidak sengaja.
    Kolam pembesaran dibangun di area tenang dan ditutup sebagian, dan dijauhkan dari sinar matahari langsung. Induk dipelihara dalam kolam pembesaran hingga mencapai matang gonad.
    Pengelolaan Kualitas Air
    Kualitas air dijaga agar mendekati lingkungan alami arwana yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Penggantian air dilakukan sebanyak 30-34% dari total volume dengan air deklorinisasi.
    Pemberian Pakan
    Keseimbangan gizi sangat penting bagi kematangan gonad dan pemijahan. Induk diberikan pakan bervariasi yang mengandung kadar protein tinggi. Pakan diberikan setiap hari dalam bentuk ikan/udang hidup atau runcah, dan ditambah pelet dengan kadar protein 32 %. Jumlah pemberian pakan per hari adalah 2 % dari bobot total tubuh.
    Kematangan gonad
    Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-60cm.
    Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya antara bulan Juli dan Desember. Induk jantan di alam akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika larva mulai dapat berenang.
    Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.
    Pembedaan Kelamin
    Juvenil sulit dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.
    Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.
    Kebiasaan Pemijahan
    Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lain jenis. Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).
    Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan, Jantan membuahi telur dan kemudian mengumpulkan telurdi mulitnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm dan kaya akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.
    2. Panen Larva
    Inkubasi telur secara normal adalah membutuhkan 8 minggu. Untuk memperpendek waktu, telur yang sudah dibuahi dapat dikeluarkan dari mulut pejantan 1 bulan setelah pemijahan. Induk jantan ditangkap dengan sangat hati-hati dengan jaring halus lalu diselimuti dengan handuk katun yang basah untuk menghindari ikan memberontak dan terluka.
    Untuk melepaskan larva dari mulut induk jantan, tarik perlahan bagian bawah mulut dan tubuh ditekan ringan. Larva dikumpulkan dalam wadah plastik dan diinkubasikan dalam akuarium. Jumlah larva yang dapat mencapai 25-30 ekor.
    Teknik Pembenihan
    Setelah dikeluarkan dari mulut pejantan, larva diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45x45x90 cm. Temperatur air 27-29 °C menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.
    Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %.
    Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal. Pada tahap ini, pakan hidup pertama harus mulai diberikan untuk mencegah larva saling Ketika ukuran larva mencapai 8,5 cm atau berumur 7 minggu, kuning telur terserap secara penuh dan larva dapat berenang bebas.
    Pemeliharaan Larva
    Tambahan pakan hidup yang dapat diberikan seperti cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut arwana.
    Larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.


    Teknik Transportasi
    Arwana bila gelisah gampang sekali melakukan “jumping” atau menabrak-nabrak. Bila satu saja sisiknya terlepas akan terlihat kurang indah. Juga bisa mengakibatkan sirip robek dan patah.
    Tubuh yang rusak bisa mengalami regenerasi, namun mungkin pula menjadi cacatdan mengurangi keindahan penampilan, apalagi ada hal-hal yg bisa memperparah luka-lukanya (misalnya infeksi, pertumbuhan bekas luka yg lambat/delay). Untuk itu arwana perlu dilumpuhkan agar tidak dapat berontak dalam proses pemindahan antar akuarium maupun transportasi jarak jauh. Dosis pembiusan diatur sedemikian rupa bergantung keperluan. Untuk transportasi jarak jauh, arwana dilumpuhkan gara tidak dapat berontak namun tidak sampai terbalik dan masih bisa berenang. Pemindahan antar arwana akuarium menggunakan dosis ringan, yang penting arwana tidak dapat berontak.
    1. Persiapan Pre-anestesi :

  • Puasakan arwana selama 1-2 hari.


  • Lama puasa bergantung ukuran tubuh, jenis dan kebiasaan arwana buang kotoran (lancar atau tidak). Semakin besar ukuran arwana maka semakin lama waktu puasa, untuk menghindari arwana muntah atau mengeluarkan kotoran.Untuk arwana berukuran kecil (


  • Siapkan air tampungan yang sudah teraerasi minimal 24 jam.


  • Kondisi arwana tidak mengalami gangguan pernapasan, tidak ditemukan kelainan pada tutup insang.


  • Alat dan bahan :
    • Plastik dengan lebar sepanjang badan arwana.
    • Wadah bak untuk tempat kantong plastik yang berisi arwana
    • Air segar, air yang telah diaerasi yg mencukupi minimal 24 jam. Hindari bahan-bahan kimia lain yang terlarut.
    • Bahan : Aquadine” cair
    Prosedur Pelaksanaan :

  • Tangkap arwana dalam akuarium dengan tenang kantong plastik.


  • Masukkan cairan bius dalam plastik kira-kira 1 cc/lt.


  • Bila sudah terlihat tidak bisa melompat, angkat kantong plastik.


  • Perhatikan apakah perlu ditambahkan lagi cairan bius untuk
    menurunkan kesadaran sampai arwana menjadi terbalik, tunggu reaksi bius beberapa menit.


  • Jaga arwana selalu tenggelam dalam air, untuk menghindari kembung.


  • Bila sudah tidak berontak, perhatikan gerakan tutup insang harus terlihat bergerak. (Dalam waktu kurang dari 5 menit, arwana mulai gelisah dan kehilangan keseimbangan dan tidak banyak bergerak. Karena bagian tubuhnya yg berat ada di bagian atas, maka arwana mulai terbalik. Badannya mulai kaku/ kejang. Perhatikan gerakannya, terutama gerakan insang yg menunjukkan masih adanya usaha untuk bernapas.


  • Untuk keperluan foto dan pengukuran, angkat ke tempat yang telah dipersiapkan dan lakukan secepat mungkin, bila terlalu lama di luar air bisa kembung.



  • Paska Pembiusan :
    • Masukkan kembali ke dalam akuarium dengan air yang tidak mengandung bahan kimia lain. Jaga di bawah kucuran air, dalam air dekat permukaan.
    • Arwana mulai siuman, jaga jangan sampai terbentur benda-benda di sekelilingnya.
      Efek samping :
    • Obat bius tanpa pengenceran yang mengenai sisik arwana menyebabkan iritasi selaput lendir dan menimbulkan alergi pada beberapa orang.
    • Bila arwana kembung, bisa disiapkan larutan daun ketapang kering yang tua dituangkan dalam akuarium, suhu dinaikkan level air direndahkan. Arwana yang kembung dicirikan tidak dapat menyelam ke dasardan berenang nungging.
    • Bila pembiusan terlalu dalam biasanya gerakan tubuh mulai jarang, gerakan insang juga demikian. Pembiusan lebih dalam lagi akan mengurangi kekejangan otot, saat tersebut insang juga tidak ada gerakan, ikan berada pada posisi mengambang. Untuk mengatasinya tambahkan air segar untuk mengencerkan dosis obat bius atau di ceburkan ke tank bersih dibawah kucuran air.
    Sumber: Buku Budidaya Ikan Arwana, Direktorat Jenderal P. Budidaya
    Cara Membuat Keramba Ikan
    Thu, 26 Jul 2012 04:02:00 +0000
    Sistem karamba adalah sebuah sistem budidaya ikan yang dilaksanakan didalam sebuah wadah yang terbuat dari bambu maupun jaring.
    Budidaya ikan dengan menggunakan sistem karamba dipelopori oleh para petani ikan yang berada disekitar aliran sungai Cibunut, Bandung pada periode tahun 1940an.
    Berdasarkan letaknya didalam sebuah perairan, sistem karamba dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu karamba dasar, karamba bawah serta karamba sejajar.
    Beberapa jenis ikan air tawar yang ditengarai dapat tumbuh optimal apabila dipelihara dengan sistem karamba adalah ikan mas, ikan bandeng, ikan lele, ikan nila serta ikan mujaer.
    BAGAIMANA MEMBUAT KARAMBA ?
    Beberapa bahan yang harus dipersiapkan sebelum membuat karamba adalah :
    balok kayu dengan ukuran panjang 3 m, lebar 7 cm dan tebal 7 cm, bambu yang telah berusia tua dan berukuran besar serta jaring dengan ukuran mata jaring yang disesuaikan dengan ukuran benih ikan yang akan ditebar.
    Adapun tahap – tahap pembuatan filter alga adalah sebagai berikut :
    1. Pembuatan kerangka karamba dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1 meter.
    2. Jika bahan yang akan digunakan untuk menutupi tiap sisi karamba adalah berupa bambu, maka bambu – bambu tersebut harus memiliki panjang 1 meter dan lebar 4 cm.
    3. Potongan bambu tersebut direkatkan kedalam kerangka karamba dengan menggunakan paku dan kawat.
    4. Untuk setiap karamba, pada bagian tengah sisi atas dan disalah satu sudut bagian depannya dibuat 1 buah pintu yang masing – masing berukuran 40 x 40 cm. Pintu yang terletak disisi atas karamba akan berguna untuk mempermudah operasional panen, sedangkan pintu yang terletak disalah satu sudut bagian depan karamba akan berfungsi sebagai akses dalam memberikan pakan terhadap ikan yang dipelihara.
    KELEBIHAN KARAMBA

    Beberapa kelebihan yang dapat diperoleh sehubungan dengan penggunaan karamba ini adalah :
    1. Ikan dapat lebih terlindung dari serangan hama, sehingga berbagai macam kerugian yang disebabkan oleh hal ini dapat lebih diminimalisir.
    2. Kondisi perkembangan dan kesehatan ikan dapat terpantau dengan lebih baik.
    3. Memberikan pasokan oksigen dalam jumlah yang memadai dikarenakan pergantian air terjadi setiap saat.
    4. Sisa makanan dan kotoran ikan dapat langsung terbuang.
    Jual ikan wader segar hidup
    Tue, 05 Jun 2012 15:53:00 +0000
    jual wader segar hidup kota malang
    Kami menerima pesanan ikan wader segar yang kami jual dalam keaadaan segar, ikan wader hidup sampai tempat pembeli. ikan wader yang kami jual sangat terjamin kualitasnya, tidak mengandung zat aditif atau potas dan sejenisnya. Ikan wader sangat baik untuk konsumsi keluarga, bisa dihidangkan untuk lalapan wader untuk hidangan istimewa, bisa sambal wader ataupun digoreng kering untuk bekal perjalanan keluarga.
    Kami menjual wader segar hidup untuk kota malang saja, harga per 1 kg ikan wader hidup adalah Rp. 50.000 tanpa biaya pengiriman untuk kota malang, dengan minimal pemesanan 1 kg. Bagi yang berminat memesan/ beli ikan wader bisa menghubungi:
    hambali wader telp: 085755899455
    kami sekarang melayani permintaan luar kota untuk wader segar dalam keadaan mati dengan harga  35.000/ kg dengan minimal pengiriman 30 kg, barang kami jamin kualitas kesegarannya


    Maaf karena permintaan terlalu banyak dan barang sedikit tersedia, untuk sementara kami stop. Terima kasih, maaf sebelumnya

    CARA PEMBENIHAN IKAN TAWES
    Thu, 15 Mar 2012 09:58:00 +0000


    Pembenihan ikan tawes memiliki beberapa cara, yakni pembenihan ikan di kolam, pembenihan ikan di sawah dan pembenihan ikan di hapa. Berikut ini membahas Pembenihan Ikan Tawes di kolam.
    1. Memilih Induk
    1) Untuk mendapatkan benih yang berkualitas bagus dengan jumlah yang banyak  perlu dipilih induk yang baik dengan ciri-ciri Ikan Tawes:
    a. Letak lubang dubur relatif lebih dekat ke pangkal ekor
    b. Kepala lebih kecil dan meruncing
    c. Sisik besar dan teratur
    d. Pangkal ekor lebar dan kuat/ kokoh
    2) Ikan tawes jantan dipijahkan setelah umur lebih dari 1
    tahun, dan induk tawes betina pada umur kurang lebih 1,5 tahun.  Tanda-tanda bahwa induk ikan tawes telah matang kelamin dan siap untuk dipijahkan:
    a. Induk Tawes betina
    - Perutnya mengembang kearah genetal (pelepasan) bila diraba lebih lembek
    - Lubang dubur berwarna agak kemerah-merahan
    - Tutup insang bila diraba lebih licin
    - Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan kehitamhitaman.
    b. Induk Tawes Jantan
    - Bila perut diurut dari arah kepala ke anus akan keluar cairan berwarna keputih-putihan (sperma)
    - Tutup insang bila diraba terasa kasar
    2. MEMPERSIAPKAN KOLAM
    1) Kolam pemijahan ikan tawes sekaligus adalah kolam penetasan dan kolam pendederan. Sebelum dipergunakan untuk pemijahan, kolam terlebih dahulu dikeringkan.
    2) Perbaikan pematang dan dasar kolam dibuat saluran memanjang (caren/kamalir) dari pemasukan air  kearah pengeluaran air dengan lebar 40 cm dan dalamnya 20-30 cm.
    3. PELEPASAN INDUK
    1) Induk ikan tawes yang telah terpilih untuk dipijah kemudian diberok  pemberokan dengan penempatan induk jantan dan betina secara terpisah selama 4-5 hari
    2) Setelah diberok kemudian induk ikan dimasukkan ke kolam pemijahan yang telah dipersiapkan
    3) Pemasukan induk ke kolam pada saat air mencapai kurang lebih 20 cm
    4) Jumlah induk yang dilepas induk betina 25 ekor dan induk jantan 50 ekor
    5) Pada sore hari kurang lebih pukul 16.00 air yang masuk ke kolam diperberar sehingga aliran air lebih deras.
    6) Biasanya induk ikan tawes memijah pada pukul 19.00-22.00
    7) Induk yang akan memijah biasanya pada siang hari sudah mulai berkejarkejaran di sekitar tempat pemasukan air.
    4. PENETASAN TELUR TAWES
    1) Setelah induk ikan tawes bertelur, air yang masuk ke kolam diperkecil agar telur-telur tidak terbawa arus, penetasan dilakukan di kolam pemijahan juga
    2) Pagi hari diperiksa bila ada telur-telur yang rnenumpuk di sekitar kolam atau bagian lahan yang dangkal disebarkan dengan mengayun-ayunkan sapu lidi di dasar kolam
    3) Telur ikan tawes biasanya menetas semua setelah 2-3 hari
    4) Dari ikan hasil penetasan dipelihara di kolam tersebut selama kurang lebih 21 hari.
    5. PEMUNGUTAN HASIL BENIH IKAN
    1) Panen dilakukan pada pagi hari
    2) Menyurutkan/mengeringkan kolam
    3) Setelah benih berada dikamalir/dicaren, benih ditangkap dengan menggunakan waring atau seser
    4) Benih ditampung di hapa yang telah ditempatkan di saluran air mengalir dengan aliran air tidak deras
    5) Benih lersebut selanjutnya dipelihara lagi di kolam pendederan atau dijual.
    6. PENDEDERAN
    1) Mula-mula kolam dikeringkan selama 2-3 hari
    2) Perbaikan pematang, pembuatan caren/saluran
    3) Dasar kolam diolah dicangkul, kemudian dipupuk dengan Urea & SP 36 10 gr/m2 dan pupuk kandang 1 - 1,5 kg/m2 tergantung kesuburannya.
    4) Setelah kolam dipupuk kemudian diairi setinggi 2-3 cm dan dibiarkan 2-3 hari kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman 50 cm
    5) Kemudian benih ditebar di kolam pendederan dengan padat tebar 10-20 ekor/m2
    6) Pemeliharaan dilakukan kurang lebih 3 minggu - 1 bulan.
    7) Selanjutnya dapat dipanen dan hasil benih dapat dijual atau ditebar lagi di kolam pendederan II.

    Cara Memijah Pembenihan Ikan Bandeng
    Thu, 15 Mar 2012 06:34:00 +0000
    Pembenihan bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang utama dalam usaha budidaya bandeng di tambak. Teknologi budidaya bandeng di lebih lambat berkembang dibandingkan dengan usaha budidaya udang. Faktor ketersediaan benih ikan bandeng merupakan salah satu kendala dalam menigkatkan teknologi budidaya bandeng.
    Selama ini produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhan budidaya bandeng yang terus berkembang, oleh karena itu peranan usaha pembenihan bandeng dalam upaya untuk mengatasi masalah kekurangan nener tersebut menjadi sangat penting.
    Pemilihan tempat perbenihan bandeng harus mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persyaratan lokasi adalah :
    1) Status tanah dalam kaitan dengan peraturan daerah dan jelas sebelum hatchery dibangun.
    2) Mampu menjamin ketrsediaan air dan pengairan yang memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan oleh;
    - Pergantian air minimal; 200 % per hari.
    - Suhu air, 26,5-31,0 derajat celcius
    - PH; 6,5-8,5.
    - Oksigen larut; 3,0-8,5 ppm.
    - Alkalinitas 50-500ppm.
    - Kecerahan 20-40 cm (cahaya matahari sampai ke dasar pelataran).
    - Air terhindar dari polusi baik polusi bahan organik maupun an organik.
    3) Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan pasang arus perlu diketahui secara rinci.
    4) Faktor-faktor kesuburan perairan, rantai makanan, speciesdominan, keberadaan predator dan kompretitor, serta penyakit endemik harus diperhatikan karena mampu mengakibatkan kegagalan pembenihan. Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan produksi adalah bak penampungan air tawar dan air laut, laboratorium basah, bak pemeliharaa larva, bak pemeliharaan induk dan inkubasi telur serta bak pakan alami.
    a. Bak Penampungan Air Tawar dan Air Laut.
    Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian sedemikian rupa sehingga air dapat didistribusikan secara gravitasi ke dalam bak-bak dan sarana lainnya yang memerlukan air (laut, tawar bersih). Sistim pipa pemasukkan dan pembuangan air perlu dibangun pada bak pemelihara induk, pemeliharaan larva, pemeliharan pakan alami, laboratorium kering dan basah serta saran lain yang memerlukan air tawar dan air laut serta udara (aerator).
    Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan bangunan pemeliharaan larva dan banguna kultur murni plankton serta diatur menghadap ke kultur masal plankton dan dilengkapi dengan sistim pemipaan air tawar, air laut dan udara.
    b. Bak Pemeliharaan Induk
    Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau bulat dengan kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan dapat diletakkan di luar ruangan langsung menerima cahaya tanpa dinding.
    c. Bak Pemeliharan Telur
    Bak perawatan telur terbuat dari akuarium kaca atau serat kaca dengan daya tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan 10.000 butir per liter.
    d. Bak Pemeliharaan Larva
    Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak penetasan telur dapat terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton, sebaiknya berwarna agak gelap, berukuran (4x5x1,5) m3 dengan volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-sudutnya dibuat lengkung dan diletakkan di dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding balik. Untuk mengatasi penurunan suhu air pada malam hari, bak larva diberi penutup berupa terval plastik untuk menyangga atap plastik, dapat digunakan bentangan kayu/bambu.
    Berikut ini adalah bak kolam larva bandeng


    e. Bak Pemeliharaan Makanan Alami, Kultur Plankton  Chlorella sp dan Rotifera.
    Bak kultur plankton  chlorella sp disesuaikan dengan volume bak pemeliharaan larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi beton ditempatkan di luar ruangan yang dapat langsung mendapat cahaya matahari. Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada bagian atasnya agar cahaya juga bisa masuk ke dalam bak untuk melindungi dari pengaruh air hujan.
    Kedalamam bak kultur chlorella sp harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga penetrasi cahaya matahari dapat dijamin mencapai dasar tangki. Kedalaman air dalam tangki disarankan tidak melebihi 1 meter atau 0,6 m, ukuran bak kultur plankton chlorella sp adalah (20 x 25 x 0,6) m3. Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca maupun konstruksi baton yang ditempatkan dalam bangunan beratap tembus cahaya tanpa dinding. Perbandingan antara volume bak chlorella, rotifera dan larva sebaliknya 5:5:1.
    TEKNIK PEMELIHARAN
    1) Persiapan Opersional.
    a. Sarana yang digunakan memenuhi persyaratan higienis, siap dipakai dan bebas cemaran. Bak-bak sebelum digunakan dibersihkan atau dicuci dengan sabun detergen dan disikat lalu dikeringkan 2-3 hari.
    Pembersihan bak dapat juga dilakukan dengan cara membasuh bagian dalam bak kain yang dicelupkan ke dalam chlorine 150 ppm (150 mil larutan chlorine 10% dalam 1 m3  air) dan didiamkan selama 1 sampai 2 jam dan dinetralisir dengan larutan Natrium thiosulfat dengan dosis 40 ppm atau desinfektan lain yi formalin 50 ppm. Menyiapkan suku cadang seperti pompa, genset dan blower untuk mengantisipasi kerusakan pada saat proses produksi.
    b. Menyiapkan bahan makanan induk dan larva pupuk fytoplankton, bahan kimia yang tersedia cukup sesuai jumlah dan persyaratan mutu untuk tiap tahap pembenihan.
    c. Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil, disiplin dan berpengalaman dan mampu menguasai bidang kerjanya.
    2) Pengadaan Induk.
    a. Umur induk antara 4~5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor.
    b. Pengangkutan induk bandeng jarak jauh menggunakan bak plastik. Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi air bersalinitas rendah (10~15)ppt, serta
    suhu 24~25 derajat celcius.  Atau serat kaca dilengkapi aerasi dan diisi `ir barsalinitas rendah (10~15) ppt, serta suhu 24~25 derajat celcius.
    c. Kepadatan induk bandeng selama pengangkutan lebih dari 18 jam, 5~7 kg/m3 air. Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak ditutup untuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas.
    d. Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan atau sampai selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening kembali. Setelah selesai aklimatisasi salinitas segera dinaikan dengan cara mengalirkan air laut dan mematikan pasok air tawar.
    3) Pemeliharaan Induk
    a. Induk berbobot 4~6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan satu ekor per 2~4 m3 dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi aerasi sampai kedalaman 2 meter.
    b. Pergantian air 150 % per hari dan sisa makanan disiphon setiap 3 hari sekali. Ukuran bak induk lebih besar dari 30 ton.
    c. Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak 6~8 % diberikan 2~3 % dari bobot bio per hari diberikan 2 kali per hari yaitu pagi dan masa sore.
    d. Salinitas 30~35 ppt, oksigen terlarut . 5 ppm, amoniak < 0,01 ppm, asam belerang < 0,001 ppm, nirit < 1,0 ppm, pH; 7~85 suhu 27~33 derajat celcius
    4) Pemilihan Induk Bandeng
    a. Berat induk lebih dari 5 kg atau panjang antara 55~60 cm, bersisik bersih, cerah dan tidak banyak terkelupas serta mampu berenang cepat.
    b. Pemeriksaan jenis kelamin dilakukan dengan cara mem-bius ikan dengan 2 phenoxyethanol dosis 200~300 ppm. Setelah ikan melemah
    kanula dimasukan ke-lubang kelamin sedalam 20~40 cm tergantung dari panjang ikan dan dihisap. Pemijahan (striping) dapat juga dilakukan terutama untuk induk jantan.
    c. Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan gonad. Induk yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.
    d. Induk bandeng jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung sperma tingkat III yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyak sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang kelamin.
    5) Pematangan Gonad
    a. Hormon dari luar dapat dilibatkan dalam proses metabolisme yang berkaitan dengan kegiatan reproduksi dengan cara penyuntikan dan implantasi menggunakan implanter khusus. Jenis hormon yang lazim digunakan untuk mengacu pematangan gonad dan pemijahan bandeng LHRH –a, 17 alpha methiltestoteron dan HCG.
    b. Implantasi pelet hormon dilakukan setiap bulan pada pagi hari saat pemantauan perkembangan gonad induk jantan maupun betina dilakukan LHRH-a dan 17 alpha methiltestoteren masing-masing dengan dosis 100~200 mikron per ekor (berat induk 3,5 sampai 7 kg).
    6) Pemijahan Alami.
    a. Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan “diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.
    b. Pergantian air minimal 150 % setiap hari
    c. Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.
    d. Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.
    7) Pemijahan Buatan.
    a. Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk padat diberikan setiap bulan (implantasi).
    b. Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha methyltestoterone pada dosis masingmasing 100-200 mikron per ekor induk (> 4 Kg beratnya).
    c. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan hormon LHRH- a pada dosis 5.000-10.000IU per Kg berat tubuh.
    d. Volume bak 10-20 kedalaman 1,5-3,0 meter berbentuk bulat terbuat dari serat kaca atau beton ditutup dengan jaring dihindarkan dari kilasan cahaya pada malam hari untuk mencegah induk meloncat keluar tangki.
    8) Penanganan Telur Bandeng.
    a. Telur ikan bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung pada salinitas > 30 ppt, sedang tidak dibuahi akan tenggelam dan berwarna putih keruh.
    b. Selama inkubasi, telur harus diaerasi yang cukup hingga telur pada tingkat embrio. Sesaat sebelum telur dipindahkan aerasi dihentikan. Selanjutnya telur yang mengapung dipindahkan secara hati-hati ke dalam bak penetasan/perawatan larva. Kepadatan telur yang ideal dalam bak penetasan antara 20-30 butir per liter.
    c. Masa kritis telur terjadi antara 4-8 jam setelah pembuahan. Dalam keadaan tersebut penanganan dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindarkan benturan antar telur yang dapat mengakibatkan menurunnya daya tetas telur. Pengangkatan telur pada fase ini belum
    bisa dilakukan.
    d. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi telur yang menggunakan larutan formalin 40 % selama 10-15 menit untuk menghindarkan telur dari bakteri, penyakit dan parasit.
    9) Pemeliharaan Larva.
    a. Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran, suhu 27-31 derajat celcius salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan kedalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan dilengkapi system aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara 100 cm batu aerasi.
    b. Larva umur 0-2 hari kebutuhan makananya masih dipenuhi oleh kuning telur sebagai cad`ngan makanannya. Setelah hari kedua setelah ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah menjadi nener.
    c. Pada h`ri ke nol telur-telur yang tidak menetes, cangkang telur larva yang baru menetas perlu disiphon sampai hari ke 8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10 dilakukan pergantian air 10% meningkat secara bertahap sampai 100% menjelang panen.
    d. Masa kritis dalam pemeliharaan larva biasanya terjadi mulai hari ke 3-4 sampai ke 7-8. Untuk mengurangi jumlah kematian larva, jumlah pakan yang diberikan dan kualitas air pemeluharan perlu terus dipertahankan pada kisaran optimal.
    e. Nener yang tumbuh normal dan sehat umumnya berukuran panjang 12- 16 mm dan berat 0,006-0,012 gram dapat dipelihara sampai umur 25 hari saat penampakan morfologisnya sudah menyamai bandeng dewasa.
    10) Pemberian Makanan Alami
    a. Menjelang umur 2-3 hari atau 60-72 jam setelah menetas, larva sudah harus diberi rotifera  (Brachionus plicatilis) sebagai makanan sedang air media diperkaya  chlorella sp sebagai makanan rotifera dan pengurai metabolit.
    b. Kepadatan rotifera pada awal pemberian 5-10 ind/ml dan meningkat jumlahnya sampai 15-20 ind/ml mulai umur larva mencapai 10 hari. Berdasarkan kepadatan larva 40 ekor/liter, jumlah chlorella : rotifer : larva = 2.500.000: 250 : 1 pada awal pemeliharaan atau sebelum 10 hari setelah menetas, atau  = 5.000.000 : 500:1 mulai hari ke 10 setelah menetas.
    c. Pakan buatan (artificial feed) diberikan apabila jumlah rotifera tidak mencukupi pada saat larva berumur lebih dari 10 hari (Lampiran VIII.2). Sedangkan penambahan Naupli artemia tidak mutlak diberikan tergantung dari kesediaan makanan alami yang ada.
    d. Perbandingan yang baik antara pakan alami dan pakan buatan bagi larva bandeng 1 : 1 dalam satuan jumlah partikel. Pakan buatan yang diberikan sebaiknya berukuran sesuai dengan bukaan mulut larva pada tiap tingkat umur dan mengandung protein sekitar 52%. Berupa. Pakan buatan komersial yang biasa diberikan untuk larva udang dapat digunakan sebagai pakan larva bandeng.
    11) Budidaya Chlorella
    Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung produksi larva yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan chlorella skala kecil menggunakan botol kaca/plastic yang tembus cahaya volume 3-10 liter yang berada dalam ruangan bersih dengan suhu 23-25 derajat celcius, sedangkan untuk skala besar  menggunkan wadah serat kaca volume 0,5-20 ton dan diletakkan di luar ruangan sehinggalangsung dengan kepadatan ± 10 juta sel/m3.
    Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke tangkitangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang digunakan sebaiknya pompa benam (submersible) untuk menjamin aliran yang sempurna. Pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta saringan yang bermata jaring 60-70 mikron, berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatanya per milimeter.
    12) Budidaya Rotifera.
    Budidaya rotifera skala besar (HL) sebaiknya dilakukan dengan cara panen harian yaitu sebagian hasil panen disisakan untuk bibit dalam budidaya berikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan dengan cara panen penuh harian (batch harvest). Kepadatan awal bibit (inokulum) sebaiknya lebih dari 30 individu/ml dan jumlahnya disesuaikan dengan volume kultur, biasanya sepersepuluh dari volume wadah.
    Wadah pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca volume 1-10 Ton diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegah kemungkinan mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang dapat mempercepat pertumbuhan chlorella.
    Keberhasilan budidaya rotifera berkaitan dengan ketersediaan chlorella atau Tetraselmis yang merupakan makanannya. Sebaiknya perbandingan jumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 : 1 untuk mempertahankan kepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus tertentu perkembangan populasi rotifer dapat dipacu dengan penambahan air tawar sampai 23 ppt. Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat digunakan ragi (yeast) pada dosis 30 mg/1.000.000 rotifer. Panen rotifer dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring 60-70 mikro berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran
    tersebut. Rotifer yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatannya per milimeter.

    PANEN
    1) Panen dan Distribusi Telur. Dengan memanfaatkan arus air dalam tangki pemijahan, telur yang telah dibuahi dapat dikumpulkan dalam bak penampungan telur berukuran 1x5,5x0,5 m yang dilengkapi saringan berukuran 40x40x50 cm, biasa disebut egg collector, yang ditempatkan di bawah ujung luar saluran pembuangan.
    Pemanenan telur dari bak penampungan dapat dilakukan dengan menggunakan plankton net berukuran mata 200-300 mikron dengan cara diserok. Telur yang terambil dipindahkan ke dalam akuarium volume 30-100 liter, diareasi selama 15-30 menit dan didesinfeksi dengan formalin 40 % pada dosis 10 ppm selama 10-15 menit sebelum diseleksi.
    Sortasi telur dilakukan dengan cara meningkatkan salinitas air sampai 40 ppt dan menghentikan aerasi. Telur yang baik terapung atau melayang dan xang tidak baik mengendap. Persentasi telur yang baik untuk pemeliharaan selanjutnya harus lebih dari 50 %. Kalau persentasi yang baik kurang dari 50 %, sebaiknya telur dibuang. Telur yang baik hasil sortasi dipindahkan kedalam pemeliharaan larva atau dipersiapkan untuk didistribusikan ke konsumen yang memerlukan dan masih berada pada jarak yang dapat dijangkau sebelum telur menetas ( ± 12 jam).
    2) Distribusi Telur.
    Pengangkutan telur dapat dilakukan secara tertutup menggunakan kantong plastik berukuran 40x60 cm, dengan ketebalan 0,05 – 0,08 mm yang diisi air dan oksigen murni dengan  perbandingan volume 1:2 dan dipak dalam kotak styrofoam. Makin lama transportasi dilakukan disarankan makin banyak oksigen yang harus ditambahkan.
    Kepadatan maksimal untuk lama angkut 8 – 16 jam pada suhu air antara 20– 25 0 C berkisar 7.500-10.000 butir/liter. Suhu air dapat dipertahankan tetap rendah dengan cara menempatkan es dalam kotak di luar kantong plastik. Pengangkutan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mencegah telur menetas selama transportasi. Ditempat tujuan, sebelum kantong plastik pengangkut dibuka sebaiknya dilakukan penyamaan suhu air lainnya. Apabila kondisi air dalam kantong dan diluar kantong sama maka telur dapat segera dicurahkan ke luar.
    3) Panen dan Distribusi Nener.
    Pemanenen sebaiknya diawali dengan pengurangan volume air, dalam tangki benih kemudian diikuti dengan menggunakan alat panen yang dapat disesuaikan dengan ukuran nener, memenuhi persyaratan hygienis dan ekonomis. Serok yang digunakan untuk memanen benih harus dibuat dari bahan yang halus dan lunak berukuran mata jaring 0,05 mm (gambar XI.3) supaya tidak melukai nener.
    Nener tidak perlu diberi pakan sebelum dipanen untuk mencegah penumpukan metabolit yang dapat menghasilkan amoniak dan mengurangi oksigen terlarut secara nyata dalam wadah pengangkutan.
    4) Panen dan Distribusi Induk.
    Panen induk harus diperhatikan kondisi pasang surut air dalam kondisi air surut volume air tambak dikurangi, kemudian diikuti penangkapan dengan alat jaring yang disesuaikan ukuran induk, dilakukan oleh tenaga yang terampil serta cermat. Seser / serok penangkap sebaiknya berukuran mata jaring 1 cm agar tidak melukai induk.
    Pemindahan induk dari tambak harus menggunakan kantong plastik yang kuat, diberi oksigen serta suhu air dibuat rendah supaya induk tidak luka dan mengurangi stress. Pengangkutan induk dapat menggunakan kantong plastik, serat gelas ukuran 2 m3 , oksigen murni selama distribusi. Kepadatan induk dalam wadah 10 ekor/ m3  tergantung lama transportasi. Suhu rendah antara 25 – 27 derajat celcius dan salinitas rendah antara 10-15 ppt dapat mengurangi metabolisme dan stress akibat transportasi. Aklimatisasi induk setelah transportasi sangat dianjurkan untuk mempercepat kondisi induk pulih kembali.

    budidaya ikan koki
    Wed, 09 Nov 2011 06:56:00 +0000
    ikan mas koki merupakan ikan dari golongan ikan mas yang memiliki bentuk tubuh bulat (biasanya disebut koki mutiara) dengan kepala yang kecil dan ekor yang lebar sampai membuat ikan ini sulit untuk berenang dengan gesit. ikan ini memiliki warna yang beraneka ragam, ada yang kuning, putih, hitam, dan jingga. ikan mas koki biasanya dibudidayakan untuk dijual sebagai ikan hias bukan ikan konsumsi. ikan hias ini memiliki harga yang cukup baik, dimana pangsa pasar ikan ini bukan hanya indonesia tapi banyak di ekspor ke
    malaysia, thailand filiphina sampai negri cina serta negara-negara eropa.
    untuk membudidayakan ikan ini terlebih dahulu harus mengetahui cara memijah ikan ini, berikut ini adalah cara memijahnya:
    1. pemilihan induk:
     a. induk yang baik dan siap dipijah memiliki panjang tubuh mencapai 7 cm (minimal) atau sebesar telur bebek dan memiliki umur lebuh dari 7 bulan.
     b. bilih yang bertubuh bagus, dengan ekor yang lebar, sirip yang tegak saat bergerak, kepala kecil dan sisik yang indah atau tidak rontok.
     c. untuk mendapatkan anakan yang berwarna, maka induk harus memiliki tubuh yang polos tapi berbeda antara jantan dan betina, misalnya betina berwarna putih jantan berwarna kuning.
    2. cara memijah:
     a. akuarium atau kolam yang bersih diberi air lalu diendapkan kira-kira satu hari satu malam, kemudian taruh eceng gondok di dalamnya untuk melekatkan telur.
     b. pilih induk yang telah matang telur lalu dimasukkan dalam kolam pemijahan pada sore hari, biasanya keesokan pagi telur sudah menempel pada eceng gondok.
     c. lalu induk bisa dipindahkan ke kolam penampungan induk untuk kemudian dipijahkan 1 bulan lagi. biarkan telur sampai menetas, jaga agar tidak terkena suhu yang terlalu ekstrim dan jauhkan dari hewan pemangsa yang ada.
    3. pemeliharaan benih:
     a. setelah 2 sampai 3 hari maka telur akan menetas, pada hari ke 3 benih ikan sudah dapat di beri makan berupa kutu air yang telah  kita saring.
     b. setelah berumur 15 hari, benih mulai bisa diberi makan cacing rambut sebagai tambahan kutu air.
     c. jaga ketinggian air 10 - 15 cm dengan pergantian air satu minggu sekali, air diganti dengan air yang diendapkan lebih dahulu.
     d. gunakan eceng gondok untuk melindungi benih dari sinar matahari yang terik.
    4. pembesaran:
     a. pembesaran dilakukan setelah benih berusia 1 bulan
     b. pada saat pembesaran akan memerlukan banyak sinar matahari, maka eceng gondok dikurangi
     c. makanan masih berupa cacing rambut, diberikan pagi hari...jika ada sisa sore harinya diangkat
     d. setelah usia ikan 4 bulan lebih, maka ikan sudah dikatakan calon induk, ikan jantan dan betina bisa dipisahkan untuk dipijah pada usia 8 bulan.
    memancing ikan wader dan mujaer di wendit malang
    Sun, 23 Oct 2011 06:21:00 +0000

    memancing ikan di wendit adalah hoby bagi pemancing2 kota malang. selain wendit merupakan salah satu obyek wisata andalan di malang karena memiliki sumber air yang sangat besar dan banyak disertai kolam renang dan water boom yang tinggi, ternyata dibawahnya adalah surga bagi ikan wader dan mujaer...

    sungai wendit dulunya hanya digunakan untuk menanam kangkung bagi penduduk sekitar, akan tetapi seiring dengan banyaknya pemancing yang singgah disana dan merasakan banyaknya ikan wader di wendit maka penduduk mengambangkan area wisata memancing tersebut dengan menambah jumlah variasi ikan antara lain menaburkan benih ikan tombro dan mujaer. selain itu penduduk sekitar juga membuat kolam2 pemancingan dan karamba2. sehingga sebagian ikan dalam karamba/ jaring keluar ke sungai dan bersembunyi dibalik kangkung2 penduduk...ikan2 itu beranak dan memenuhi sungai wendit sehingga menarik wisatawan memancing disana.
    pemancing di wendit berasal dari seluruh penjuru kota dan kabupaten malang mengingat tempatnya yang berada tidak jauh dari kota sehingga mudah dijangkau...pemancingan di wendit ramai ketika sore dan hari libur,,,,dalam sehari kira2 100 orang datang memenuhi bawah sungai wendit untuk sekedar memancing dan mandi di air sumber asli kota malang.... segarnya :) aku senang sekali disini,,,,kalian harus membawa pakan kroto/pelet/ lumut untuk memancing :) selamat memancing :)
    tips memelihara dan berbisnis ikan koi
    Sat, 17 Sep 2011 10:19:00 +0000

    Ikan Koi adalah jenis ikan karper Cyprinus carpio yang dipelihara untuk menghias rumah, berasal dari Tiongkok dan banyak tersebar di Jepang. Mereka berkerabat dekat dengan ikan mas, dan karena itu banyak orang menyebutnya ikan mas koi yang sebenarnya adalah misnomer, koi dianggap membawa keberuntungan.Ikan Koi termasuk ikan hias eksotis yang kini semakin banyak penggemarnya. Selain dipelihara sebagai hobi, juga bisa dijadikan lahan bisnis yang menjanjikan. Tentu saja bagi mereka yang benar-benar serius menekuninya. Selain pesona warna dan lekukannya yang indah,
    keistimewaan lain dari koi adalah keelokan yang dipertontonkan tatkala menyembul dan melompat ke atas air. Sungguh sebuah pemandangan yang istimewa bagi mereka yang hobi memeliharanya.
    Disisi lain koi sudah menjadi prestise. Salah satu ajang untuk mendongkrak prestise koi adalah lewat kontes. Koi yang berhasil mendapat gelar juara akan terangkat pamornya, sehingga harganya bisa melambung tinggi. Bahkan biasanya pemilik tidak rela melepaskan koi kesayangannya meski ditawar dengan harga 4-5 kali harga semula.
    Ikan Koi masuk ke Indonesia diperkirakan tahun 1981-1982 di bawa oleh Hany Moniaga, hobiis yang tinggal di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Ia kemudian mengembangkan peternakan koi yang diberi nama Leon dan Leonny. Koi pertama itu panjangnya 90-100 cm, berumur 50-75 tahun. Sejak itulah koi populer di Indonesia dan belakangan menjadi buruan hobiis hingga saat ini. Di negara asalnya Jepang, ikan koi bisa mencapai panjang maksimum 120 cm. Sedangkan di Indonesia ikan koi baru bisa mencapai panjang maksimum 75 cm. Ikan koi termasuk ikan yang berumur panjang. Konon ikan koi milik Kekaisaran Jepang mencapai umur 120 tahun, dengan panjang 120 cm.
    Ikan koi adalah jenis ikan yang mudah dipelihara. Makanannya tidak selalu harus spesial karena termasuk binatang pemakan tumbuh-tumbuhan dan hewan ( omnivira). Pellet merupakan santapan utama, tapi saat ikan mengikuti kontes, Koi akan mendapat makanan tambahan dan doping khusus untuk menguatkan warna tubuhnya dalam masa karantina. Selain itu, sayur-sayuran seperti kangkung atau buah-buahan, misalnya jeruk, bisa diberikan pada koi.
    Umur ikan koi bisa bertahan sampai puluhan tahun. Untuk memiliki ikan yang berasal dari perairan Eurasia and the middle east. Ini para penggemar dan calon penggemar dapat menyesuaikan diri antara keinginan dan kondisi saku. Tak selamanya harus mengeluarkan biaya yang mahal karena harganya yang bervariasi, tergantung dari ukuran dan jenis. Beberapa penjual mematok harga mulai dari Rp 50 ribu hingga mencapai Rp 8 Juta. Hebatnya, harga koi juara kontes dapat menembus ratusan juta rupiah.
    Bagi pecinta koi yang serius masalah kolam koi menjadi perhatian penting sebelum memasukkan ikan-ikan kedalam kolam. Ada beberapa faktor yang mendasar yang patut diperhatikan untuk membuat kolam koi menjadi tempat ideal bagi koi kesayangan. Berbeda dengan pecinta koi yang baru memulai, umumnya tidak terlalu perhatian dengan faktor ini. Desain Kolam koi yang baik adalah desain yang mampu menjaga kualitas air dalam kondisi yang prima sehingga mampu menjadi tempathidup yang baik bagi ikan koi.
    Ada beberapa hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam desain kolam koi antara lain:
    Mampu menghilangkan semua limbah padat pada Kolam. Hal ini bisa dilakukan melalui Bottom drain, Skimmer dan lain-lain. Selain itu pastikan kolam bersih dari daun-daun, sisa makanan, kotoran ikan dan lain-lain, kotoran padat yang dibuang dari kolam melalu sistem filter dimasukkan ke dalam setlemen chamber sebelum air masuk ke sistem filter biologi. Material padat yang masuk ke sistem filter biologi akan mempengaruhi kinerja filter biologi. Ada banyak teknologi yang dipakai misalnya Vortex Camber.

    Cara Memelihara dan Merawat Ikan Koi
    Pemeliharaan koi dilakukan di kolam semen, kolam tanah, kolam taman. Pemeliharaan koi dalam aquarium tidak dianjurkan, Karena ikan tersebut membutuhkan areal berenang yang luas dan dalam. Selain itu, keindahan koi terletak pada punggungnya yang kaya warna, sehingga bila dipelihara dalam aquarium keelokan tubuh dan warnanya itu tidak terekspos secara maksimal.
    Ukuran kolam koi yang dianjurkan minimal memiliki luas 1,5x2m dengan kedalaman 80 sampai 150cm. Jika kolam telalu dangkal, tubuh koi akan terus-menerus terkena sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh sinar matahari. Sinar ini dapat warna tubuhnya menjadi pucat, dan pertumbuhannya pun bisa terhambat.
    Perlu diperhatikan pula tinggi kolam minimal 25cm dari bibir kolam untuk mencegah koi melompat ke daratan. Selain itu kolam juga harus dilengkapi saluran pembuangan di bagian bawah kolam. Di bagian atas kolam juga dipasang pipa untuk menyalurkan air bersih yang sudah diendapkan.
    Pada kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.
    Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.
    Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
    Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.
    Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.

    Pemberian Pakan
    Pakan berfungsi selain untuk membantu pembentukan tubuh ideal dan mencemerlangkan warna pada ikan koi, juga sebagai media perantara untuk mengobati ikan koi yang sakit. Jenis pakan yang diberikan bisa berupa pakan alami atau pakan pakan buatan. Yang terpenting pakan tersebut mengandung gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan ikan koi. Pakan sebaiknya diberikan dua kali sehari, pagi dan sore agar kebutuhan gizi ikan koi terpenuhi.
    Jenis pakan yang digunakan untuk memacu pertumbuhan ikan koi agar tubuhnya ideal dengan bentuk tubuh gemuk dan memanjang adalah wheat germ. Pakan terbuat dari bahan yang mengandung protein tinggi seperti, gandum, tepung udang, tepung ikan, dan bungkil kacang kedelai.
    Kandungan proteinnya sekitar 32%. Selain itu wheat germ juga mengandung vitamin A,D,E,K,B2,B6,B12, niasin, vitamin C dan unsur-unsur mineral lain seperti kalsium, choline chloride, panthetonate, trace mineral, dan antioksidan.
    Sementara, pakan untuk mencemerlangkan dan mempertajam warna koi adalah pakan yang mengandung zat karoten. Zat tersebut dapat merangsang munculnya warna pada ikan koi. Secara alami di dalam tubuh ikan koi terdapat zat karoten berupa antaxanthin yang menghasilkan warna merah, dan lutein yang menciptakan warna kuning kehijauan.
    Pakan yang mengandung zat karoten diantaranya; wortel, alga atau ganggang Spirullina, dan Chlorella, semangka, sawi, kubis dan cabai hijau. Sedangkan pakan dari hewan bisa diberikan dapat kepiting, udang-udangan, krill, trout, salmon, kutu air, jentik nyamuk, cacing rambut, dan cacing.

    Menjaga Kualitas Air
    Filter empat lapis juga perlu dipasang untuk menjaga kebersihan dan kelancaran pasokan air. Filter empat lapis adalah filter yang terdiri dari filter pertama yang terdiri dari kerikil, pasir, dan ijuk yang berfungsi menyaring sampah dan Lumpur yang mengotori kolam.
    Filter kedua berupa karbon zeolit yang berfungsi menghilangkan racun, bau tak sedap, dan membunuh bibit penyakit. Filter ketiga berupa pestisida yang tak mematikan bakteri pengurai yang berperan dalam proses penjernihan air kolam. Sedangkan filter keempat berupa tanaman atau bebatuan yang dapat mengikat kotoran.
    Derajat keasaman (pH) air yang cocok untuk pertumbuhan koi adalah 6,5-8,5. Untuk menjaga sirkulasi air bisa dipasang pompa yang mampu menyalurkan air sebanyak 25 liter per menit. Dengan cara ini, air kolam tak perlu sering dibrsihkan, tapi yang perlu dilakukan adalah membersihkan filter dan bak filter. Caranya, semprot filter dengan air bersih sekitar 5-10 menit lamanya.
    Bila menggunakan penyaring ini, sebaiknya penggantian air dilakukan dua minggu sekali. Tujuannya untuk membuang zat-zat racun dari sisa-sisa makanan yang terurai menjadi nitrit yang berbahaya.

    Bisnis ikan koi
    Ikan koi yang dianggap membawa keberuntungan ini memang menjadi sesuatu yang menarik bagi para pemburu Koi, mereka menjadikan ikan koi sebagai kegemaran yang justru sekaligus menjadi lahan bisnis yang cukup menggiurkan.
    Bayangkan sejumlah koi yang dihadirkan mulai dari jenis Tancho, Asagi, Taisho, Shiro Utsuri, Benigoi, Kohaku ada yang mencapai ratusan jutaan rupiah.
    Ukurannya beragam mulai dari ukuran telunjuk tangan hingga seukuran panjang lengan tangan manusia dewasa, harganya pun turut bervariasi mulai dari harga Rp.5000 hingga ratusan juta rupiah. permintaan terhadap ikan hias ini cukup besar, sehingga masih sangat memungkinkan sekali untuk terjun di bisnis penjualan ikan koi. Demi memenuhi pangsa pasar di Indonesia, kami melakukan survei langsung ke lapangan, hingga mampu memenuhi keinginan pecinta ikan hias ini.
    Bisnis Ikan koi menggiurkan karena omzet bisa mencapai ratusan juta jenis ikan Koi yang mahal tergantung pada corak dan warna ikan serta kesehatannya “Kualitas menjadi penentu mengenai tinggi rendahnya nilai jual ikan koi yang diperdagangkan, perawatannya cukup mudah, yang penting memperhatikan kebersihan air dan kesehatan makanannya. Banyak penggemar ikan Koi yang umumnya berawal dari hobi kemudian menjadi peternak dan menjadikannya sebagai lahan bisnis, karena bisnis ikan Koi memang cukup menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah dikemudian hari karena orang lebih tertarik pada sesuatu yang bisa membawa rasa nyaman dan hiburan bagi mereka.
    Kini banyak ikan koi yang dijual hingga ratusan ribu rupiah dipasaran namun perlu diperhatikan kesehatan ikan tersebut karena dapat menyebabkan kerugian bila ikan yang berasal dari pasar dan terjangkit penyakit tercampur dengan ikan sehat yang kita miliki.

    Memelihara dan berbisnis ikan arwana
    Wed, 24 Aug 2011 12:07:00 +0000

    Ikan arwana adalah sejenis ikan bertulang banyak yang hidup di air tawar. Ikan ini berasal dari keluarga Osteoglossidae dan kerap disebut sebagai “bonytongues” (lidah bertulang). Ikan dari keluarga ini rata-rata bertubuh panjang, dan tertutup oleh lapisan sisik yang lebar, dan berat serta berpola mozaik.Ikan arwana adalah ikan yang banyak ditemukan di Indonesia, terutama spesies arwana Asia (Scleropages formosus). Spesies ini memiliki badan yang panjang; sirip dubur terletak jauh di belakang badan. 

    Arwana Asia umumnya memiliki warna keperak-perakan. Arwana Asia juga disebut “Ikan Naga” karena sering dihubung-hubungkan dengan naga dari Mitologi China.
    Arwana termasuk famili ikan "karuhun", yaitu Osteoglasidae atau famili ikan "bony-tongue" (lidah bertulang), karena bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi. Arwana memiki berbagai julukan, seperti: Ikan Naga (Dragon Fish), Barramundi, Saratoga, PlaTapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkelese, Aruwana, atau Arowana, tergantung dari tempatnya.
    Tren memelihara arwana sebagai ikan akuarium, pernah booming di Indonesia sekitar 20 tahun lalu. Kini hobi memelihara arwana seakan meredup, meski demikian bukan berarti bisnis ikan arwana ikut memudar. Bahkan, peluang ekspor benih ikan arwana di pasar internasional saat ini masih terbuka lebar dan memilik prospek yang bagus.
    Yang terpenting diperhatikan dalam memelihara ikan arwana adalah air kolamnya. Karena ikan arwana menyukai air yang jernih dan volumenya cukup. Rata – rata kedalaman air kolam ikan arwana antara 1,5 meter hingga 2 meter.
    Selain itu, yang perlu diparhatikan juga adalah pakannya. Di tempat ini, Tris Tanoto juga melakukan pengembang biakan ikan arwana. Saat bertelur, induk ikan dipisahkan agar telurnya tetap utuh.
    Saat telur berkembang menjadi anakan, juga dipisahkan secara bertahap. Setiap tahapan dipindahkan ke aquarium di ruangan yang berbeda, mulai dari usianya satu minggu. Setelah usianya satu bulan, bentuk tubuh ikan arwana mulai terlihat jelas.
    Ikan arwana dipasarkan ketika telah berumur lebih dari satu tahun. Ini dikarenakan, setelah umur satu tahun, tubuh ikan arwana tidak lagi mengalami banyak perubahan. Harga ikan arwana super red di pasaran ekspor dengan ukuran 60 centimeter, berkisar 3 ribu hingga 4 ribu dollar Amerika Serikat


    PERAWATAN ARWANA DI RUMAH:
    1. Perhatikan peralatan aquarium
    Berhasil tidaknya akuarium menjadi tempat yang nyaman bagi ikan arwana, sungguh dipengaruhi oleh kelengkapan sarana pendukungnya.
    Aerator
    Fungsi aerator atau pompa udara adalah menyuplai udara ke dalam air akuarium, dan sekaligus menguapkan atau mendorong hasil sisa-sisa pembakaran ke luar dari akuarium. Aerator dikatakan baik, jika arus listrik yang menggerakkannya kecil, tetapi udara yang ditiupkannya relatif banyak.
    Heater & Thermometer
    Alat pemanas (heater) ini diperlukan terutama pada waktu suhu air akuarium turun drastis. Sedangkan alat pengontrol suhu air atau termometer juga dipasang dalam akuarium. Di daerah dingin, heater dan termometer ini sangat dibutuhkan.
    Filter
    Fungsi filter atau penyaring untuk menyaring air dalam akuarium. Kerja filter mencakup ini untuk menyedot air akuarium, menyaring, dan mengembalikannya lagi ke dalam akuarium dalam kondisi bersih.
    Lampu TL
    Keberadaan lampu TL, selain menyinarkan cahaya, juga sanggup mempercantik penampilan akuarium. Tapi, jangan sampai sinar lampu TL justru menimbulkan panas yang melebihi kebutuhan. Idealnya untuk akuarium seluas 80x40 cm memerlukan lampu TL berdaya 20 watt.
    2. rajin melakukan perawatan akuarium
    Jika anda terlanjur mencintai ikan arwana dalam akuarium, cukuplah rajin melakukan perawatan. sebab déngan demikian itu, penampilan arwana dalam akuarium tampak sehat, segar, dan menyenangkan.
    Pemberian makanan
    menu utama arwana dalam akuarium adalah kelabang. tapi jangan terus- menerus diberi kelabang, sebaiknya divariasi déngan makanan lain. contohnya: udang, kecoa, katak, lipan, kadal, maupun jangkrik.
    Pengontrolan & pergantian air
    setiap hari diwajibkan mengontrol suhu dan ph air. adapun suhu air ideal bagi ikan arwana sekitar 25-27 derajat celcius. andaikata suhu air dingin, segera nyalakan heater hingga suhu air sesuai kebutuhan. sedangkan ph yang dikehendaki sekitar 6-8,5. andaikata ph terlalu rendah, maka tambahkan kapur ke dalam akuarium. selain itu, sanitasi air perlu diperhatikan pula, silakan mengobati air akuarium déngan malachite green, déngan frekuensi 3 minggu sekali.
    dan jangan lupa, air akuarium juga diganti. namun pergantian air dipilahkan menjadi dua, yakni: (a) pergantian air secara reguler setiap 2 hari sekali dengan volume 10% dari seluruh volume air akuarium, dan (b) total pergantian air dilakukan setiap 3 bulan sekali. jika anda menggunakan air pam, sebaiknya dibiarkan 24 jam terlebih dahulu agar kandungan khlor mengendap, dan setelah itu bisa dimasukkan ke dalam akuarium.
    3. penataan interior akuarium
    Kehidupan di dalam akuarium adalah replika lingkungan hidup di alam bebas. oleh karena itu, perlu penataan interior dalam akuarium. ini berarti menuntut apresiasi estetika, sehingga perpaduan antara keindahan akuarium dengan anggunnya ikan arwana sanggup menampilkan nuansa kesejukan yang harmonis.
    Tanaman air
    mengingat asal-muasal ikan arwana yang suka bersembunyi di bawah tanaman air, maka kita pun siap menyediakan tanaman dimaksud. ada beberapa jenis tanaman air yang dapat dipilih antara lain: vallisneria spiralis, hidrilla verticillata, riccia fluiutana, higrophila polisperma, pistia stratiotes, najas indica, dan sebagainya.
    Pasir batuan
    pasir digunakan sebagai landasan peletakan batuan. sebaiknya digunakan pasir sungai, yang masih bercampur dengan humus. di samping itu, diberi juga batuan dan termasuk karang-karangan. ukuran batu idéal berdia meter 3 mm. batuan tersebut memiliki berbagai corak dan warna yang beragam namun tetap indah.
    membudidayakan ikan cupang
    Sun, 21 Aug 2011 13:53:00 +0000
    Ikan cupang adalah ikan air tawar yang habitatnya berasal dari beberapa negara di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Thailand, Malaysia, danVietnam. Ikan ini mempunyai bentuk dan karakter yang unik dan cenderung agresif dalam mempertahankan wilayahnya. Di kalangan penggemar, ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan, yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.
    Ikan ini juga sering disebut ikan laga dan nama latinnya adalah Betta splendens, termasuk dalam famili Anabantidae (Labirynth Fisher). Ekor dan sirip ikan cupang ketika mengembang sungguh memikat para pecinta ikan hias. Warna ikan yang biasa dikenal dengan ikan beta ini sungguh menarik, serta untuk budidaya satwa ini juga tidak membutuhkan tempat yang luas, sehingga bisa dilakukan di rumah.
    Penggemar ikan cupang makin hari makin banyak, baik itu dari kalangan anak kecil hingga dewasa. Karena ikan hias tersebut selain rupanya yang cantik juga dapat merupakan tentera yang menarik bila diadu.
    Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.
    Tidak sulit untuk mulai membudidayakan ikan ini. Ikan ini bisa ditempatkan di ember, gelas/botol air minum mineral, pot bunga dan akuarium. Kita pasti mempunyai peralatan semacam itu di rumah. Selanjutnya cukup mencari bibit-bibitnya saja untuk dikembangbiakkan.
    Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.

    Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :
    Umur ± 4 bulan
    Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
    Gerakannya agresif dan lincah.
    Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).
    Ciri-ciri ikan betina :
    Umur telah mencapai +- 4 bulan
    Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
    Gerakannya lambat.
    Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
    kondisi badan sehat.

    Pemijahan dan perawatan ikan
    Setelah induk cupang hias dipersiapkan begitu pula dengan wadahnya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan :
    Persiapkan wadah baskom/akuarium kecil dan bersih.
    Isi wadah dengan air bersih dengan ketinggian 15 - 30 Cm.
    Masukkan induk ikan cupang jantan lebih dahulu selama 1 hari.
    Tutup wadah dengan penutup wadah apa saja.
    Sehari kemudian (sore hari) induk betina telah matang telur dimasukan ke dalam wadah pemijahan.
    Biasanya pada pagi harinya ikan sudah bertelur dan menempel disarang berupa busa yang dipersiapkan oleh induk jantan.
    Induk betina segera dipindahkan dan jantannya dibiarkan untuk merawat telur sampai menetas.
    Pembesaran anak
    Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
    Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
    Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
    Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
    Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.

    Pasca Panen
    Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.
    Membuat Akuarium Hias
    Thu, 18 Aug 2011 13:57:00 +0000
    Mengamati kegiatan usaha Perikanan khususnya ikan hias tentunya tak dapat
    dipisahkan dengan sarana penunjang yang yang tak kalah pentingnya dengan
    usaha ikan hias itu sendiri yaitu "AQUARIUM" karena betapun indahnya ikan
    hias apabila tidak ditunjang dengan penampilan aquarium serta dekorasi yang
    memadai, maka sesungguhnya nilai keindahan itu telah berkurang dan ini hanya
    bisa dicapai melalui penanganan yang tekun dan kontinue.




    Bahan akuarium hias:
    1) Aquarium dalam keadaan bersih dan tidak bocor
    2) Tanaman hdiup secukupnya
    3) Bahan-bahan dekorasi: pasir bersih (tidak mengandung lumpur), koraltex,
    akar kayu dan batu karang
    4) Pompa udara (aerator) sebagai alat penambah oksigen dalam air
    5) Lampu neon ultra violet pada malam hari dapat menimbulkan rasa alami
    yang mempesona
    6) Filter yang dihubungkan dengan aerator berfungsi sebagai penyaring kotoran
    dalam air
    7) Peralatan lainnya: slang plastik, serokan dan pembersihkaca.


    TEKNIS DEKORASI AQUARIUM
    1) Pasir dimasukkan kedalam aquarium lalu diatur/dipadat sambil diberi
    percikan air secukupnya.
    2) Kemudian tanaman air ditanam dengan cara dibenamkan kedalam pasir
    (tanaman yang lebih tinggi diletakkan dibagian belakang)
    3) Setelah diperkirakan siap untuk didekor, maka sebelum diisi air permukaan
    tanaman dan pasir ditutup dengan kertas koran atau plastik. Hal ini dilakukan
    dengan maksud agar tekanan air tidak merusak tanaman dan tidak
    menimbulkan kekeruhan.
    4) Air dalam aqurium ditunggu sampai kotorannya mengendap, lalu ikan
    dimasukkan (diusahakan jenis ikan yang tidak saling memangsa)
    5) Tahap selanjutnya aerator dipasang sesuai ukuran aquarium, tapi bila
    tersedia banyak tanaman hidup, aerator cukup dipasang pada malam hari
    saja
    6) Aquarium diletakkan ditempat yang datang agar tekanan air merata dan
    diusahakan jangan terlalu banyak terkena sinar matahari karena akan
    mempercepat tumbuhnya lumut.


    MAKANAN IKAN
    1) Makanan ikan hias air tawar terdiri dari 2 macam yaitu: makanan alami
    seperti kutu air (Moina) cacing rambut (Fubifek, Chironomus) dan lawa
    nyamuk (cuk).
    2) Makanana alami harus dibersihkan/dibilas terlebih dahulu dengan air bersih
    sebelum di berikan pada ikan dan satu hari cukup 1 (satu) kali saja
    3) Makanan buatan: wafer, tahu, darah ayam/kerbau/marus
    4) Makanan buatan sebaiknya diberikan pada saat tidak ada makanan alami
    5) Pemberian makanan diusahakan jangan sampai tersisa karena dapat
    menimbulkan pembusukan/keracunan
    Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari keindahan aquarium ikan hias
    antara lain:
    1) dapat mendidik rasa cinta alami
    2) merupakan hiburan yang dapat mengendorkan urat syaraf serta
    menimbulkan rasa tentram di rumah
    3) menambah keindahan ruangan dan tidak memerlukan tempat yang luas
    4) merupakan usaha sambilan yang dapat menambah penghasilan keluarga
    5) menjaga kelestarian sumber daya perikanan






    Jenis Ikan Hias
    Thu, 18 Aug 2011 06:39:00 +0000

    Jenis-jenis ikan hias yang potensial tersebut antara lain ikan Diskus, Severum,
    Rainbow, dan Niasa.Jumlah ikan hias khususnya ikan hias air tawar yang susah dapat
    dibudidayakan di Indonesia ada 91 jenis. Dari ke 91 jenis ikan tersebut, ada beberapa jenis ikan hias tersebut yang sangat potensial untuk dikembangakan karena selain dapat dipasarkan didalam
    negeri juga dapat merupakan komoditas eksport.

    JENIS IKAN HIAS

    1) Diskus
    Ikan hias Diskus (Symhysodonodiscus) merupakan salah satu jenis ikan hias
    air tawar yang berasal dari sungai Amazon (Brasil). Jenis ikan tersebut
    mempunyai nilai ekonomis yang baik dan sangat disenangi di berbagai
    negara. Di Indonesia ikan Diskus sudah dapat dibudidayakan dan sangat
    potensil untuk dikembangkan karena selain dapat dipasarkan dipasaran
    lokal, juga dapat merupakan komoditas ekspor.
    Ciri khas dari ikan diskus ialah benetuk badannya tubuh pipih, bundar mirip
    ikan bawal dengan warna dasar coklat kemerah-merahan. Ikan diskus dapat
    dibudidayakan didalam Aquarium untuk sepasang diskus dapat ditempatkan
    dalam aquarium berukuran sekitar 75 x 35 x 35 cm kwalitas yang diperlukan
    untuk hidup dan berkembang ikan diskus yaitu di air yang jernih, temperatur
    sekitar 28 - 300 C pH (derajat keasaman) 5 - 6 selain itu kandungan Oksigen
    terlarutnya harus cukup tinggi yaitu + lebih besar dari 3 ppm (pxrt per
    million). Ikan Diskus sudah dapat dikembangbiakan setelah berumur antara 15 - 20

    bulan. Adapun makanan yang umum dengan makan yaitu kutu air, cuk,
    cacing (makanan buatan) yang ada dipasaran.
    2) Severum
    Ikan severum Cichlosoma severum adalah salah satu jenis ikan hias air
    tawar yang berasal dari Amerika Serikat bagian Utara (S. Arhazone).
    Tubuhnya pendek, gemuk dan gepeng dengan warna dasar tubuh bervariasi
    yaitu coklat kekuningan, atau hitam kecoklatan. Jenis ikan ini juga
    mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
    Ikan Severum dapat dipelihara didalam aquarium atau bak semen kwalitas
    air yang diperlukan untuk pemeliharaan ikan severum yaitu: PH. : 5,5 - 7,
    temperatur air 21 - 250C. Ikan Severum sudah dapat dipijahkan setelah
    berumur + tahun dengan ukuran 12 - 15 cm.
    Induk jantan dari betina dapat dibedakan dari warna dan ukuran induk jantan
    berwarna lebih cerah dengan induk yang lebih besar dari betina. Makanan
    yang dapat diberikan jenis ikan ini antara lain: kutu air, cuk, cacing sutera dll.
    3) Ikan Rainbow
    Ikan Rainbow merupakan jenis ikan hias yang banyak diminati masyarakat
    karena jenis ikan ini juga dapat merupakan komoditi eksport. Ada 2 jenis
    rainbow yang cukup terkenal yaitu rainbow Irian (Melano Tacnia maccaulochi
    dan Rainbow Anlanesi ogilby Telmatherina ladigesi ahl
    Rainbow Irian warna dasarnya keperak-perakan dengan warna gelap metalik
    sedangkan rainbow Sulawesi warna dasarnya kuning zaitun, dengan warna
    bagian bawah kuning jenis ikan ini termasuk ikan bertelur dengan
    menempelkan telur pada tanaman air.
    Kwalitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperatur
    air 23 - 260C. Ph. air sebaiknya diatas 7. Jenis ikan ini dapt hidup dan
    berkembang-biak dalam aquarium maupun bak semen. Ikan ini sudah dapat
    memijah setelah berumur + 7 bulan dalam ukuran 5 - 7 cm.
    Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air,
    cacing zambut atau cuk. Supaya ikan dapat tumbuh dengan baik selama
    pemeliharaan bertelur, air harus klop memenuhi persyaratan dan dilakukan
    penggantian air + 1 minggu 1 kali.

    4) Ikan Niasa
    Psedatropheus auratus Bonlenger atau nama Inggris Auratus. Di DKI jakarta
    lebih dikenal dengan nama Niasa jenis ikan ini mempunyai tubuh memanjang
    agak datar, warna dasar kuning keemasan cerah atau hitam pekat. Ikan
    Niasa sangat agresif gerakannya sehingga harus hati-hati kalau akan
    dicampur dengan jenis ikan lain.
    Kwalitas air yang diperlukan untuk hidup dan berkembang ikan Niasa yaitu
    pH = 7, temperatur 24 - 270C. Pemeliharaan dapat dilakukan didalam bak
    semen atau aquarium. Ketinggian air yang diperlukan untuk pemijahan
    sekitar 30 - 35 cm.
    Ikan Niasa sudah dapat memijahkan dalam umur 7 bulan dengan ukuran
    panjang tubuh : 7 cm. Induk jantan dan betina dapat dibedakan dari totol
    kuning sirip anusnya.
    Ikan jantan biasanya memiliki totol-totol in, sementara si betina tidak.
    Makanan yang diberikan antara lain : Cuk, kutu air.



    Jenis Kolam Ikan Budidaya
    Sat, 14 May 2011 09:12:00 +0000
    Kolam ikan yang baik akan mempengaruhi ikan dalam hal ketahanan terhadap penyakit, optimalisasi pakan, dan kecepatan tumbuh/ berkembang biak ikan.
    Jenis-jenis kolam ikan yang akan digunakan sangat tergantung pada sistem budidaya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budidaya ikan air tawar yang biasa dilakukan yaitu :
    1. Kolam ikan Tradisional / ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah (gambar 2.1)
     
    2. Kolam Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya(dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya 
    terbuat dari tanah (Gambar 2.2)

    3. Kolam Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok (Gambar 2.3).

    Jenis-jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan adalah : kolam air mengalir/running water dengan sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi dimana pada kolam tersebut selalu terjadi aliran air yang debitnya cukup besar (50 l/detik).  kolam air tenang/ stagnant water dengan sumber air yang digunakan untuk kegiatan budidaya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan dan lain-lain tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya (0,5 – 5 l/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap.
    Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan berdasarkan proses budidaya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kolam antara lain adalah kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan/ pembesaran, dan kolam pemberokan induk.
    Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai tempat perkawinan induk-induk ikan budidaya. Ukuran kolam pemijahan ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan dipijahkan dalam setiap kali pemijahan. Bentuk kolam pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 x 1,5 m dengan kedalaman air 0,75 – 1,00 m.
    Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih dari kotoran atau rumputrumput liar (Gambar 2.4).



    Kolam penetasan adalah kolam yang khusus dibuat untuk menetaskan telur ikan , sebaiknya dasar kolam penetasan terbuat dari semen atau tanah yang keras agar tidak ada lumpur yang dapat mengotori telur ikan sehingga telur menjadi buruk atau rusak. Ukuran kolam penetasan disesuaikan juga dengan skala usaha. Biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva, ukurannya adalah 3 x 2 m atau 4 x 3 m (Gambar 2.5)

     

    Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan (Gambar 2.6)


    Kolam pemberokan adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan induk-induk ikan yang akan dipijahkan atau ikan yang akan dijual/angkut ke tempat jauh, lihat gambar 2.7

    Tipe-tipe kolam di atas merupakan pengetahuan mendasar sebelum menekuni usaha perikanan, mengenal macamnya akan lebih mudah untuk dipelajari jika memulai dari yang dasar :) semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua :) 


    Mendapatkan Domain Dot Com secara Gratis
    Sat, 14 May 2011 04:20:00 +0000
    Domain dot com adalah sebuah alamat yang diperlukan untuk membangun website di Internet, banyak sekali domain gratisan yang sebenarnya adalah sub domain seperti co.cc, co.nr, wordpress.com, blogspot.com, dan lain-lain. Domain2 seperti itu mudah sekali di dapatkan dengan hanya register pada penyedia domain (wordpress, co.cc, dll), akan tetapi domain tersebut kurang maksimal untuk kebutuhan membangun website yang profitabel. 

    Domain dot com sampai hari ini menjadi primadona para web master/ internet marketir (pelaku usaha internet) untuk membangun situs profitnya. Dalam kenyataannya domain dot com tidak bisa didapatkan secara gratis (harus membeli seharga Rp. 100.000,-) untuk mendapatkannya dari penyedia domain.

    Setelah banyak mencari informasi, saya menemukan website yang bisa kita gunakan untuk mendapatkan domain dot com dengan gratis meskipun dengan syarat (yang menurut saya tidak sulit untuk dipenuhi) yaitu dengan mereferralkan situs seperti yang saya lakukan sekarang. 
    Caranya:
    1. Klick Link FreePremiumDomain setelah itu pilih One Free Domain (ada tombol radio di bawahnya, tinggal klick aja dan lanjutkan dengan…
    2. Register atau pendaftaran dibagian bawa isikan Email Lengkap anda dan Password anda untuk Login ke Cpanel FreePremiumDomain.
    3. Setelah itu anda akan dibawa ke Form pendaftaran, Isi Form tersebut dengan benar.

    Langkah selanjutnya adalah membuka email kita untuk login dan melihat kode referral yang telah diberikan, metelah menyimpan link(kode) tersebut, kita bisa memasangnya pada blog kita untuk mendapatkan referral sebanyak 9 orang, bisa lewat facebook kita ataupun di daftarkan di kaskus atau lintas berita. Setelah mendapatkan 9 orang maka kita akan mendapat domain yang kita daftarkan, selanjutnya kenggabungkannya dengan hosting gratisan pula, hosting gratis dapat kita peroleh di 000webhost, atau penyedia hosting gratis yang lain.  Selanjutnya kita sudah siap membangun toko Online kita :)

    bagi agan2 sekalian semoga informasi ini bermanfaat... untuk menuju ke pendaftaran silahkan masuk ke link  di sini :),, trims untuk kesediaan agan2 sekalian mampir melihat posting saya :) :) :)
    Ikan Wader I
    Thu, 12 May 2011 03:32:00 +0000
    WADER merupakan ikan yang banyak dinikmati terutama untuk lalapan di rumah maupun untuk warung kuliner. ikan wader adalah jenis ikan kecil dari suku  Cyprinidae. Beberapa spesies ikan wader yang yang kita kenal adalah wader pari (lunjar padi), wader bintik dua, dan beberapa jenis lain yang biasa disebut dengan wader saja. Ikan yang sering dikonsumsi lantaran memiliki rasa gurih ini biasa menempati danau dan sungai, bahkan selokan yang berair jernih.

    Ikan wader secara umum tersebar di Indonesia (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok dan Bali), Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei Darusalam, hingga ke India dan sebagian China. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari seratus jenis (spesies) wader dari sekitar belasan genus.

    Wader Pari dikenal juga dengan nama Lunjar Padi (Rasbora argyrotaenia), lunjar andong (Jawa), cecereh, ikan cere (Betawi), paray (Sunda), pantao, seluang (Sumatera), dan  seluang (Kalimantan).

    Ikan lunjar padi memiliki panjang maksimal 17 cm . Tubuhnya berwarna kuning keemasan di bagian atas dan berwarna putih keperakan di bagian bawah. Sedangkan wader bintik dua (Puntius binotatus) merupakan salah satu spesies wader yang di beberapa daerah di Indonesia biasa disebut sebagai beunteur (Sunda), wader cakul atau wader (Jawa), puyan (Banjar), tanah atau sepadak (Beng-kulu).

    Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai spotted barb atau common barb. Sedang dalam bahasa Malaysia disebut Bunter, Putih, Tebal Sisek. Dalam bahasa ilmiah (latin) dinamakan Puntius binotatus.

    Ikan wader bintik dua mempunyai ukuran kecil-sedang dengan panjang total sekitar 10 cm. Meskipun jarang besar namun wader bintik dua mampu mencapai panjang 17 cm. Wader jenis ini  mempunyai empat sungut kecil di ujung moncongnya. Tubuhnya berwarna abu-abu kehijauan atau keperakan dengan dua bintik yang terdapat di pangkal sirip belakang dan di tengah batang ekor. Seratus Jenis Ikan wader bintik dua biasa ditemukan bersama spesies wader lainnya mulai dari pantai hingga daerah berketinggian 2.000 meter dpl. Wader bintik dua menyukai air selokan dangkal, sungai bahkan danau yang berair jernih.

    Selain kedua jenis wader tersebut masih terdapat sekitar seratusan jenis wader di dunia. Tidak sedikit dari spesies tersebut yang merupakan spesies endemik.

    Ikan wader pada umumnya dimanfaatkan untuk dikonsumsi secara lokal sebagai lauk. Beberapa warung makan di Jawa dan Kalimantan ada yang menjadikan wader sebagai menu utama. Rata-rata wader yang dikonsumsi merupakan hasil tangkapan dari alam liar, lantaran masih sangat jarang yang membudidayakan ikan kecil ini.
    Padahal di luar negeri, konon, ikan ini telah memiliki nilai komersial yang cukup tinggi sebagai ikan hias.

    Wader Pari (Jawa) atau dikenal juga sebagai Lunjar Padi (Rasbora argyrotaenia). Pada mulanya ikan ini diberi nama Leuciscus argyrotaenia oleh P. Bleeker pada tahun 1850. Delapan tahun kemudian dipindahkan olehnya sendiri ke dalam marga yang lain, Opsarius. Dan akhirnya pada 1860, dipindahkan lagi oleh Bleeker ke dalam marga yang baru, Rasbora. Ikan ini menyebar di pulau-pulau Sunda Besar, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Filipina.

    Ikan ini bertubuh kecil ramping, dengan panjang maksimal sekitar 170 mm. Tubuh berwarna cokelat kuning di bagian atas (dorsal) dan putih keperakan di sisi dan bagian bawah, terutama di bagian perut.
    Wader Pari Sebuah garis keemasan di dalam, berjalan bersama garis kehitaman di bagian luar pada masing-masing sisi tubuh, dari belakang tutup insang hingga ke batang ekor.
    Formula sirip punggung (dorsal) yakni dua jari-jari keras (duri) diikuti tujuh jari-jari lunak. Sirip dubur (anal ), sirip dada (pectoral), sirip perut (ventral), serta jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis) 29-30 buah.

    Batang ekor (peduncle) dikelilingi 14 sisik; antara gurat sisi dengan awal sirip perut diantarai oleh 1-1Ω sisik.

    Lunjar padi sering ditemui dalam kelompok besar, di danau, parit atau sungai-sungai yang relatif tenang. Sering pula bercampur dengan ikan-ikan lunjar (Rasbora) yang lain dan wader (Puntius) yang memiliki kebiasaan serupa.

    Bersama dengan lunjar dan wader pada umumnya, lunjar padi merupakan ikan konsumsi yang digemari karena rasanya. Lunjar dan wader goreng merupakan hidangan istimewa pada beberapa restoran terkemuka. Ikan-ikan ini ditangkap dari populasi liar di perairan umum, dan kebanyakan hanya dijual di pasar-pasar local.
    Ada banyak jenis wader yang sering terpancing di sungai-sungai sekitar Jojga ini, ada wader cakul, wader kepek, wader pari dll.

    Memancing wader tidaklah sulit, karena ikan wader selain hidupnya bergerombol makannya juga tergolong rakus, sehingga dimana ada kawanan wader begitu kita lemparkan umpan pasti langsung jadi rebutan hingga tak jarang ada yang sampai kecantol mata kail di ekor bahkan di matanya.

    Untuk memancing wader sebetulnya tidak ada teknik khusus, tapi bagi penikmat mancing tentunya memancing tidaklah sekedar mendapat ikan, tapi tentu ingin merasakan sensasinya. Berdasarkan pengalaman, fishing tackle yang dipergunakan akan menentukan kenikmatannya.
    Budidaya dan Analisa Usaha Ikan Patin
    Fri, 22 Apr 2011 16:04:00 +0000
    DESKRIPSI
    Ikan patin merupakan jenis  ikan konsumsi air tawar,  berbadan panjang
    berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin
    dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual
    yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan
    diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup
    responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan,
    dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai
    keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk
    “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan
    kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan
    ikan ini.
    Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti
    perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut
    terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan
    catfish). Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang
    berfungsi sebagai peraba.
    2. SENTRA PERIKANAN
    Penangkaran ikan patin banyak terdapat di Lampung, Sumatera Selatan, Jawa
    Barat, Kalimantan.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 2/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    3. JENIS
    Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
    Ordo : Ostarioplaysi.
    Subordo : Siluriodea.
    Famili : Pangasidae.
    Genus : Pangasius.
    Spesies : Pangasius pangasius Ham. Buch.
    Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
    a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
    b) Pangasius macronema
    c) Pangasius micronemus
    d) Pangasius nasutus
    e) Pangasius  nieuwenhuisii
    4. MANFAAT
    1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
    2) Sebagai ikan hias.
    5 .  P E R S Y  AR  A T  AN   L O  K  AS I
    1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
    tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
    dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
    2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
    untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
    3) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan jala apung yang dipasang
    disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang berarus lambat.
    4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin harus bersih, tidak terlalu
    keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah
    pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur,
    maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin
    atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
    5) Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium
    adalah antara 26–28 derajat C. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif
    rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suhu optimal yang
    relatif stabil.
    6) Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 3/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
    Budidaya ikan patin meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi
    menjadi 2 kegiatan yaitu pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan
    ini umumnya belum populer dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya
    masih mengandalkan kegiatan penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan
    lain-lain) untuk memenuhi kebutuhan akan ikan patin.
    Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada
    ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang
    umumnya adalah benih selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat
    diperoleh dari hasil tangkapan di perairan umum. Biasanya menjelang musim
    kemarau pada pagi hari dengan menggunakan alat tangkap jala atau jaring.
    Benih dapat juga dibeli dari Balai Pemeliharaan Air Tawar di Jawa Barat. Benih
    dikumpulkan dalam suatu wadah, dan dirawat dengan hati-hati selama 2
    minggu. Jika air dalam penampungan sudah kotor, harus segera diganti dengan
    air bersih, dan usahakan terhindar dari sengatan matahari. Sebelum benih
    ditebar, dipelihara dulu dalam jaring selama 1 bulan, selanjutnya dipindahkan
    ke dalam hampang yang sudah disiapkan.
    Secara garis besar usaha pembenihan ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan
    sebagai berikut:
    a) Pemilihan calon induk siap pijah.
    b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar hipofise dari ikan donor,yaitu ikan
    mas.
    c) Kawin suntik (induce breeding).
    d) Pengurutan (striping).
    e) Penetasan telur.
    f) Perawatan larva.
    g) Pendederan.
    h) Pemanenan.
    Pada usaha budidaya yang semakin berkembang, tempat pembenihan dan
    pembesaran sering kali dipisahkan dengan jarak yang agak jauh. Pemindahan
    benih dari tempat pembenihan ke tempat pembesaran memerlukan
    penanganan khusus agar benih selamat. Keberhasilan transportasi benih ikan
    biasanya sangat erat kaitannya dengan kondisi fisik maupun kimia air, terutama
    menyangkut oksigen terlarut, NH3, CO2 , pH, dan suhu air.
    6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
    dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
    memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 4/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    1) Kolam pemeliharaan induk
    Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai
    contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila
    hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan
    pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi
    saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan dinding bisa ditembok
    atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian dalamnya. Pintu
    pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya, sedangkan untuk
    pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
    2) Kolam pemijahan
    Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas
    kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk
    kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk
    dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m
    2
     dengan 18 buah
    ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk
    menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa
    dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran
    kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama
    dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk penetasan menggunakan
    kolam pemijahan. Pada kolam penetasan diusahakan agar air yang masuk
    dapat menyebar ke daerah yang ada telurnya.
    3) Kolam pendederan
    Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
    pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
    dengan luas 25-500 m
    2
     dan pendederan lanjutan 500-1000 m
    2
     per petak.
    Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan
    pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di
    dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat
    berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan
    penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak
    tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu
    dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
    6.2. Pembibitan
    1) Menyiapkan Bibit
    Bibit yang hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam
    sejak kecil atau hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk
    yang ideal adalah dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam
    sehingga dapat dipilihkan induk yang benar-benar berkualitas baik.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 5/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
    Induk patin yang hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus
    di dalam sangkar terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi
    makanan khusus yang banyak mengandung protein. Upaya untuk
    memperoleh induk matang telur yang pernah dilakukan oleh Sub Balai
    Penelitian Perikanan Air Tawar Palembang adalah dengan memberikan
    makanan berbentuk gumpalan (pasta) dari bahan-bahan pembuat makanan
    ayam dengan komposisi tepung ikan 35%, dedak halus 30%, menir beras
    25%, tepung kedelai 10%, serta vitamin dan mineral 0,5%.
    Makanan diberikan lima hari dalam seminggu sebanyak 5% setiap hari
    dengan pembagian pagi hari 2,5% dan sore hari 2,5%. Selain itu, diberikan
    juga rucah dua kali seminggu sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini
    dilakukan untuk mempercepat kematangan gonad.
    Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
    sebagai berikut :
    a. Induk betina
    - Umur tiga tahun.
    - Ukuran 1,5–2 kg.
    - Perut membesar ke arah anus.
    - Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
    - Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
    - Kulit pada bagian perut lembek dan tipis.
    - kalau di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang
    bentuknya bundar dan besarnya seragam.
    b. Induk jantan
    - Umur dua tahun.
    - Ukuran 1,5–2 kg.
    - Kulit perut lembek dan tipis.
    - Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
    - Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
    Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium
    berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur
    bor yang telah diaerasi. Kepadatan penebaran ikan adalah 500 ekor per
    akuarium. Aerator ditempatkan pada setiap akuarium agar keperluan oksigen
    untuk benih dapat tercukupi. Untuk menjaga kestabilan suhu ruangan dan
    suhu air digunakan heater atau dapat menggunakan kompor untuk
    menghemat dana.
    Benih umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena
    masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
    Pada hari ketiga, benih ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning
    telur ayam yang direbus. Selanjutnya berangsur-angsur diganti denganTTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 6/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    makanan hidup berupa  Moina cyprinacea atau yang biasa dikenal dengan
    kutu air dan jentik nyamuk.
    Pembesaran ikan patin dapat dilakukan di kolam, di jala apung, melalui
    sistem pen dan dalam karamba.
    a) Pembesaran ikan patin di kolam dapat dilakukan melalui sistem
    monokultur maupun polikultur.
    b) Pada pembesaran ikan patin di jala apung, hal-hal yang perlu diperhatikan
    adalah: lokasi pemeliharaan, bagaimana cara menggunakan jala apung,
    bagaimana kondisi perairan dan kualitas airnya serta proses
    pembesarannya.
    c) Pada pembesaran ikan patin sistem pen, perlu diperhatikan: pemilihan
    lokasi, kualitas air, bagaimana penerapan sistem tersebut, penebaran
    benih, dan pemberian pakan serta pengontrolan dan pemanenannya.
    d) Pada pembesaran ikan patin di karamba, perlu diperhatikan masalah:
    pemilihan lokasi, penebaran benih, pemberian pakan tambahan,
    pengontrolan dan pemanenan.
    Hampang dapat terbuat dari jaring, karet, bambu atau ram kawat yang
    dilengkapi dengan tiang atau tunggak yang ditancapkan ke dasar perairan.
    Lokasi yang cocok untuk pemasangan hampang : kedalaman air  ± 0,5-3 m
    dengan fluktuasi kedalaman tidak lebih dari 50 cm, arus tidak terlalu deras,
    tetapi cukup untuk sirkulasi air dalam hampang. Perairan tidak tercemar dan
    dasarnya sedikit berlumpur. Terhindar dari gelombang dan angin yang
    kencang serta terhindar dari hama, penyakit dan predator (pemangsa). Pada
    perairan yang dasarnya berbatu, harus digunakan pemberat untuk
    membantu mengencangkan jaring. Jarak antara tiang bambu/kayu sekitar
    0,5-1 m.
    6.3. Pemeliharaan Pembesaran
    1) Pemupukan
    Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam,
    yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyakbanyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk
    hijau dengan dosis 50–700 gram/m
    2
    2) Pemberian Pakan
    Pemberian makan dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore). Jumlah makanan
    yang diberikan per hari sebanyak 3-5% dari jumlah berat badan ikan
    peliharaan. Jumlah makanan selalu berubah setiap bulan, sesuai dengan
    kenaikan berat badan ikan dalam hampang. Hal ini dapat diketahui dengan
    cara menimbangnya 5-10 ekor ikan contoh yang diambil dari ikan yang
    dipelihara (smpel).TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 7/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    3) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
    Selama pemeliharaan, ikan dapat diberi makanan tambahan berupa pellet
    setiap hari dan dapat pula diberikan ikan-ikan kecil/sisa (ikan rucah) ataupun
    sisa dapur yang diberikan 3-4 hari sekali untuk perangsang nafsu makannya.
    7. HAMA DAN PENYAKIT
    7.1. Hama
    Pada pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang
    antara lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga
    terdapat pada usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba.
    Karamba yang ditanam di dasar perairan relatif aman dari serangan hama.
    Pada pembesaran ikan patin di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa
    ikan buntal (Tetraodon sp.) yang merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain
    berupa ikan liar pemangsa adalah udang, dan seluang (Rasbora). Ikan-ikan
    kecil yang masuk kedalam wadah budidaya akan menjadi pesaing ikan patin
    dalam hal mencari makan dan memperoleh oksigen.
    Untuk menghindari serangan hama pada pembesaran di jala apung (rakit)
    sebaiknya ditempatkan jauh dari pantai. Biasanya pinggiran waduk atau danau
    merupakan markas tempat bersarangnya hama, karena itu sebaiknya semak
    belukar yang tumbuh di pinggir dan disekitar lokasi dibersihkan secara rutin.
    Cara untuk menghindari dari serangan burung bangau (Lepto-tilus javanicus),
    pecuk (Phalacrocorax carbo sinensis), blekok (Ramphalcyon capensis
    capensis) adalah dengan menutupi bagian atas wadah budi daya dengan
    lembararan jaring dan memasang kantong jaring tambahan di luar kantong
    jaring budi daya. Mata jaring dari kantong jaring bagian luar ini dibuat lebih
    besar. Cara ini berfungsi ganda, selain burung tidak dapat masuk, ikan patin
    juga tidak akan berlompatan keluar.
    7.2. Penyakit
    Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan
    patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat
    infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
    1) Penyakit akibat infeksi
    Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit,
    jamur, bakteri, dan virus. Produksi benih ikan patin secara masal masih
    menemui beberapa kendala antara lain karena sering mendapat serangan
    parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) sehingga banyak benih patin yangTTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 8/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan. Dalam usaha pembesaran
    patin belum ada laporan yang mengungkapkan secara lengkap serangan
    penyakit pada ikan patin, untuk pencegahan, beberapa penyakit akibat
    infeksi berikut ini sebaiknya diperhatikan.
    a. Penyakit parasit
    Penyakit white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa
    protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian:
    menggunakan metil biru atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram
    metil biru dalam 100 cc air). Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air
    yang bersih, kemudian kedalamnya masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan
    dalam larutan selama 24 jam. Lakukan pengobatan berulang-ulang
    selama tiga kali dengan selang waktu sehari.
    b. Penyakit jamur
    Penyakit jamur biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
    Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya luka pada badan ikan.
    Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya sp. Pada
    kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
    Pencegahan penyakit jamur dapat dilakukan dengan cara menjaga
    kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan
    yang terlanjur sakit harus segera diobati. Obat yang biasanya di pakai
    adalah malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30
    menit. Caranya rendam ikan yang sakit dengan larutan tadi, dan di ulang
    sampai tiga hari berturut- turut.
    c. Penyakit bakteri
    Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang
    sering menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan
    yang terserang akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama
    di bagian dada, perut, dan pangkal sirip.  Penyakit bakteri yang mungkin
    menyerang ikan patin adalah penyakit bakteri yang juga biasa menyerang
    ikan-ikan air tawar jenis lainnya, yaitu Aeromonas sp. dan Pseudomonas
    sp. Ikan patin yang terkena penyakit akibat bakteri, ternyata mudah
    menular, sehingga ikan yang terserang dan keadaannya cukup parah
    harus segera dimusnahkan. Sementara yang terinfeks, tetapi  belum
    parah dapat dicoba dengan beberapa cara pengobatan. Antara lain: (1)
    Dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20
    ppm selama 30–60 menit, (2) Merendam ikan dalam larutan nitrofuran 5-
    10 ppm selama 12–24 jam, atau (3) merendam ikan dalam larutan
    oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.
    2) Penyakit non-infeksi
    Penyakit non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi.
    Keracunan disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan
    yang berjamur dan berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan.
    Gajala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
    - Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus
    yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi,TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 9/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan
    ukuran tubuh, kurang lincah dan berkembang tidak normal.
    - Kendala yang sering dihadapi adalah serangan parasit Ichthyoptirus
    multifilis (white spot) mengakibatkan banyak benih mati, terutama benih
    yang berumur 1-2 bulan.
    - Penyakit ini dapat membunuh ikan dalam waktu singkat.
    - Organisme ini menempel pada tubuh ikan secara bergerombol sampai
    ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti bintik-bintik putih.
    - Tempat yang disukai adalah di bawah selaput lendir sekaligus merusak
    selaput lendir tersebut.
    8. PANEN
    8.1. Penangkapan
    Penangkapan ikan dengan menggunakan jala apung akan mengakibatkan ikan
    mengalami luka-luka. Sebaiknya penangkapan ikan dimulai dibagian hilir
    kemudian bergerak kebagian hulu. Jadi bila ikan didorong dengan kere maka
    ikan patin akan terpojok pada bagian hulu. Pemanenan seperti ini
    menguntungkan karena ikan tetap mendapatkan air yang segar sehingga
    kematian ikan dapat dihindari.
    8.2. Pembersihan
    Ikan patin yang dipelihara dalam hampang dapat dipanen setelah 6 bulan.
    Untuk melihat hasil yang diperoleh, dari benih yang ditebarkan pada waktu awal
    dengan berat 8-12 gram/ekor, setelah 6 bulan dapat mencapai  600-700
    gram/ekor. Pemungutan hasil dapat dilakukan dengan menggunakan jala
    sebanyak 2-3 buah dan tenaga kerja yang diperlukan sebanyak 2-3 orang. Ikan
    yang ditangkap dimasukkan kedalam wadah yang telah disiapkan.
    9. PASCAPANEN
    Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan
    ikan hidup maupun ikan segar.
    1) Penanganan ikan hidup
    Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
    keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
    konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
    a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
    C.
    b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 10/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
    2) Penanganan ikan segar
    Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
    perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
    a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
    b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
    c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
    dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
    daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
    seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
    kotak maksimum 50 cm.
    d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
    Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
    jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
    ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
    lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
    juga antara ikan dengan penutup kotak.
    3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
    sebagai berikut:
    a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
    tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
    plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
    dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
    air sumur yang telah diaerasi semalam.
    c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
    Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
    dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
    m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
    dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
    ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
    dengan ukuran benihnya.
    d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
    menjadi dua bagian, yaitu:
    1. Sistem terbuka
    Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
    memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
    Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
    mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
    2. Sistem tertutup
    Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
    waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
    pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
    Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yangTTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 11/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
    kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
    kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
    dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
    (air:oksigen=1:1); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
    dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
    Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
    dapat diisi 2 buah kantong plastik.
    Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat
    tujuan adalah sebagai berikut:
    - Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
    dalam 10 liter air bersih).
    - Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
    setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
    plastik terjadi perlahan-lahan.
    - Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan  tetrasiklin selama
    1-2 menit.
    - Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak
    pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan
    pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut.
    Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak
    20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
    - Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
    Pengemasan benih harus dapat menjamin keselamatan benih selama
    pengangkutan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan benih
    ikan patin yaitu:
    - Sediakan kantong plastik sesuai kebutuhan. Setiap kantong dibuat
    rangkap untuk menghindari kebocoran. Sediakan karet gelang untuk
    simpul sederhana. Masing-masing kantong diisi air sumur yang telah
    diaerasi selama 24 jam.
    - Benih ikan yang telah dipuasakan selama 18 jam ditangkap dengan
    serokan halus kemudian dimasukan kedalam kantong plastik tadi.
    - Satu persatu kantong diisi dengan oksigen murni (perbandingan
    air:oksigen = 1:2). Setelah itu segera diikat dengan karet gelang
    rangkap.
    - Kantong-kantong plastik berisi benih dimasukkan kedalam kardus.
    - Lama pengangkutan. Benih ikan patin dapat diangkut selama 10 jam
    dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 98,67%. Jika jarak yang
    hendak ditempuh memerlukan waktu yang lama maka satu- satunya
    cara untuk menjamin agar ikan tersebut selamat adalah dengan
    mengurangi jumlah benih ikan di dalam setiap kantong plastik.
    Berdasarkan penelitian terbukti bahwa benih patin masih aman
    diangkut selama 14 jam dengan kapadatan 300 ekor per liter.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 12/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
    10.1.Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis usaha ikan patin pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat
    adalah sebagai berikut:
    1) Biaya produksi
    a. Kolam pemijahan 2 x 2 m Rp.     200.000,-
    b Bibit /benih
    - 2 ekor induk @ Rp. 150.000,- Rp.     300.000,-
    - Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp.       50.000,-
    c. Pakan/makanan (Artemia Salina) Rp.       80.000,-
    d. Obat
    - Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp.         8.000,-
    - Pregnil Rp.       50.000,-
    e. Alat
    - Bangunan dan sumur Rp.   2.000.000,-
    - Genzet Rp.   2.500.000,-
    - Aerator Rp.      500.000,-
    - Selang aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp.        50.000,-
    - Kompor (4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp.      100.000,-
    - 100 unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp.   3.500.000,-
    f. Tenaga kerja
    - Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp.      560.000,-
    g. Biaya tak terduga 10% Rp.      989.800,-
    Jumlah biaya produksi Rp. 10.887.800,-
    2) Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp.       98.000,-
    3) Presentase output terhadap investasi/aquarium 3,15 %
    4) Analisis usaha untuk menutup investasi
    a. Periode 1: 2 Minggu pertama
    Benih @ Aquarium:100 ekor=100x100xRp.125,- Rp.   1.250.000,-
    b. Periode II :
    Pengeluaran Tetap/2 mingguan Rp.      480.000,-
    Dari perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat
    menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik
    keuntungan
    10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
    Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
    danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensiTTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 13/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
    Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
    pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
    pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
    penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
    Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar
    lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
    penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
    Apabila pasaran lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat
    berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
    di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan patin boleh dikatakan hampir tak
    ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
    faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
    perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
    11. DAFTAR PUSTAKA
    1) Anonim (1995). Pembesaran Ikan Patin Dalam Hampang (Banjarbaru:
    Lembar Informasi Pertanian.
    2) Aida, Siti Nurul, dkk. (1992/1993). Pengaruh Pemberian Kapur Pada Mutu
    Air dan Pertumbuhan Ikan Patin di Kolam Rawa Non Pasang Surut dalam
    Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar.
    3) Arifin, Zainal. (1987).  “Pembenihan Ikan Patin (Pangasius pangasius)
    Dengan Rangsangan Hormon” , Buletin Penelitian Perikanan  Darat. 6 (1),
    1987: 42 - 47.
    4) Arifin, Zainal, Pengaruh  Pakan  Terhadap  Pematangan  Calon  Induk
    Ikan  Patin (Pangasius pangasius) dalam Prosiding Seminar Hasil
    Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
    5) --------------, dkk. Perawatan Larva Ikan Patin  (Pangasius pangasius)
    dengan Lingkungan Air Yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil
    Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
    6) --------------,  dkk. Pemberian Pakan Berbeda Pada Pembesaran Ikan Patin
    (Pangasius pangsius) Dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil
    Penelitian Perikanan Air Tawar 1992/1993.
    7) --------------, dan Asyari, Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius)
    dalam Sangkar di Kolam dengan Kualitas Air yang Berbeda dalam
    Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992,
    Balitkanwar, Bogor, 1992.
    8) --------------, dan Asyari, Perawatan Larva Ikan Patin (Pangasius
    pangasius) Dengan Sistem Resirkulasi dalam Proseding Seminar Hasil
    Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.
    9) --------------; Asyari (1992). Pendederan Benih Ikan Patin (Pangasius
    pangasius) dalam Sangkar dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian
    Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Bogor, 1992.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 14/ 14
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    10) Susanto, Heru (1999). Budi Daya Ikan Patin. Jakarta: Penebar Swadaya,
    1999 ).
    11) Widiayati, Ani, dkk., Pegaruh Padat Tebar Induk Patin (Pangasius
    pangasius ) Yang dipelihara di Karamba Jaring Apung dalam Proseding
    Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar,
    Bogor, 1992.
    12. KONTAK HUBUNGAN
    Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
    Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
    Jakarta, Maret 2000
    Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
    Editor : Kemal Prihatman
    Cara Budidaya dan Analisa Usaha Ikan Mas
    Fri, 22 Apr 2011 07:30:00 +0000
    Ikan mas merupakan jenis  ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang
    pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475
    sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun
    1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas
    yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan
    Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat
    10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

    Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk,
    sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan
    umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,
    Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta

    Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
    Kelas : Osteichthyes
    Anak kelas : Actinopterygii
    Bangsa : Cypriniformes
    Suku : Cyprinidae
    Marga : Cyprinus
    Jenis : Cyprinus carpio L.
    Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri
    dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan
    kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,
    bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas
    adalah sebagai berikut:
    1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;
    bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;
    perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
    2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih
    gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila
    diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang
    badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
    3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata
    pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;
    gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan
    panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
    4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif
    panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan
    lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan
    antara 3,5:1.
    5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik
    bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari
    warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah  long tail Indonesian carp,
    long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,
    shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku
    nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
    Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang
    berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang
    berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang
    banyak dibudidayakan.
    Manfaat ikan Mas antara lain:
    1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.
    2) Sebagai ikan hias.

    P E R S Y  AR  A T  AN   L O  K  AS I
    1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
    tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar
    dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
    2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%
    untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
    3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada
    ketinggian antara 150-1000 m dpl.
    4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh
    dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
    5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air
    deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi
    pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air
    tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras
    debitnya 100 liter/menit/m3
    6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
    7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.

    PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
    Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1) Kolam
    Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
    dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga
    memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
    a. Kolam pemeliharaan induk
    Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.
    Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter
    persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila
    diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200
    meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan
    dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu
    bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang
    sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
    b. Kolam pemijahan
    Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.
    Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
    dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa
    untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18m2
    dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah
    pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu
    pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai
    pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam
    penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali
    juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
    penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah
    yang ada telurnya.
    c. Kolam pendederan
    Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan
    pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama
    dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.
    Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan
    dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran
    dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir
    adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
    memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah
    pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air
    sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
    2) Peralatan
    Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas
    diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu
    untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,
    baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),
    cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar
    kekeruhan.
    Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan
    mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
    panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat
    menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk
    mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur
    yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara
    terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan
    penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),
    sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
    menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),
    scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),
    seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk
    segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
    3) Persiapan Media
    Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk
    pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.
    Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah
    pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
    memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,
    diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing
    dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk
    buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram
    dan 10 gram/meter persegi.

    Pembibitan
    1) Pemilihan Bibit dan Induk
    Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu
    secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin
    meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan
    maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.
    Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi
    alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya
    pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan
    teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian
    kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian
    kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan
    penyeleksian terhadap induk ikan mas.
    Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang
    untuk dipijah adalah sebagai berikut:
    a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:
    umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
    b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor
    mulus, sehat, sirip tidak cacat.
    c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;
    panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa  mata tampak
    jernih.
    d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
    e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih
    panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
    Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah
    sebagai berikut:
    a) Betina
    - Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
    - Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
    - Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
    b) Jantan
    - Badan tampak langsing.
    - Gerakan lincah dan gesit.
    - Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
    2) Sistim Pembenihan/Pemijahan
    Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
    a. Sistim pemijahan tradisional
    Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
    - Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
    kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
    induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan
    telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam
    penetasan.
    - Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
    kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
    induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
    penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit
    bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari
    tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke
    kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian
    sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
    - Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar
    kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
    induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
    penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan
    rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di
    seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;
    (3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam   pemijahan.;
    (4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela
    bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.
    - Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam
    sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk
    dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
    penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di
    permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan
    ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam
    pendederan.
    - Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit
    keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi
    air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
    merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur
    digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3)
    setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)
    setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.
    - Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan
    tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
    b. Sistim kawin suntik
    Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur
    dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise
    ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor
    (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah
    suntikan dilakukan  dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang
    melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana
    yang lengkap dan perawatan yang intensif.
    3) Pembenihan/Pemijahan
    Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:
    a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.
    b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan
    suhu berkisar 25 derajat C.
    c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.
    d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan
    seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.
    e. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet
    diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran
    2-4% dari jumlah berat induk ikan.
    4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan
    Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur
    hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan
    (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana
    kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan
    liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan
    pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
    Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
    a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah
    benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1
    bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
    b. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang
    disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran
    benih menjadi 3-5 cm.
    c. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang
    disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran
    benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus
    3-5% dari jumlah bobot benih.
    d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang
    disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih
    menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%
    dari jumlah bobot benih.
    5) Perlakuan dan Perawatan Bibit
    Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan
    pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari
    selama 3 minggu.

    Pemeliharaan Pembesaran
    Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun
    monokultur.
    a) Polikultur
    1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau
    2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.
    b) Monokultur
    Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan
    dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk
    jantan dan betina.
    1) Pemupukan
    Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,
    TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2 Setelah itu kolam
    diisi air 39\0-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam
    disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,
    Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas
    serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari
    kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung
    pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka
    padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan
    pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa).
    Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.
    2) Pemberian Pakan
    Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan
    buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang
    cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,
    lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.
    Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban
    diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur
    rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter
    air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada
    benih, perawatan 5-7 hari.
    3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
    Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah
    menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak
    tercemari/teracuni oleh zat beracun.
    7. HAMA DAN PENYAKIT
    7.1. Hama
    1) Bebeasan (Notonecta)
    Berbahaya bagi benih karena sengatannya.  Pengendalian: menuangkan
    minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
    2) Ucrit (Larva cybister)
    Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek.  Pengendalian: sulit
    diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
    3) Kodok
    Makan telur telur ikan.  Pengendalian: sering membuang telur yang
    mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
    4) Ular
    Menyerang benih dan ikan kecil.  Pengendalian: lakukan penangkapan;
    pemagaran kolam.
    5) Lingsang
    Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
    6) Burung
    Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
    Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi
    rumbai-rumbai atau tali penghalang.
    7) Ikan gabus
    Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau
    dibuat bak filter.
    8) Belut dan kepiting
    Pengendalian: lakukan penangkapan.
    7.2. Penyakit
    1) Bintik merah (White spot)
    Gejala: pada bagian tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih,
    pada infeksi berat terlihat jelas lapisan putih, menggosok-gosokkan
    badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah
    serta sering muncul di permukaan air.  Pengendalian: direndam dalam
    larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4
    cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur
    NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
    2) Bengkak insang dan badan ( Myxosporesis)
    Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, bagian punggung
    terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur
    kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
    3) Cacing insang, sirip, kulit (Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
    Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok,
    ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi
    pendarahan dan menebal pada insang.  Pengendalian: (1) direndan dalam
    larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam
    Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang
    berlebihan.
    4) Kutu ikan (argulosis)
    Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena dihisap darahnya. Bagian
    kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak merah (hemorrtage).
    Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20
    gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3)
    selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
    5) Jamur (Saprolegniasis)
    Menyerang bagian kepala, tutup insang, sirip dan bagian yang lainnya.
    Gejala: tubuh yang diserang tampak seperti kapas. Telur yang terserang
    jamur, terlihat benang halus seperti kapas. Pengendalian: direndam dalam
    larutan Malactile green oxalat (MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur
    yang terserang direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
    6) Gatal (Trichodiniasis)
    Menyerang benih ikan.  Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan
    badan pada sisi kolam/aquarium.  Pengendalian: rendam selam 15 menit
    dalam larutan formalin 150-200 ppm.
    7) Bakteri psedomonas flurescens
    Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip
    ekor terkikis.  Pengendalian: pemberian pakan yang dicampur
    oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama
    7 hari berturut-turut.
    8) Bakteri aeromonas punctata
    Penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna badan suram, tidak cerah; kulit
    kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu
    gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal.  Pengendalian:
    penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100
    mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari
    berturut-turut.
    Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya
    penyakit dan hama pada budidaya ikan mas:
    1) Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
    2) Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
    3) Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
    4) Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu
    pintu pemasukan air.
    5) Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
    6) Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan
    secara hati-hati dan benar.
    7) Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters)
    sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

    PANEN
    8.1. Pemanenan Benih
    Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih dahulu dipersiapkan alatalat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat tangkap dan sarana
    yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember lebar, seser halus
    sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai penyimpanan benih
    sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam agar
    benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang berisi air bersih
    untuk penyimpanan benih hasil panen.
    Panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan
    sebaiknya berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk
    menghindari terik matahari yang dapat mengganggu benih ikan kesehatan
    tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula dengan menyurutkan air kolam
    pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi secara perlahan-lahan agar ikan
    tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak. Setelah air surut
    benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam
    ember atau keramba.
    Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat
    diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
    8.2. Cara Perhitungan Benih
    Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang disimpan dalam bak
    penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung jumlahnya. Cara
    menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan
    menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan,
    dan dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih
    biasanya dengan cara:
    a) Penghitungan dengan sendok.
    b) Penghitungan dengan mangkok.
    8.3. Pembersihan
    Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang miring dan ada
    saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut ada bagian yang
    lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air menyurut,
    maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut. Benih
    ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam kolam.
    Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang
    telah disiapkan.
    8.4. Pemanenan Hasil Pembesaran
    Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen
    total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat
    berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara
    mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak
    pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu
    pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
    Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan
    menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan
    secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
    PASCAPANEN
    Penanganan pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan
    ikan hidup maupun ikan segar.
    1) Penanganan ikan hidup
    Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam
    keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke
    konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
    a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajatC.
    b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
    c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
    2) Penanganan ikan segar
    Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang
    perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
    a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
    b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
    c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak
    dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan
    daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan
    seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi
    kotak maksimum 50 cm.
    d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C.
    Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan
    jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian
    ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es
    lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian
    juga antara ikan dengan penutup kotak.
    3) Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih adalah
    sebagai berikut:
    a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan
    tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong
    plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    b. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama
    dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan
    air sumur yang telah diaerasi semalam.
    c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari.
    Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan
    dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1
    m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan
    dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan
    ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan
    dengan ukuran benihnya.
    d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi
    menjadi dua bagian, yaitu:
    - Sistem terbuka
    Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak
    memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba.
    Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk
    mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
    - Sistem tertutup
    Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan
    waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
    pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer
    Na2(hpo)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang
    diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air bersih ke dalam
    kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan
    kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung
    dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga
    (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik lalu diikat. (5) kantong plastik
    dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan.
    Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m
    dapat diisi 2 buah kantong plastik.TTG BUDIDAYA PERIKANAN
    Hal. 14/ 16
    Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
    Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
    Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
    Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan
    adalah sebagai berikut:
    - Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin
    dalam 10 liter air bersih).
    - Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam
    setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong
    plastik terjadi perlahan-lahan.
    - Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan  tetrasiklin selama 1-
    2 menit.
    - Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan
    benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan
    dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli
    dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau
    formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
    - Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
    10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
    10.1.Analisis Usaha Budidaya
    Analisis budidaya ikan mas koki dengan luas lahan 70 m2
     (kapasitas 1000 ekor)
    selama 7 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Barat.
    1) Biaya produksi
    a. Sewa dan pembuatan kolam Rp.   1.500.000,-
    b. Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,- Rp.      100.000,-
    c. Pakan
    - Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp.      225.000,-
    - Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp.        95.000,-
    - Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp.        75.000,-
    - Ganti air  7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,- Rp.      140.000,-
    - Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,- Rp.      280.000,-
    - Obat-oabatan Rp.        10.000,-
    d. Peralatan Rp.        50.000,-
    e. Lain-lain Rp.      150.000,-
    Jumlah biaya produksi Rp.   2.625.000,-
    2) Pendapatan
    a. Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,- Rp.      400.000,-
    b. Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp. 3.000,- Rp.      750.000,-
    c. Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp. 10.000,- Rp.   2.500.000,-
    Jumlah pendapatan Rp.   3.650.000,-
    3) Keuntungan dalam 7 bulan Rp.   1.025.000,-
    a. Keuntungan per bulan Rp.     146.425,-
    4) Parameter kelayakan usaha
    B/C ratio 1,39
    10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
    Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa,
    danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi
    alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
    Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh
    pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal
    pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen,
    penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
    Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mas dan ikan air tawar
    lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil
    penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
    Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka akan sangat
    berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir
    di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh dikatakan hampir tak
    ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan
    faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor
    perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

    DAFTAR PUSTAKA
    1) DAMANA, Rahman. 1990.  Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam
    Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2
    2) GUNAWAN.  Mengenal Cara Pemijahan Ikan Mas  dalam Sinar Tani. 27
    Agustus 1988 hal. 5
    3) RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan Mas, Untungnya Bagai Menabung
    Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal.  5
    4) RUKMANA, Rahmat. 1992.  Prospek Usaha Ikan Mas Menggiurkan Dan
    Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992 hal. 7
    5) SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis : Budidaya ikan mas. Yogyakarta :
    Kanisius.
    6) SUMANTADINATA, Komar. 1981.  Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan
    di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.
    7) SUSENO, Djoko. 1999.  Pengelolaan usaha pembenihan ikan mas, cet. :7.
    Jakarta : Penebar Swadaya.
    12. KONTAK HUBUNGAN
    Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
    Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
    Jakarta, Maret 2000
    Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
    Editor : Kemal Prihatman
    Cara Budidaya Tiram
    Thu, 21 Apr 2011 18:46:00 +0000
    Tiram tersebar luas, beberapa jenis diantaranya telah berhasil dibudidayakan.
    Mereka terdiri dari marga Ostrea yang berbentuk ceper dan marga Crassostrea
    yang berbentuk seperti piala.
    Di Malaysia sedikitnya ada dua jenis dari marga Crassostrea yaitu C. cucullatus
    dan C. rivalaris.

    CARA PEMBUDIDAYAAN
    Dalam budidaya tiram terdapat dua kegiatan utama, yaitu:
    1) Pengumpulan spat
    2) Pembesaran
    1) Pengumpulan spat
    Sampai sekarang spat tiram masih diperoleh dari alam.  Di Amerika Serikat
    dan di Inggris sedang diadakan percobaan pemijahan tiram secara buatan di
    Balai Pembenihan.  Sarana yang digunakan untuk mengumpulkan spat tiram
    dari alat yang disebut kolektor.
    a. Pemilihan lokasi
    Lokasi untuk menempatkan kolektor tentu saja harus di ladang-ladang
    induk tiram, utamanya pada waktu induk-induk tiram itu sedang atau
    sehabis berpijah.  Dicari lokasi yang terlindung agar kolektor-kolektornya
    tidak rusak atau hanyut karena amukan angin atau gelombang.
    Kedalaman pemasangan kolektor yang dapat ditempeli spat tiram sangat
    bervariasi, mulai dari kolektor yang paling ideal adalah diperoleh dari
    pengalaman.
    b. Waktu pemasangan
    Metoda pengumpulan apapun yang digunakan dalam budidaya tiram
    sangat tergantung pada ketepatan waktu pemasangan kolektor.  Saat
    yang paling baik pemasangan kolektor sangat bervariasi,  diantaranya
    tergantung pada jenis, lokasi dan fluktuasi tahunan dari suhu, kadar
    garam, pasang surut dan lain sebagainya.
    Di Malaysia, tiram berpijah sepanjang tahun dengan puncak pada awal
    musim hujan.  Jumlah spat yang paling banyak diperoleh 2 ~ 3 minggu
    setelah datangnya turun hujan yang tiba-tiba dan lebat, dan berakhir
    beberapa hari kemudian.  Sebaiknya pemasangan kolektor dilakukan
    pada musim  spat, agar tidak didahului menempelnya teritip, lumpur atau
    kotoran lainnya.
    Salah satu cara untuk mengetahui musim spat adalah dengan jalan
    pengambilan contoh air dengan jaring plankton.  Burayak tiram yang
    berukuran panjang 0,25 ~ 0,50 mm dapat dikenali pada umbonya yang
    miring (Gambar 1).
    Gambar 1.  Burayak Tiram Berukuran 0,25-0,50 mm.
    Cara lainnya dapat juga dilakukan dengan jalan memeriksa induk-induk
    tiram yang sedang hamil selama beberapa hari.  Jika sebagian besar dari
    mereka sudah kempis perutnya, maka berarti mereka sudah memijah dan
    kolektor-kolektor bisa segera dipasangkan.  Tetapi cara yang terakhir ini
    masih diragukan kecermatannya, karena kerapkali para burayak mati atau
    hanyut beberapa hari setelah pemijahan.
    c. Metoda pengumpulan spat
    Satu hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kolektor adalah
    bahwa kolektor tersebut dapat ditempeli spat sebanyak-banyaknya, murah
    dan mudah penanganannya.  Berikut ini diutarakan beberapa metoda
    pengumpulan spat.
    - Kolektor tancap
    Salah satu cara pengumpulan spat yang paling bersahaja adalah
    dengan jalan menancapkan bambu-bambu atau kayu-kayu (misalnya
    kayu bakau atau nibung) di ladang tiram.  Kolektor disusun sekerap
    mungkin dan diatur berbanjar yang jarak antara banjarnya dapat dilalui
    oleh perahu.
    - Metoda rak
    Sebagai kolektornya digunakan genteng atau asbes bergelombang
    atau bilah kayu yang diter.  Kolektor disisip-sisipkan pada rak.
    Gambar 2.  Kolektor Asbes Bergelombang dengan Metoda Rak
    -. Kolektor gantung
    Kolektor digantung pada rakit atau pada palang cagak silang.
    * Metoda rakit
    Rakit terbuat dari batang-batang bambu atau kayu dengan tong
    plastik atau drum sebagai penyangganya.
    Gambar 3.  Rakit untuk Penggantungan Kolektor-kolektor
    * Metoda palang cagak-silang
    Bahan cagak terbuat dari dua batang bambu atau kayu yang
    ditancapkan di dasar laut secara silang, kemudian dipasang palang
    bambu atau kayu di antara kedua cagak-silang tersebut.
    Gambar 4.  Palang Cagak Silang untuk Penggantungan Kolektor-kolektor
    Kolektor-kolektor bisa terbuat dari genting, asbes, bilah-bilah bambu
    atau kayu, atau wadah telur ayam/itik bekas.
    Untuk memudahkan menempelnya spat, maka sebaiknya kolektorkolektor dilapisi adonan kapur-pasir-semen.  Dengan dilapisi adonan ini
    utamanya kolektor yang terbuat dari wadah telur yang lembek dan
    mudah hancur terendam air itu akan menjadi lebih kuat.  Perbandingan
    adonan adalah dua bagian pasir halus (ditapis dengan ayakan tembaga
    nomor 16 bermata 1,003 mm), dua bagian semen dan satu bagian
    kapur.  Adonan diberi air secukupnya sampai kental seperti sup,
    kemudian kolektor-kolektor dicelupkan ke dalamnya lalu dianginkan
    sampai kering.
    Pemasangan kolektor dari wadah telur diatur sebagai berikut :
    beberapa lapis wadah telur dibungkus dalam jaring kemudian
    digantungkan pada rakit atau pada palang cagak-silang dengan
    kedalaman yang berbeda-beda untuk tidak berhimpitan dan dapat
    ditempeli spat pada lapisan air yang berlainan.
    Gambar  5.  Kolektor dari Wadah Telur yang Dibungkus dalam Jaring
    Bilah-bilah bambu atau kayu, lembaran asbes atau genting di buat
    empat persegi dengan ukuran tertentu, kemudian diikat beruntun
    dengan tali sisal, injuk, nylon atau dengan jenis tali lainnya.
    Gambar 6.  Kolektor Gantung yang Diikat dengan Tali
    2) Pembesaran
    Setelah spat-spat mencapai ukuran 20 mm atau lebih, mereka dilepas dari
    kolektor, kemudian dipindahkan ke lokasi lain untuk dibesarkan.  Di bawah ini
    diutarakan beberapa metoda pembesaran.
    a. Metoda cagak
    Pada lazimnya metoda cagak ini digunakan di perairan yang dangkal.
    Cagak yang terbuat dari batang-batang bambu atau kayu ditancaptancapkan di dasar laut.  Spat-spat tiram melekat pada cagak-cagak
    tersebut.  Tiram-tiram yang sudah matang telur berangsur-angsur
    dipindahkan untuk mencegah terlampau berdesakkan.
    b. Metoda dulang
    Dulang terbuat dari kawat ram tahan karat bermata 12,7 mm.  Sebagai
    kerangkanya terbuat dari kayu.  Metoda dulang ini biasanya digunakan di
    perairan yang dangkal dengan dasar pasir (Gambar 7).
    Gambar 7.  Metoda Dulang
    c. Metoda rakit
    Pada umumnya metoda rakit ini digunakan di perairan dengan kedalaman
    5 meter ke atas pada waktu air surut.  Lokasi perairan untuk metoda rakit
    ini harus terlindung dari amukan angin dan gelombang.  Spat-spat tiram
    dimasukkan dalam sangkar jaring atau dulang plastik, kemudian
    digantungkan pada rakit.  Bentuk rakit sama dengan bentuk rakit untuk
    pengumpulan spat.
    3. HAMA
    Beberapa musuh tiram diantaranya terdiri dari bintang laut, siput, beberapa
    jenis cacing, kerang hijau, teritip dan lain sebagainya.
    1) Bintang Laut
    Bintang laut dapat dikendalikan dengan jalan membuang atau menubanya.
    Bintang-bintang laut dibuang dengan tongkat berujung runcing pada waktu
    air sedang surut.  Pada ladang budidaya yang dalam, bintang-bintang laut
    dibuang dengan mengunakan sapu lawe.  Sesuai dengan namanya, sapu
    bintang laut ini terbuat dari lawe yang diikatkan secara berderet pada
    sebatang kawat sepanjang 2 kaki (± 60 cm).  Sapu ditarik secara perlahan di
    dasar laut, kemudian bintang-bintang lautnya yang tersapu dinaikkan ke atas
    (selang 10 menit) untuk dibuang atau dibunuh.
    Gambar 8.  Sapu Bintang Laut
    Bintang laut dapat dibunuh dalam air panas atau dalam larutan garam pekat.
    Bila bintang lautnya banyak dapat dimusnahkan dengan jalan menebarkan
    kapur sebanyak ± 227 kg/are di dasar laut.
    2) Siput Pengebor
    Beberapa jenis siput, seperti jenis Thais sp dapat mengebor cangkangcangkang tiram sehingga tiram-tiramnya mati.  Cara yang paling sederhana
    untuk mencegah ganguan jenis siput ini adalah dengan jalan memilih ladang
    budidaya yang bebas dari mereka.
    Gambar 9.  Siput Pengebor Jenis thais sp.
    3) Cacing Lepuh
    Cacing lepuh lumpur jenis Polydora sp.  yang hidup pada bagian dalam
    cangkang tiram dapat mengakibatkan lepuh-lepuh berwarna hitam pada
    permukaan bagian dalam cangkang tiram.  Cacing lepuh dapat dimusnahkan
    dengan jalan merendam tiram-tiramnya dalam larutan garam pekat.
    4) Kerang Hijau
    Kerang hijau (Perna viridis) merupakan saingan utama bagi tiram dalam hal
    makanan dan tempat hidup.  Karena ulah kerang hijau, mutu tiram menjadi
    rendah dan bahkan membunuhnya.  Oleh karena itu sebelum
    pembudidayaan tiram dilakukan terlebih dahulu memusnahkan kerangkerang hijaunya.
    5) Teritip
    Teritip (Balanus sp.) sering mengotori cangkang tiram bagian luar.
    Sebagaimana halnya dengan kerang hijau, teritipun merupakan saingan
    berat bagi tiram dalam hal makanan dan tempat hidup, serta sangat
    mengurangi produktivitas spat-spat tiram yang dapat melekat pada kolektor
    karena sudah didahului oleh teritip.
    Pengotoran kolektor tiram oleh teritip dapat ditanggulangi sampai pada
    tingkat tertentu dengan jalan pengamatan burayak tiram dalam contohcontoh plankton untuk mengetahui musim puncak spatnya.  Jika
    pemasangan kolektor terlalu dini, maka dengan cepat sekali kolektor tersebut
    dipenuhi oleh teritip.  Bilamana memungkinkan sebaiknya memilih lokasi
    budidaya tiram di daerah perairan yang populasi teritipnya tidak begitu padat.
    6) Cacing Tabung
    Jenis cacing ini (pomatoceros sp.) berbentuk tabung berkapur putih dan
    hidup melekat pada cangkang tiram bagian luar, sehingga selain cangkang
    tiramnya kotor, juga bersaing dalam perolehan makanan.
    4. PANEN
    Tiram sudah dapat dipanen setelah mencapai ukuran 100 mm.  Untuk
    mencapai ukuran ini diperlukan waktu pemeliharaan selfma 12 ~ 18 bulan
    semenjak masa pengumpulan spat.  Atau apabila jeroan dagingnya sudah
    berwarna putih susu yang mengandung glikogen.
    Jika tiram-tiram itu untuk disimpan agak lama sebainya disejukkan pada suhu
    10 derajat C atau 340 derajat F.
    5. KESEHATAN MASYARAKAT
    Salah satu masalah pada tiram ini adalah bahwa binatang ini mudah
    terkontaminasi oleh bakteri, karena ternyata tiram tahan terhadap pencemaran
    yang mengandung bakteri patogenis yang berasal dari buangan industri
    maupun dari buangan rumah tangga.  Oleh karena itu, sebaiknya usaha
    budidaya tiram dilakukan di perairan yang masih belum tercemar.
    Bakteri yang terdapat dalam tiram dapat dibasmi dengan jalan merebusnya
    selama 2 ~ 3 menit.  Jika tiram-tiram yang sudah terkena polusi hendak
    dipasarkan hidup-hidup, bakterinya dapat dilenyapkan dengan cara merendam
    tiram-tiramnya dalam air bersih bebas hama selama 2 ~ 4 hari.  Tiram-tiram
    dapat juga disuci hamakan dalam air bebas bakteri yang telah diperlakukan
    dengan sinar ultra violet, khlorin atau ozon.
    6. DAFTAR PUSTAKA
    1) Galtsoff, P.S. (1964).  The American Oyster.  Fish.  Bull.  Fish Wildl.  Serv.,
    64. 480pp.
    2) Medoof, J.C. (1961). Oyster Farming in the Maritimes. Fish. Res. Bd. Can.
    Bull. No. 131.
    3) Okada, H. (1963).  Report on Oyster Culture Experiments in Malaysia (1960-
    1963).  Published by Bahagian Perikanan, Kementrian Pertanian dan
    Pembangunan Luar Bandar.
    7. SUMBER
    Budidaya Tiram, Judul asli: Oyster Culture, oleh P.S. Choo, Fisheries Research
    Institute Glugor, Penang, Malaysia. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
    oleh Drs. T. Asikin - Direktorat Jenderal Perikanan bekerjasama dengan
    International Development Research Centre, 1985.
    8. KONTAK HUBUNGAN
    Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.
    Jakarta, Maret 2001
    Disadur oleh : Tarwiyah
    KEMBALI KE MEN
    Membudidayakan Udang Windu
    Thu, 21 Apr 2011 18:39:00 +0000
    Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13
    (5 ruas kepala dan 8 ruas dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar
    yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang terdapat di pasaran
    sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri
    dari udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat
    pantai. Udang air tawar pada umumnya termasuk dalam keluarga
    Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai kelompok
    udang  palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa
    disebut udang penaeid oleh para ahli.

    Udang adalah salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang
    bermutu tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas.
    Permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun.
    Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini negara produsen
    udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.

    SENTRA PERIKANAN
    Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan
    (Jeneponto, Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan
    Jawa Timur (Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh,
    Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain.
    3. JENIS
    Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
    Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
    Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
    Superordo : Eucarida
    Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
    Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
    Famili : Palaemonidae, Penaeidae

    MANFAAT
    !) Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu
    21%, dan rendah kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%.
    Kandungan vitaminnya dalam 100 gram bahan adalah vitamin A 60 SI/100;
    dan vitamin B1 0,01 mg. Sedangkan kandungan mineral yang penting adalah
    zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 gram
    bahan.
    2) Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng,
    terasi, krupuk, dll.
    3) Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala)
    dapat dimanfaatkan untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
    4) Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang,
    sebagai sumber kolesterol bagi pakan udang budidaya.
    5) Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara maju
    sudah dapat dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi,
    tekstil, kertas, pangan, dll.
    6) Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam
    industri kain, karena tahan api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna
    dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.

    P E R S Y  AR  A T  AN   L O  K  AS I
    1) Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang
    pantai (beberapa meter dari permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26-28
    derajat C.
    2) Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat
    berpasir, karena dapat menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudah
    dipadatkan dan tidak pecah-pecah.
    3) Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir,
    dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%. Tanah tidak boleh porous
    (ngrokos).
    4) Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawar
    tergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah yang paling cocok untuk
    pertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3
    meter.
    5) Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0-
    35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur dengan
    secchi disk)
    6) Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter;
    H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200 mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter;
    Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0-
    0,02 mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01
    mg/liter; Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen (Ar)=0-1 mg/liter; Selenium
    (Se)=0-0,05 mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002
    mg/liter; Flourida (F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter

    PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
    6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    Syarat konstruksi tambak:
    1) Tahan terhadap damparan ombak besar, angin kencang dan banjir. Jarak
    minimum pertambakan dari pantai adalah 50 meter atau minimum 50 meter
    dari bantara sungai.
    2) Lingkungan tambak beserta airnya harus cukup baik untuk kehidupan udang
    sehingga dapat tumbuh normal sejak ditebarkan sampai dipanen.
    2) Tanggul harus padat dan kuat tidak bocor atau merembes serta tahan
    terhadap erosi air.
    3) Desain tambak harus sesuai dan mudah untuk operasi sehari-hari, sehingga
    menghemat tenaga.
    4) Sesuai dengan daya dukung lahan yang tersedia.
    5) Menjaga kebersihan dan kesehatan hasil produksinya.
    6) Saluran pemasuk air terpisah dengan pembuangan air.
    Teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan dengan
    letak, biaya, dan operasi pelaksanaannya, yaitu tambak ekstensif, semi intensif,
    dan intensif.
    1) Tambak Ekstensif atau Tradisional
    a. Dibangun di lahan pasang surut, yang umumnya berupa rawa-rawa
    bakau, atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rerumputan.
    b. Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur.
    c. Luasnya antara 3-10 ha per petak.
    d. Setiap petak mempunyai saluran keliling (caren) yang lebarnya 5-10 m di
    sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Di bagian tengah juga dibuat
    caren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih
    dalam dari bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran
    hanya dapat berisi sedalam 30-40 cm saja.
    e. Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan dangkal untuk
    mengipur nener yang baru datang selama 1 bulan.
    f. Selain itu ada beberapa tipe tambak tradisional, misalnya tipe corong dan
    tipe taman yang dikembangkan di Sidoarjo, Jawa Timur.
    g. Pada tambak ini tidak ada pemupukan.
    2) Tambak Semi Intensif
    a. Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1-3
    ha/petakan.
    b. Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran
    (outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam
    sebelum ditebari benih, dan pemanenan.
    c. Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu (pipa)
    inlet ke arah pintu (pipa)  outlet. Dasar caren miring ke arah  outlet untuk
    memudahkan pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktu
    panen.
    d. Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran.
    e. Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm.
    f. Ada juga petani tambak yang membuat caren di sekeliling pelataran.
    3) Tambak Intensif
    a. Petakan berukuan 0,2-0,5 ha/petak, supaya pengelolaan air dan
    pengawasannya lebih mudah.
    b. Kolam/petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau dari
    tanah seperti biasa. Atau dinding dari tembok, sedangkan dasar masih
    tanah.
    c. Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan di tengah
    dan pintu panen model monik di pematang saluran buangan. Bentuk dan
    konstruksinya menyerupai tambak semi intensif bujur sangkar.
    d. Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir/kerikil. Tanggul
    biasanya dari tembok, sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak
    pencampur sebelum masuk dalam tambak.
    e. Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin,  dipasang
    mati di sudut petak.
    f. Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air.
    g. Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh penggunaan
    pompa.
    Adapun prasarana yang diperlukan dalam budidaya udang tambak meliputi:
    1) Petakan Tambak
    a. Sebaiknya dibuat dalam bentuk unit. Setiap satu unit tambak
    pengairannya berasal dari satu pintu besar, yaitu pintu air utama atau
    laban. Satu unit tambak terdiri dari tiga macam petakan: petak
    pendederan, petak glondongan (buyaran) dan petak pembesaran dengan
    perbandingan luas 1:9:90.
    b. Selain itu, juga ada petakan pembagi air, yang merupakan bagian yang
    terdalam. Dari petak pembagi, masing-masing petakan menerima bagian
    air untuk pengisiannya. Setiap petakan harus mempunyai pintu air sendiri,
    yang dinamakan pintu petakan, pintu sekunder, atau tokoan. Petakan
    yang berbentuk seperti saluran disebut juga saluran pembagi air.
    c. Setiap petakan terdiri dari caren dan pelataran.
    2) Pematang/Tanggul
    a. Ada dua macam pematang, yaitu pematang utama dan pematang antara.
    b. Pematang utama merupakan pematang keliling unit, yang melindungi unit
    yang bersangkutan dari pengaruh luar. Tingginya 0,5 m di atas
    permukaan air pasang tertinggi. Lebar bagian atasnya sekitar 2 m. Sisi
    luar dibuat miring dengan kemiringan 1:1,5. Sedangkan untuk sisi
    pematang bagian dalam kemiringannya 1:1.
    c. Pematang antara merupakan pematang yang membatasi petakan yang
    satu dengan yang lain dalam satu unit.
    d. Ukurannya tergantung keadaan setempat, misalnya: tinggi 1-2 m, lebar
    bagian atas 0,5-1,5. Sisi-sisinya dibuat miring dengan kemiringan 1:1.
    Pematang dibuat dengan menggali saluran keliling yang jaraknya dari
    pematang 1 m. Jarak tersebut biasa disebut berm.
    3) Saluran dan Pintu Air
    a. Saluran air harus cukup lebar dan dalam, tergantung keadaan setempat,
    lebarnya berkisar antara 3-10 m dan dalamnya kalau memungkinkan
    sejajar dengan permukaan air surut terrendah. Sepanjang tepiannya
    ditanami pohon bakau sebagai pelindung.
    b. Ada dua macam pintu air, yaitu pintu air utama (laban) dan pintu air
    sekunder (tokoan/pintu air petakan).
    c. Pintu air berfungsi sebagai saluran keluar masuknya air dari dan ke dalam
    tambak yang termasuk dalam satu unit.
    d. Lebar mulut pintu utama antara 0,8-1,2 m, tinggi dan panjang disesuaikan
    dengan tinggi dan lebar pematang. Dasarnya lebih rendah dari dasar
    saluran keliling,serta sejajar dengan dasar saluran pemasukan air.
    e. Bahan pembuatannya antara lain: pasangan semen, atau bahan kayu
    (kayu besi, kayu jati, kayu kelapa, kayu siwalan, dll)
    f. Setiap pintu dilengkapi dengan dua deretan papan penutup dan di
    antaranya diisi tanah yang disebut lemahan.
    g. Pintu air dilengkapi dengan saringan, yaitu saringan luar yang menghadap
    ke saluran air dan saringan dalam yang menghadap ke petakan tambak.
    Saringan terbuat dari kere bambu, dan untuk saringan dalam dilapisi
    plastik atau ijuk.
    4) Pelindung:
    a. Sebagai bahan pelindung pada pemeliharaan udang di tambak, dapat
    dipasang rumpon yang terbuat dari ranting kayu atau dari daun-daun
    kelapa kering. Pohon peneduh di sepanjang pematang juga dapat
    digunakan sebagai pelindung.
    b. Rumpon dipasang dengan jarak 6-15 m di tambak. Rumpon berfungsi
    juga untuk mencegah hanyutnya kelekap atau lumut, sehingga menumpuk
    pada salah satu sudut karena tiupan angin.
    5) Pemasangan kincir:
    a. Kincir biasanya dipasang setelah pemeliharaan 1,5-2 bulan, karena udang
    sudah cukup kuat terhadap pengadukan air.
    b. Kincir dipasang 3-4 unit/ha. Daya kelarutan O2 ke dalam air dengan
    pemutaran kincir itu mencapai 75-90%.
    6.2. Pembibitan
    1) Menyiapkan Benih (Benur)
    Benur/benih udang bisa didapat dari tempat pembenihan (Hatchery) atau
    dari alam.
    Di alam terdapat dua macam golongan benih udang windu (benur) menurut
    ukurannya, yaitu :
    a. Benih yang masih halus, yang disebut post larva.
    Terdapat di tepi-tepi pantai. Hidupnya bersifat pelagis, yaitu berenang
    dekat permukaan air. Warnanya coklat kemerahan. Panjang 9-15 mm.
    Cucuk kepala lurus atau sedikit melengkung seperti huruf S dengan
    bentuk keseluruhan seperti jet. Ekornya membentang seperti kipas.
    b. Benih yang sudah besar atau benih kasar yang disebut juvenil.
    Biasanya telah memasuki muara sungai atau terusan. Hidupnya bersifat
    benthis, yaitu suka berdiam dekat dasar perairan atau kadang menempel
    pada benda yang terendam air. Sungutnya berbelang-belang selangseling coklat dan putih atau putih dan hijau kebiruan. Badannya berwarna
    biru kehijauan atau kecoklatan sampai kehitaman. Pangkal kaki renang
    berbelang-belang kuning biru.
    Cara Penangkapan Benur:
    a. Benih yang halus ditangkap dengan menggunakan alat belabar dan seser.
    - Belabar adalah rangkaian memanjang dari ikatan-ikatan daun pisang
    kering, rumput-rumputan, merang, atau pun bahan-bahan lainnya.
    - Kegiatan penangkapan dilakukan apabila air pasang.
    - Belabar dipasang tegak lurus pantai, dikaitkan pada dua buah patok,
    sehingga terayun-ayun di permukaan air pasang.
    - Atau hanya diikatkan pada patok di salah satu ujungnya, sedang ujung
    yang lain ditarik oleh si penyeser sambil dilingkarkan mendekati ujung
    yang terikat. Setelah lingkaran cukup kecil, penyeseran dilakukan di
    sekitar belabar.
    b. Benih kasar ditangkapi dengan alat seser pula dengan cara langsung
    diseser atau dengan alat bantu rumpon-rumpon yang dibuat dari ranting
    pohon yang ditancapkan ke dasar perairan. Penyeseran dilakukan di
    sekitar rumpon.
    Pembenihan secara alami dilakukan dengan cara mengalirkan air laut ke
    dalam tambak. Biasanya dilakukan oleh petambak tradisional.
    Benih udang/benur yang didapat dari pembibitan haruslah benur yang
    bermutu baik. Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu baik yang didapat
    dari tempat pembibitan adalah:
    a. Umur dan ukuran benur harus seragam.
    b. Bila dikejutkan benur sehat akan melentik.
    c. Benur berwarna tidak pucat.
    d. Badan benur tidak bengkok dan tidak cacat.
    2) Perlakuan dan Perawatan Benih
    a. Cara pemeliharaan dengan sistem kolam terpisah
    Pemeliharaan larva yang baik adalah dengan sistem kolam terpisah, yaitu
    kolam diatomae, kolam induk, dan kolam larva dipisahkan.
    - Kolam Diatomae
    Diatomae untuk makanan larva udang yang merupakan hasil
    pemupukan adalah spesies  Chaetoceros,  Skeletonema dan
    Tetraselmis di dalam kolam volume 1000-2000 liter.
    Spesies diatomae yang agak besar diberikan kepada larva periode
    mysis, walaupun lebih menyukai zooplankton.
    - Kolam Induk
    Kolam yang berukuran 500 liter ini berisi induk udang yang
    mengandung telur yang diperoleh dari laut/nelayan. Telur biasanya
    keluar pada malam hari. Telur yang sudah dibuahi dan sudah menetas
    menjadi nauplius, dipindahkan.
    - Kolam Larva
    Kolam larva berukuran 2.000-80.000 liter. Artemia/zooplankton diambil
    dari kolam diatomae dan diberikan kepada larva udang mysis dan post
    larva (PL5-PL6).
    Artemia kering dan udang kering diberikan kepada larva periode zoa
    sampai (PL6). Larva periode PL5-PL6 dipindah ke petak buyaran
    dengan kepadatan 32-1000 ekor/m
    2
    , yang setiap kalidiberi makan
    artemia atau makanan buatan, kemudian PL20-PL30 benur dapat dijual
    atau ditebar ke dalam tambak.
    b. Cara Pengipukan/pendederan benur di petak pengipukan
    - Petak pendederan benur merupakan sebagian dari petak pembesaran
    udang (± 10% dari luas petak pembesaran) yang terletak di salah satu
    sudutnya dengan kedalaman 30-50 cm, suhu 26-31derajat C dan kadar
    garam 5-25 permil.
    - Petak terbuat dari daun kelapa atau daun nipah, agar benur yang masih
    lemah terlindung dari terik matahari atau hujan.
    - Benih yang baru datang, diaklitimasikan dulu. Benih dimasukkan dalam
    bak plastik atau bak kayu yang diisi air yang kadar garam dan suhunya
    hampir sama dengan keadaan selama pengangkutan. Kemudian
    secara berangsur-angsur air tersebut dikeluarkan dan diganti dengan
    air dari petak pendederan.
    - Kepadatan pada petak Ini 1000-3000 ekor. Pakan yang diberikan
    berupa campuran telur ayam rebus dan daging udang atau ikan yang
    dihaluskan.
    - Pakan tambahan berupa pellet udang yang dihaluskan. Pemberian
    pelet dilakukan sebanyak 10-20 % kali jumlah berat benih udang per
    hari dan diberikan pada sore hari. Berat benih halus ± 0,003 gram dan
    berat benih kasar ± 0,5-0,8 g.
    - Pellet dapat terbuat dari tepung rebon 40%, dedak halus 20 %, bungkil
    kelapa 20 %, dan tepung kanji 20%.
    - Pakan yang diperlukan: secangkir pakan untuk petak pengipukan
    /pendederan seluas 100 m2
     atau untuk 100.000 ekor benur dan
    diberikan 3-4 kali sehari.
    c. Cara Pengipukan di dalam Hapa
    - Hapa adalah kotak yang dibuat dari jaring nilon dengan mata jaring 3-5
    mm agar benur tidak dapat lolos.
    - Hapa dipasang terendam dan tidak menyentuh dasar tambak di dalam
    petak-petak tambak yang pergantian airnya mudah dilakukan, dengan
    cara mengikatnya pada tiang-tiang yang ditancamkan di dasar petak
    tambak itu. Beberapa buah hapa dapat dipasang berderet-deret pada
    suatu petak tambak.
    - Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kehendak, misalnya panjang 4-
    6 m, lebar 1-1,5 m, tinggi 0,5-1 m.
    - Kepadatan benur di dalam hapa 500-1000 ekor/m2
    - Pakan benur dapat berupa kelekap atau lumut-lumut dari petakan
    tambak di sekitarnya. Dapat juga diberi pakan buatan berupa pelet
    udang yang dihancurkan dulu menjadi serbuk.
    - Lama pemeliharaan benur dalam ipukan 2-4 minggu, sampai
    panjangnya 3-5 cm dengan persentase hidup 70-90%.
    - Jaring sebagai dinding hapa harus dibersihkan seminggu sekali.
    - Hapa sangat berguna bagi petani tambak, yaitu untuk tempat aklitimasi
    benur, atau sewaktu-waktu dipergunakan menampung ikan atau udang
    yang dikehendaki agar tetap hidup.
    d. Cara pengangkutan:
    Pengangkutan menggunakan kantong plastik:
    - Kantong plastik yang berukuran panjang 40 cm, lebar 35 cm, dan tebal
    0,008 mm, diisi air 1/3 bagian dan diisi benih 1000 ekor.
    - Kantong plastik diberi zat asam sampai menggelembung dan diikat
    dengan tali.
    - Kantong plastik tersebut dimasukkan dalam kotak kardus yang diberi
    styrofore foam sebagai penahan panas dan kantong plastik kecil yang
    berisi pecahan-pecahan es kecil yang jumlahnya 10% dari berat airnya.
    - Benih dapat diangkut pada suhu 27-30 derajat C selama 10 jam
    perjalanan dengan angka kematian 10-20%.
    Pengangkutan dengan menggunakan jerigen plastik:
    - Jerigen yang digunakan yang berukuran 20 liter.
    - Jerigen diisi air setengah bagiannya dan sebagian lagi diisi zat asam
    bertekanan lebih.
    - Jumlah benih yang dapat diangkut antara 500-700 ekor/liter. Selama 6-
    8 jam perjalanan, angka kematiannya sekitar 6%.
    - Dalam perjalanan jerigen harus ditidurkan, agar permukaannya menjadi
    luas, sehingga benurnya tidak bertumpuk.
    - Untuk menurunkan suhunya bisa menggunakan es batu.
    e. Waktu Penebaran Benur
    Sebaiknya benur ditebar di tambak pada waktu yang teduh.
    6.3. Pemeliharaan Pembesaran
    1) Pemupukan
    Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan makanan alami, yaitu:
    kelekap, lumut, plankton, dan bentos. Cara pemupukan:
    a. Untuk pertumbuhan kelekap
    - Tanah yang sudah rata dan dikeringkan ditaburi dengan dedak kasar
    sebanyak 500 kg/ha.
    - Kemudian ditaburi pupuk kandang (kotoran ayam, kerbau, kuda, dll),
    atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
    - Tambak diairi sampai 5-10 cm, dibiarkan tergenang dan menguap
    sampai kering.
    - Setelah itu tambak diairi lagi sampai 5-10 cm, dan ditaburi pupuk
    kandang atau pupuk kompos sebanyak 1000 kg/ha.
    - Pada saat itu ditambahkan pula pupuk anorganik, yaitu urea 75 kg/ha
    dan TSP (Triple Super Phosphate) 75 kg/ha.
    - Sesudah 5 hari kemudian, kelekap mulai tumbuh. Air dapat ditinggikan
    lagi secara berangsur-angsur, hingga dalamnya 40 cm di atas
    pelataran. Dan benih udang dapat dilepaskan.
    - Selama pemeliharaan, diadakan pemupukan susulan sebanyak 1-2 kali
    sebulan dengan menggunakan urea 10-25 kg/ha dan TSP 5-15 kg/ha.
    b. Untuk pertumbuhan lumut
    - Tanah yang telah dikeringkan, diisi air untuk melembabkannya,
    kemudian ditanami bibit lumut yang ditancapkan ke dalam lumpur.
    - Air dimasukkan hingga setinggi 20 cm, kemudian dipupuk dengan urea
    14 kg/ha dan TSP 8 kg/ha.
    - Air ditinggikan sampai 40 cm setelah satu minggu.
    - Mulai minggu kedua, setiap seminggu dipupuk lagi dengan urea dan
    TSP, masing-masing 10 takaran sebelumnya.
    - Lumut yang kurang pupuk akan berwarna kekuningan, sedangkan yang
    dipupuk akan berwarna hijau rumput yang segar. Lumut yang terlalu
    lebat akan berbahaya bagi udang, oleh karena itu lumut hanya
    digunakan untuk pemeliharaan udang yang dicampur dengan ikan yang
    lain.
    c. Untuk pertumbuhan Diatomae
    - Jumlah pupuk nitrogen (N) dan pupuk fosfor (P) menghendaki
    perbandingan sekitar 30:1. Apabila perbandingannya mendekati 1:1,
    yang tumbuh adalah Dinoflagellata.
    - Sebagai sumber N, pupuk yang mengandung nitrat lebih baik daripada
    pupuk yang mengandung amonium, karena dapat terlarut lebih lama
    dalam air.
    - Contoh pupuk:
    * Urea-CO(NH2)2: prosentase N=46,6.
    * Amonium sulfat-ZA-(NH4)2SO4: prosentase N=21.
    * Amonium chlorida-NH4Cl: prosentase N=25
    * Amonium nitrat-NH4NO3: prosentase N=37
    * Kalsium nitrat-Ca(NO3)2: prosentase N=17
    * Double superphosphate-Ca(H2PO4): prosentase P=26
    * Triple superphosphate-P2O5: prosentase P=39
    - Pemupukan diulangi sebanyak beberapa kali, sedikit demi sedikit setiap
    7-10 hari sekali.
    - Pemupukan pertama, digunakan 0,95 ppm N dan 0,11 ppm P. Apabila
    luas tambak 1 ha dan tinggi air rata-rata 60 cm, membutuhkan 75-150
    kg pupuk urea dan 25-50 kg TSP.
    - Pertumbuhan plankton diamati dengan secci disc. Pertumbuhan cukup
    bila pada kedalaman 30 cm, secci disc sudah kelihatan.
    - Takaran pupuk dikurangi bila secci disc tidak terlihat pada kedalaman
    25 cm. Sedangkan apabila secci disc tidak kelihatan pada kedalaman
    35 cm, maka takaran pupuk perlu ditambah.
    2) Pemberian Pakan
    Makanan untuk tiap periode kehidupan udang berbeda-beda. Makanan
    udang yang dapat digunakan dalam budidaya terdiri dari:
    a. Makanan alami:
    - Burayak tingkat nauplius, makanan dari cadangan isi kantong telurnya.
    - Burayak tingkat zoea, makanannya plankton nabati, yaitu Diatomaeae
    (Skeletonema, Navicula, Amphora, dll) dan Dinoflagellata (Tetraselmis,
    dll).
    - Burayak tingkat mysis, makanannya plankton hewani, Protozoa,
    Rotifera, (Branchionus), anak tritip (Balanus), anak kutu air (Copepoda),
    dll.
    - Burayak tingkat post larva (PL), dan udang muda (juvenil), selain
    makanan di atas juga makan Diatomaee dan Cyanophyceae yang
    tumbuh di dasar perairan (bentos), anak tiram, anak tritip, anak udanngudangan (Crustacea) lainnya, cacing annelida dan juga detritus (sisa
    hewan dan tumbuhan yang membususk).
    - Udang dewasa, makanannya daging binatang lunak atau Mollusca
    (kerang, tiram, siput), cacing Annelida, yaitut cacing Pollychaeta,
    udang-udangan, anak serangga (Chironomus), dll.
    - Dalam usaha budidaya, udang dapat makan makanan alami yang
    tumbuh di tambak, yaitu kelekap, lumut, plankton, dan bentos.
    b. Makanan Tambahan
    Makanan tambahan biasanya dibutuhkan setelah masa pemeliharaan 3
    bulan. Makanan tambahan tersebut dapat berupa:
    - Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah.
    - Dedak halus dicampur cincangan ikan rucah, ketam, siput, dan udangudangan.
    - Kulit kerbau atau sisa pemotongan ternak yang lain. Kulit kerbau
    dipotong-potong 2,5 cm
    2
    , kemudian ditusuk sate.
    - Sisa-sisa pemotongan katak.
    - Bekicot yang telah dipecahkan kulitnya.
    - Makanan anak ayam.
    - Daging kerang dan remis.
    - Trisipan dari tambak yang dikumpulkan dan dipech kulitnya.
    c. Makanan Buatan (Pelet):
    - Tepung kepala udang atau tepung ikan 20 %.
    - Dedak halus 40 %.
    - Tepung bungkil kelapa 20 %.
    - Tepung kanji 19 %.
    - Pfizer premix A atau Azuamix 1 %.
    Cara pembuatan:
    - Tepung kanji diencerkan dengan air secukupnya, lalu dipanaskan
    sampai mengental.
    - Bahan-bahan yang dicampurkan dengan kanji diaduk-aduk dan
    diremas-remas sampai merata.
    - Setelah merata, dibentuk bulat-bulat dan digiling dengan alat penggiling
    daging. Hasil gilingan dijemur sampai kering, kemudian diremas-remas
    sampai patah-patah sepanjang rata-rata 1-2 cm.
    Takaran Ransum Udang dan Cara Pemberian Pakan:
    a. Udang diberi pakan 4-6 x sehari sedikit demi sedikit.
    b. Jumlah pakan yang diberikan kepada benur 15-20% dari berat tubuhnya
    per hari.
    c. Jumlah pakan udang dewasa sekitar 5-10% berat tubuhnya/ hari.
    d. Pemberian pakan dilakukan pada sore hari lebih baik.
    3) Pemeliharaan Kolam/Tambak
    a. Penggantian Air. Pembuangan air sebaiknya melalui bagian bawah,
    karena bagian ini yang kondisinya paling buruk. Tapi apabila air tambak
    tertutup air hujan yang tawar, pembuangannya melalui lapisan atas,
    sedangkan pemasukannya melalui bagian bawah.
    b. Pengadukan secara mekanis (belum biasa dilakukan). Dengan
    pengadukan, air dapat memperoleh tambahan zat asam, atau
    tercampurnya air asin dan air tawar. Pengadukan dapat menggunakan
    mesin pengaduk, mesin perahu tempel, atau kincir angin.
    c. Penambahan bahan kimia (belum biasa dilakukan). Kekurangan zat asam,
    dapat ditambah dengan Kalium Permanganat (PK/KMnO4). Takaran 5-10
    ppm (5-10 gram/1 ton air), masih belum mampu membunuh udang. Kapur
    bakar sebanyak 200 kg/ha dapat juga untuk mengatasi O2.
    d. Penambahan volume air. Bila suhu air tinggi, penambahan jumlah volume
    air dapat dikurangi. Perlu diberi pelindung.
    e. Menghentikan pemupukan dan pemberian pakan. Pemupukan dan
    pemberian pakan dihentikan apabila udang nampak menderita dan
    tambak dalam kondisi buruk.
    f. Singkirkan ikan dan ganggang yang mati dengan menggunakan alat
    penyerok.
    g. Penambahan pemberian pakan. Udang diberi tambahan pakan apabila
    menunjukkan gejala kekurangan makan, sampai pertumbuhan makanan
    alami normal kembali.
    Perbaikan teknis yang diperlukan:
    a. Perbaikan saluran irigasi tambak untuk memungkinkan petakan-petakan
    tambak memperoleh air yang cukup kualitas dan dan kuantitasnya,
    selama masa pemeliharaan.
    b. Pompanisasi, bagi tambak-tambak di daerah yang perbedaan pasang
    surutnya rendah (kurang dari 1 m), yang setiap waktu diperlukan
    pergantian air ke dalam atau keluar tambak.
    c. Perbaikan konstruksi tambak, yang meliputi konstruksi tanggul, pintu air
    saringan masuk ke dalam tambak agar tambak tidak mudah bocor, dan
    tanggul tidak longsor.
    d. Perbaikan manajemen budidaya yang meliputi: cara pemupukan, padat
    penebaran yang optimal, pemberian pakan, cara pengelolaan air dan cara
    pemantauan terhadap pertumbuhan dan kesehatan udang.
    7. HAMA DAN PENYAKIT
    7.1. Hama
    1) Lumut
    Lumut yang pertumbuhannya berlebihan.  Pengendalian: dapat dengan
    memelihara bandeng yang berukuran 8-12 cm sebanyak 200 ekor/ha.
    2) Bangsa ketam
    Membuat lubang di pematang, sehingga dapat mengakibatkan bocoranbocoran.
    3) Udang tanah (Thalassina anomala),
    Membuat lubang di pematang.
    4) Hewan-hewan penggerek kayu pintu air
     Merusak pematang, merusak tanah dasar, dan merusak pintu air seperti
    remis penggerek (Teredo navalis), dan lain-lain.
    5) Tritip (Balanus sp.) dan tiram (Crassostrea sp.)
    Menempel pada bangunan-bangunan pintu air.
    Pengendalian hama bangsa ketam, udang tanah, hewan-hewan penggerek
    kayu pintu air sama dengan pengendalian lumut.
    Golongan pemangsa (predator), dapat memangsa udang secara langsung,
    termasuk golongan buas, antara lain:
    1) Ikan-ikan buas, seperti payus (Elops hawaiensis), kerong-kerong (Tehrapon
    tehraps), kakap (Lates calcarifer), keting (Macrones micracanthus), kuro
    (Polynemus sp.), dan lain-lain.
    2) Ketam-ketaman, antara lain adalah kepiting (Scylla serrata).
    3) Bangsa burung, seperti blekok (Ardeola ralloides speciosa), cangak (Ardea
    cinera rectirostris), pecuk cagakan (Phalacrocorax carbo sinensis), pecuk ulo
    (Anhinga rufa melanogaster), dan lain-lain.
    4) Bangsa ular, seperti ular air atau ular kadut (Cerberus rhynchops, Fordonia
    leucobalia, dan Chersidrus granulatus).
    5) Wingsang, wregul, sero, atau otter (Amblonyx cinerea  dan  Lutrogale
    perspicillata).
    Golongan penyaing (kompetitor) adalah hewan yang menyaingi udang dalam
    hidupnya, baik mengenai pangan maupun papan.
    1) Bangsa siput, seperti trisipan (Cerithidea cingulata), congcong (Telescopium
    telescopium).
    2) Ikan liar, seperti mujair (Tilapia mosambica), belanak (Mugil  spp), rekrek
    (Ambassis gymnocephalus), pernet (Aplocheilus javanicus), dan lain-lain.
    3) Ketam-ketaman, seperti Saesarma sp. dan Uca sp.
    4) Udang, yaitu udang kecil-kecil terutama jenis  Cardina denticulata, dan lainlain.
    Pengendalian:
    1) Ikan-ikan buas dapat diberantas dengan bungkil biji teh yang mengandung
    racun saponin.
    a. Bungkil biji teh adalah ampas yang dihasilkan dari biji teh yang diperas
    minyaknya dan banyak diproduksi di Cina.
    b. Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya
    dengan 150-200 kg bungkil biji teh per Ha tambak sudah cukup efektif
    mematikan ikan liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.
    c. Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadap
    udang.
    d. Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air.
    Setelah diracun dengan bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang,
    sebab residu bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.
    e. Daya racun saponin berkurang apabila digunakan pada air dengan kadar
    garam rendah. Tambak dengan kedalaman 1 meter dan kadar garam air
    tambak > 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja,
    sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha. Untuk penghematan air
    tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan
    hanya 1/3 yang seharusnya. Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi,
    sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
    f. Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00
    atau 13.00.
    g. Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung, kemudian
    direndam dalam air selama beberapa jam atau semalam. Setelah itu air
    tersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menabur
    bungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
    2) Rotenon dari akar deris (tuba).
    a. Akar deris dari alam mengandung 5-8 %o rotenon.  Akar yang masih kecil
    lebih banyak mengandung rotenon.Zat ini dapat membunuh ikan pada
    kadar 1-4 ppm, tetapi batas yang mematikan udang tidak jauh berbeda.
    b. Dalam air berkadar garam rendah, daya racunnya lebih baik/lebih kuat
    daripada yang berkadar garam tinggi.
    c. Sebelum digunakan, akar tuba dipotong kecil-kecil, kemudian direndam
    dalam dalam air selama 24 jam. Setelah itu akar ditumbuk sampai lumat,
    dimasukkan ke dalam air sambil diremas-remas sampai air berwarna putih
    susu.
    d. Dosis yang diperlukan adalah 4-6 kg/Ha tambak, apabila kedalaman air 8
    cm. Daya racun rotenon sudah hilang setelah 4 hari.
    3) Ikan liar, ikan buas, dan siput dapat juga diberantas dengan nikotin pada
    takaran 12-15 kg/Ha atau sisa-sisa tembakau dengan takaran antara 200-
    400 kg/Ha.
    a. Sisa-sisa tembakau ditebarkan di tambak sesudah tanah dasar
    dikeringkan dan kemudian diairi lagi setinggi ± 10 cm.
    b. Setelah ditebarkan, dibiarkan selama 2-3 hari, agar racun nikotinnya dapat
    membunuh hama. Sementara itu airnya dibiarkan sampai habis menguap
    selama 7 hari.
    c. Setelah itu tambak diairi lagi tanpa dicuci dulu, sebab sisa tembakau
    sudah tidak beracun lagi dan dapat berfungsi sebagai pupuk.
    4) Brestan-60 dapat digunakan untuk memberantas hama, terutama trisipan.
    a. Brestan-60 adalah semacam bahan kimia yang berupa bubuk berwarna
    krem dan hampir tidak berbau. Bahan aktifnya adalah trifenil asetat stanan
    sebanyak 60%.
    b. Takaran yang dibutuhkan adalah 1 kg/Ha, apabila kedalaman air 16-20
    cm dan kadar garamnya 28-40%. Makin dalam airnya dan makin rendah
    kadar garamnya, takaran yang dibutuhkan makin banyak.
    c. Daya racunnya lebih baik pada waktu terik matahari.
    d. Cara penggunaan:
    - Air dalam petakan disurutkan sampai  ± 10 cm. Pintu air dan tempat
    yang bocor ditutup.
    - Bubuk Brestan-60 yang telah ditakar dilarutkan dalam air secukupnya,
    kemudian dipercik-percikkan ke permukaan air.
    - Air dibiarkan menggenang selama 4-10 hari, agar siputnya mati semua.
    - Setelah itu tambak dicuci 2-3 kali, dengan memasukkan dan
    mengeluarkan air pada waktu pasang dan surut.
    5) Sevin dicampur dengan cincangan daging ikan, kemudian dibentuk bulatan,
    dapat digunakan sebagai umpan untuk meracuni kepiting.
    Karbid (Kalsium karbida) dimasukkan ke dalam lubang kepiting, disiram air
    dan kemudian. Gas asetilen yang timbul akan membunuh kepiting.
    Abu sekam yang dimasukkan ke dalam lubang kepiting, akan melekat pada
    insang dan dapat mematikan.
    6) Usaha untuk mengusir burung adalah dengan memasang pancang-pancang
    bambu atau kayu di petakan tambakan.
    7) Cara memberantas udang renik (wereng tambak): menggunakan Sumithion
    dengan dosis 0,002 mg/liter pada hari pertama dan ditambah 0,003 mg/liter
    pada hari kedua. Kadar yang dapat mematikan udang adalah 0,008 mg/liter.
    Selalu memeriksa lokasi baik siang maupun malam.
    7.2. Penyakit asal virus.
    1) Monodon Baculo Virus (MBV)
    Keberadanya tidak perlu dikhawatirkan, karena tidak berpengaruh terhadap
    kehidupan udang.  Penyebab: kondisi stres saat pemindahan post larva ke
    kolam pembesaran.
    2) Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
    Gejala: (1) udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan,
    muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di ata; (2) bila alat
    geraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam
    di bawah kolam; (3) udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulai
    timbulnya gejala tersebut. Udang penderita banyak yang mati pada saat
    moulting; (4) pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan
    dan tubuhnya berwarna putih keruh; (5) permukaan tubuhnya akan ditumbuhi
    oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur; (6) pada kulit luar terlihat nekrosis
    pada kutikula, syaraf, antena, dan pada mukosa usus depan dan tengah.
    Pengendalian: perbaikan kualitas air.
    3) Hepatopancreatic Parvo-like Virus
    Gejala: terutama menyerang hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan
    hepatopankreasnya secara mikroskopik terlihat degenerasi dan adanya
    inklusion bodies dalam se-sel organ tersebut.   Pengendalian: perbaikan
    kualitas air.
    4) Cytoplamic Reo-like Virus
    Gejala: (1) udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan air;
    (2) kematian udang di mulai pada hari 7-9 setelah penebaran benih
    (stocking) di kolam post larva umur 18 hari. Pengendalian: belum diketahui
    secara pasti, yang penting adalah perbaikan kualitas air.
    5) Ricketsiae
    Gejala: (1) udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah; (2)
    udang berwarna lebih gelap, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang
    terlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian
    tengah (mid gut); (3) adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakan
    jaringan ikat; (4) kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9
    setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25). Angka kematian naik
    pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi kematian, kemudian menurun
    sampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begitu
    seterusnya sampai udang dipanen. Pengendalian: menggunakan antibiotik
    (oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapat
    mengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun,
    kematian akan timbul lagi.
    7.3. Penyakit asal Bakteri
    1) Bakteri nekrosis
    Penyebab: (1) bakteri dari genus Vibrio; (2) merupakan infeksi sekunder dari
    infeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau lainnya.
    Gejala: (1) muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapa
    tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alat
    tambahan lainnya; (2) usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
    Pengendalian: Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, miaslnya
    furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2)
    Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta
    menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan; (3) pemeliharaan kualias air
    dan sanitasi yang baik.
    2) Bakteri Septikemia
    Penyebab: (1) Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., dan
    Pseudomonas sp.; (2) merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yan
    disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stres yang berat.
    Gejala: (1) menyerang larva dan post larva; (2) terdapat sel-sel bakteri yang
    aktif dalam  haemolymph (sistem darah udang).  Pengendalian: (1)
    pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l,
    oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l; (2) pemeliharaan kualias
    air dan sanitasi yang baik.
    7.4. Penyakit asal Parasit
    Dapat menyebabkan penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan
    terhadap infeksi virus/bakteri dan beberapa parasit dapat menyebabkan
    kemandulan (Bopyrid).
    1) Parasit cacing
    Cacing Cestoda, yaitu
    - Polypochepalus sp., bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaringan
    ikat di sepanjang syaraf bagian ventral.
    - Parachristianella monomegacantha,  berparasit dalam jaringan intertubuler hepatopankreas.
    Cacing Trematoda:  Opecoeloides sp., yang ditemukan pada dinding
    proventriculus dan usus.
    Cacing Nematoda:  Contracaecum sp.,  menyerang hepatopankreas udang
    yang hidup secara alamiah.
    2) Parasit Isopoda
    Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi udang. Parasit ini
    menempel di daerah branchial insang (persambung antara insang dengan
    tubuh udang), sehingga menghambat perkembangan gonad (sel telur) pada
    udang.
    7.5. Penyakit asal Jamur
    Menyerang udang periode larva dan post larva yang dapat mati dalam waktu 24
    jam.  Penyebab: (1) Jamur Phycomycetes yang termasuk genus Lagenedium
    dan Sirolpidium; (2) penyebarannya terjadi pada waktu pemberian pakan.
    Pengendalian: (1) pemberian malachite green (0,006-0,1 mg/l) atau trifuralin
    (0,01 pp,) 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yang
    sehat; (2) jalan filtrasi air laut untuk pembenihan; (3) pencucian telur udang
    berkali-kali dengan air laut yang bersih atau air laut yang diberi malachite green
    atau trifuralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari jamur.
    8. PANEN
    Udang yang siap panen adalah udang yang telah berumur 5-6 bulan masa
    pemeliharaan. Dengan syarat mutu yang baik, yaitu:
    1) ukurannya besar
    2) kulitnya keras, bersih, licin, bersinar dan badan tidak cacat
    3) masih dalam keadaan hidup dan segar.
    8.1. Penangkapan
    1) Penangkapan sebagian
    a. Dengan menggunakan Prayang, yang terbuat dari bambu, yang terdiri dari
    dua bagian, yaitu kere sebagai pengarah dan perangkap berbentuk
    jantung sebagai tempat jebakan. Prayang dipasang di tepi tambak,
    dengan kerenya melintang tegak lurus pematang dan perangkapnya
    berada di ujung kere. Pemasangan prayang dilakukan malam hari pada
    waktu ada pasang besar dan di atasnya diberi lampu untuk menarik
    perhatian udang. Lubang prayang dibuat 4 cm, sehingga yang
    terperangkap hanya udang besar saja. Pada lubang mulut dipasang tali
    nilon atau kawat yang melintang dengan jarak masing-masing sekitar 4
    cm.
    b. Dengan menggunakan jala lempar. Penangkapan dilakukan malam hari.
    Air tambak dikurangi sebagian untuk memudahkan penangkapan.
    Penangkapan dilakukan dengan masuk ke dalam tambak. Penangkapan
    dengan jala dapat dilakukan apabila ukuran udang dalam tambak tersebut
    seragam.
    c. Dengan menggunakan tangan kosong. Dilakukan pada siang hari, karena
    udang biasanya berdiam diri di dalam lumpur.
    2) Penangkapan total
    a. Penangkapan total dapat dilakukan dengan mengeringkan tambak.
    Pengeringan tambak dapat dilakukan dengan pompa air atau apabila tidak
    ada harus memperhatikan pasang surut air laut. Malam/dini hari
    menjelang penangkapan, air dikeluarkan dari petak tambak perlahanlahan waktu air surut. Pada tambak semi intensif, air disurutkan sampai
    caren, sehingga kedalaman air 10-20 cm.
    b. Dengan menggunakan seser besar yang mulutnya direndam di lumpur
    dasar tambak/caren, lalu didorong sambil mengangkatnya jika
    diperkirakan sudah banyak udang yang masuk dalam seser. Dan cara
    tersebut dilakukan berulang-ulang.
    c. Dengan menggunakan jala, biasanya dilakukan banyak orang.
    d. Dengan menggunakan kerei atau jaring yang lebarnya sesuai dengan
    lebar caren. Lumpur dasar tempat udang bersembunyi didorong beramairamai oleh beberapa orang yang memegangi kerei atau jaring itu, menuju
    ke depan pintu air. Di depan pintu air udang  dicegat dengan kerei lainnya.
    Udang terkumpul di kubangan dekat pintu ai, sehingga dengan mudah
    ditangkap.
    e. Dengan memasang jaring penadah yang cukup luas atau panjang di
    saluran pembuangan air. Pintu air dibuka dan diatur agar air mengalir
    perlaha-lahan, sehingga udang tidak banyak tertinggal bersembunyi
    dalam lumpur. Udang akan keluar bersama air dan tertadah dalam jaring
    yang terpasang dan dengan mudah ditangkapi dengan seser.
    f. Dengan menggunakan jaring (trawl) listrik. Jaring ini berbentuk dua buah
    kerucut. Badan kantung mempunyai bukaan persegi panjang. Mulut
    kantung yang di bawah di pasang pemberat agar dapat tenggelam di
    lumpur. Bagian atas mulut jaring diberi pelampung agar mengambang di
    permukaan air. Bagian bibir bawah mulut jaring dipasang kawat yang
    dapat dialiri listrik berkekuatan 3-12 volt. Listrik yang mengaliri kawat di
    dasar mulut jaring akan mengejutkan udang yang terkena, lalu udang
    akan meloncat dan masuk ke dalam jaring.
    8.2. Pembersihan
    Udang yang telah ditangkap dikumpulkan dan dibersihkan sampai bersih.
    Kemudian udang ditimbang dan dipilih menurut kualitas ukuran yang sama dan
    tidak cacat.
    9. PASCAPANEN
    Beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam penanganan pasca
    panen:
    1) Alat-alat yang digunakan harus bersih.
    2) Penanganan harus cepat, cermat, dan hati-hati.
    3) Hindarkan terkena sinar matahari langsung.
    4) Cucilah udang dari kotoran dan lumpur dengan air bersih.
    5) Masukkan ke dalam keranjang, ember, atau tong, dan siram dengan air
    bersih.
    6) Selalu menggunakan es batu untuk mendinginkan dan mengawetkan udang.
    7) Selain didinginkan, dapat juga direndam dalam larutan NaCl 100 ppm untuk
    mengawetkan udang pada temperatur kamar dan untuk membunuh bakteri
    pembusuk (Salmonella, Vibrio, Staphylococcus).
    8) Kelompokan menurut jenis dan ukurannya.
    10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
    10.1.Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis usaha pembesaran Udang Galah di Desa Tangkil Kecamatan
    Caringin Kabupaten Bogor. Selama 2 musim (1 tahun) pada tahun 1999 adalah
    sebagai berikut:
    1) Biaya Produksi
    a Lahan
    - Sewa lahan 2 tahun Rp.  3.200.000,-
    - Pengolahan lahan Rp.     125.000,-
    b. Bibit
    - Benur 60.000 ekor Rp. 16,- Rp.     960.000,-
    c. Pakan
    - UG 801 86,40 kg @ Rp 2.600,- Rp.     224.460,-
    - UG 802 590,40 Kg Rp. 2.400,- Rp.  1.416.960,-
    - UG 803 1.882,57 kg Rp. 2.300,- Rp.  4.329.900,-
    d. Obat-obatan dan pupuk
    - BCK 4 liter @ Rp. 12.500,- Rp        50.000,-
    - Sanponin 40 kg @ Rp 1500,- Rp.       60.000,-
    - Urea 10 kg @ Rp 2000,- Rp.       20.000,-
    - KCL 10 kg @ Rp 2.500,- RP.       25.000,-
    - Pupuk kandang 20 kg @ Rp 500,- Rp.       10.000,-
    - Kapur 100 kg @ Rp. 1000,- Rp.     100.000,-
    e. Alat
    - Timbangan 1 Unit @ Rp. 100.000,- Rp.    100.000,-
    - pH Pen 1 Unit @ Rp. 50.000,- Rp.      50.000,-
    - Jala/Jaring 2 Unit @ Rp. 25000,- Rp.      50.000,-
    - Cangkul 3 Unit @ Rp. 6.000,- Rp.      18.000,-
    - Skoop 1 Unit @ Rp. 6.000,- Rp.        6.000,-
    - Serok 3 Unit @ Rp. 4.500,- Rp.      13.500,-
    - Plastik 20 meter @ Rp. 2.000,- Rp.      40.000,-
    - Saringan 10 meter @ Rp. 2.500,- Rp.      25.000,-
    - Ember Plastik 3 unit @ Rp. 5.000,- Rp.      15.000,-
    - Keranjang 5 unit @ Rp. 5.500,- Rp.      16.500,-
    f. Tenaga kerja
    - Tenaga Tetap 12 MM @ Rp 250.000,- Rp.  1.500.000,-
    - Tenaga Tak Tetap 10 OH @ Rp 8.000,00 Rp.       80.000,-
    g. Lain-lain
    - Rekening Listrik 6 bulan @ Rp 15.000,- Rp.       90.000,-
    - Transportasi Rp.       20.000,-
    h. Biaya tak terduga 10% Rp.  1.254.532,-
    Jumlah biaya produksi Rp 12.545.320,-
    2) Pendapatan 2 musim/th:1912,3 kg @ Rp 19.000,- Rp.34.463.700,-
    3) Keuntungan per tahun/2 musim Rp.21.918.380,-
    Keuntungan per musim (6 bulan) Rp.  4.686.530,-
    4) Parameter kelayakan
    a. B/C ratio per musim 1,37
    b. Atas dasar Unit :BEP = FC/P-V 206,4 kg
    c. Atas dasar Sales : BEP = FC/1-(VC/R) Rp  3.688.540,-
    10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
    Sampai saat ini udang merupakan komoditi budidaya yang mempunyai prospek
    cukup baik, baik untuk komsumsi dalam negeri maupun komsumsi luar negeri.
    Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya permintaan ekspor untuk udang.
    11. DAFTAR PUSTAKA
    1) Brahmono. 1994. Limbah Udang Untuk Pembuatan Tepung. Dalam
    Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
    2) Darmono. 1991. Budidaya Udang Penaeus . Kanisius. Yogyakarta.
    3) Hanadi, S. 1992. Pengolahan Udang Beku. Karya Anda. Surabaya.
    4) Heruwati, E.S. dan Rahayu, S. 1994. Penanganan dan Pengelolaan Pasca
    Panen Udang unutuk Meningkatkan Mutu dan Mendapatkan Nilai Tambah.
    Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
    5) Mudjiman, A. 1987. Budidaya Udang Galah. Penebar Swadaya. Jakarta.
    6) __________ . 1988. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
    7) __________ . 1994. Udang yang Bikin Sehat. Dalam Kumpulan Kliping
    Udang II. Trubus.
    8) Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur. Kanisius.
    Yogyakarta.
    9) Purnomo. 1994. Limbah Udang Potensial untuk Industri. Dalam Kumpulan
    Kliping Udang II. Trubus.
    10) Suyanto, S.R. dan Mudjiman, A. 1999. Budidaya Udang Windu. Penebar
    Swadaya. Jakarta.
    12. KONTAK HUBUNGAN
    Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS;
    Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
    Jakarta, Maret 2000
    Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
    Editor : Kemal Prihatman
    Lele Sangkuriang (lele cepat panen)
    Sat, 08 Jan 2011 05:13:00 +0000

    BUDIDAYA LELE SANGKURIANG
    (Clarias sp.)

    Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
    Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
    Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
    Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele “Sangkuriang”.
    Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
    Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
    Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama “Lele Sangkuriang”. Induk lele Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
    Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda setempat.
    Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
    Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
    1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
    2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
    3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
    Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
    Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
    Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran. Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk “L” mencuat ke atas sesuai dengan ketinggian air kolam.
    Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
    Pelaksanaan Budidaya
    Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
    a.
    Persiapan kolam tanah (tradisional)


    Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).


    Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).


    Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.


    Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.


    Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring


    Kemudian dilakukan pengisian air kolam.


    Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
    b.
    Persiapan kolam tembok

    Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
    c.
    Penebaran Benih

    Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.

    Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
    d.
    Pemberian Pakan

    Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.
    e.
    Pemanenan

    Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
    Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
    Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut. Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
    Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan pemasangan plastik di sekeliling kolam.
    Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
    Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan bahan probiotik.
    Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
    • Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
    • Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
    • Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
    • Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
    • Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
    • Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
    • Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
    • Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
    • Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
    ANALISA USAHA
    Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
    1.
    Investasi

    a.
    Sewa lahan 1 tahun @ Rp 1.000.000,-
    =
    Rp
    1.000.000,-

    b.
    Bak kayu lapis plastik 3 unit @ Rp 500.000,-
    =
    Rp
    1.500.000,-

    c.
    Drum plastik 5 buah @ Rp 150.000,-
    =
    Rp
    750.000,-




    Rp
    3.250.000,-
    2.
    Biaya Tetap

    a.
    Penyusutan lahan Rp 1.000.000,-/1 thn
    =
    Rp
    1.000.000,-

    b.
    Penyusutan bak kayu lapis plastik Rp 1.500.000,-/2 thn
    =
    Rp
    750.000,-

    c.
    Penyusutan drum plastik Rp 750.000,-/5 thn
    =
    Rp
    150.000,-




    Rp
    1.900.000,-
    3.
    Biaya Variabel




    a.
    Pakan 4800 kg @ Rp 3700
    =
    Rp
    17.760.000,-

    b.
    Benih ukuran 5-8 cm sebanyak 25.263 ekor @ Rp 80,-
    =
    Rp
    2.021.052,63

    c.
    Obat-obatan 6 unit @ Rp 50.000,-
    =
    Rp
    300.000,-

    d.
    Alat perikanan 2 paket @ Rp 100.000,-
    =
    Rp
    200.000,-

    e.
    Tenaga kerja tetap 12 OB @ Rp 250.000,-
    =
    Rp
    3.000.000,-

    f.
    Lain-lain 12 bin @ Rp 100.000,-
    =
    Rp
    1.200.000,-




    Rp
    24.281.052,63
    4.
    Total Biaya




    Biaya Tetap + Biaya Variabel




    =
    Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63




    =
    Rp 26.181.052,63



    5.
    Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp 28.800.000,
    6.
    Pendapatan




    Produksi - (Biaya tetap + Biaya Variabel)




    =
    Rp 28.800.000,- - ( Rp 1.900.000,- + Rp 24.281.052,63)

    =
    Rp 2.418.947,37



    7.
    Break Event Point (BEP)




    Volume produksi
    =
    4.396,84 kg

    Harga produksi
    =
    Rp 5.496,05








    Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya
    Kolam Rumah
    Sat, 08 Jan 2011 04:37:00 +0000

    Kolam Di Lahan Rumah


    Membuat kolam ikan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni : cara sederhana dengan menggali tanah yang telah ditentukan dengan bangunan non permanen dan cara modern dengan membuat tanggul secara permanen. Kedua cara tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya bergantung pada keadaan lingkungan di sekitarnya, dan factor social ekonomi setempat.

    MENGENAL JENIS IKAN.

    Jenis - jenis ikan yang lazim diusahakan di kolam sederhana pada lahan pekarangan adalah : Ikan gurami, ikan tawes, ikan grass carp, ikan mujiar, ikan nila, ikan karper dan ikan lele dumbo.

    A. Ikan Gurami.

    Ikan gurami ( Osphronemus gouramy ) memiliki prospek cerah dengan harga cukup mahal. Ikan gurami dapat dibudidayakan dengan baik mulai diatas permukaan laut, dengan suhu air optimal antara 24oC – 28oC.

    Ciri - ciri ikan gurami jantan adalah sebagai berikut :
    1.    Dahinya bertombol dan berwarna kekuning - kuningan.
    2.    Kedua belah rusukbagian belakang membentuk sudut tumpul.
    3.    Semua sisik agak terbuka dan pada sirip tampak urat - urat rambut berwarna kemerah-merahan.

    Sedangkan ciri - ciri ikan gurami betina adalah sebagai berikut :
    1.    Siripnya berwarna kehitam-hitaman
    2.    Bagian perut di belakang sirip dada membesar
    3.    Umur induk yang baik antara 4 tahun sampai 5 tahun dan beratnya 2 kg.
    4.            Lama bertelur ikan gurami antara 2 hari - 3 hari. Jumlah telur antara 1.000 butir sampai 3.000 butir. Setelah 10 hari, telur tersebut menetas.

    Anak ikan gurami memakan binatang renik yang hisup sebagai periphyton, larva semut, larva rayap, bungkil kelapa, dan cincangan daun.


    B. Ikan Tawes.

    Ikan tawes (Puntius gonionotus) memiliki badan berwarna putih keperak-perakan sehingga sering disebut juga ikan " Putihan" atau "Bader putihan". Ikan tawes dapat dibudidayakan dengan baik mulai dari tepi pantai (di tambah air payau) sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, dengan suhu optimum antara 25oC – 33oC. namun ikan tawes lebih cocok dipelihara di dataran rendah. Bila diolah menjadi ikan asin, ikan tawes ternyata cukup tinggi harganya.
    Anak ikan tawes memakan ganggang bersel tunggal, zooplankton, ganggang rantai, mayas, pucuk tanaman air, dan tanaman lunak lainnya. Moncong ikan tawes kecil dan pada ujung moncong terletak mulut yang dihiasi oleh dua pasang sungut berukuran kecil.
    Bentuk badan ikan tawes memanjang pipih ke kesamping dengan bentuk punggung membesar. Sisik ikan tawes berwarna putih keperak-perakan dengan warna gelap di bagian punggung.

    C. Ikan Mujair
    Ikan mujair (Tilapia mossambica) cepat berkembang biak dan bisa hidup dimanapun, baik dataran rendah maupun dataran pegunungan, baik pada air tawar maupun air payau. Induk ikan mujair yang berumur 3,5 bulan sudah memulai bertelur sebanyak 50 butir. Satu setengah bulan berikutnya induk ikan tersebut bertelur lagi. Setiap kali bertelur jumlah telur bertambah 50 butir - 75 butir. Seekor induk dapat bertelur sampai 2.000 butir. Telur-telur tersebut biasanya disimpan di dalam mulut induknya. Penetasan telur juga terjadi di dalam mulut induknya. Setelah menetas, anak-anak ikan mujair disemburkan dari mulut induknya. Jika ada bahaya, anak-anak ikan tersebut berebut masuk kembali ke mulut induknya.
    Ikan mujair dewasa gemar makan ganggang biru, sehingga dapat membantu kita membrantas penyakit malaria, sebab ganggang biru merupakan tempat bertelur nyamuk malaria.
     
    D. Ikan Nila
    Ikan Nila (Tilapia nilotica) dibedakan menjadi dua, yakni ikan nila biasa berwarna hitam keputih-putihan dan ikan nila merah berwarna merah. Bentuk tubuh ikan nila panjang dan ramping, dengan perbandingan antara panjang badan dan tingginya adalah 3 : 1. sisik-sisik ikan nila berukuran besar dan kasar, berbentuk etonoid dengan garis-garis vertical berwarna gelap pada siripnya.
    Ikan nila betina memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
    1.    Ukuran sisik relatif lebih kecil daripada sisik ikan nila jantan
    2.    Sisik di bagian bawah dagu dan perut berwarna cerah.
    3.    Bentuk hidung dan rahang belakang agak lancip
    4.    Sirip punggung dan sirip ekor bergaris menyambung serta melingkar
    5.    bila bagian perut diurut (dipijat) tidak akan mengeluarkan cairan berwarna bening.

    Sedangkan ikan nila jantan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
    1.    Ukuran sisik libih besar daripada sisik ikan nila betina
    2.    Sisik di bagian bawah dagu dan perut berwarna gelap
    3.    Bentuk hidung dan rahang belakang melebar
    4.    Sirip punggung dan sirip ekor merupakan garis-garis yang terputus-putus.
    5.    Bila bagian perut diurut (dipijat) akan mengeluarkan atau memancarkan cairan berwarna kuning.

    Kemampuan bertelur seekor induk ikan nila antara 300 butir sampai 1.500 butir. Telur ikan nila berbentuk bulat kecil, berdiameter 2,8 mm, berwarna abu-abu sampai kekuning-kuningan, tidak lekat, tenggelam dalam air, dan dierami dalam mulut induk betina. Telur ikan nila menetas antara 4 hari - 5 hari kemudian.

    E. Ikan Karper
    Ikan Karper (Cyprinus carpio) dapat tumbuh optimal pada ketinggian sekitar 150 meter - 600 meter di atas permukaan laut, dengan suhu air antara 20oC – 25oC. ikan ini memiliki beberapa varietas, antara lain karper merah, karper sinyonya, karper punten dan karper majalaya.
    Karper merah atau ikan mas dicirikan oleh sisiknya yang berwarna kuning keemas-emasan. Bentuk badannya relatif panjang dan penampang bagian punggungnya tidak begitu pipih.


    Kolam Sederhana

    A. Pengamatan Lahan Pekarangan
               
    Pekerjaan pengamatan letak lahan pekarangan meliputi luas tanah, jenis tanah, dan lingkungan sekitarnya.

    1.   Luas tanah
    Untuk memastikan ukuran luas tanah, kita dapat mengukurnya dengan menggunakan  alat ukur berupa meteran.
    2.   Jenis Tanah
    Untuk mengetahui jenis tanah pada areal yang akan kita bangun kolam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
    a.   ambillah sebagian tanah lapisan atas dan tanah lapisan bawah, lalu masing-masing  dilumatkan dalam air. Setelah lembek dibuat genggaman dan ditekan sekuat-kuatnya. Jika meninggalkan gumpalan pasir cukup banyak, berarti tanah tersebut tergolong tanah berpasir. Akan tetapi jika hanya sedikit sisa pasirnya, berti tergolong tanah liat.
    b.   Jenis tanah yang baik untuk kolam ikan adalah tanah liat berpasir.
     
    3. Lingkungan
    Pengamatan lingkungan sekitar yang akan dibangun kolam antara lain meliputi :
    a. Sumber air : sungai, parit, mata air, dan saluran irigasi
    b. Letak pintu pemasukan dan pengeluaran air.
    c. Macam tumbuhan dan bantuan yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dibuang/disingkirkan.


    B. Penggalian tanah

    1.   Tanah diukur dan ditandai sesuai bentuk dan posisinya. Sebaiknya kolam berbentuk empat  persegi panjang. Direncanakan luas kolam sederhana di lahan pekarangan adalah 50 m2 .
    2.   Sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan, tanah mulai dicangkul sampai kedalaman 100 cm - 150 cm.
    3.   Bersamaan dengan penggalian tanah, sekaligus dibangun pematangnya. Pematang harus kokoh, berbentuk trapezium dan tidak bocor.
    4.   Dasar kolam dibuat miring antara 3 persen sampai 5 persen kearah pintu pembuangan air.
    5.   Pada dasar kolam perlu dibuatkan kemalir. Fungsi kemalir adalah untuk mempermudah penangkapan ikan pada waktu dilakukan panen.

    C. Persiapan Pemeliharaan
    1.   Bila kolam telah selesai dibuat, dilanjutkan dengan kegiatan pengapuran. Kebutuhan kapur sekitar 5 kg - 10 kg untuk kolam seluas 50 m2 .
    2.   Dasar kolam ditaburi pupuk kandang 1 kg/ m2 atau 50 kg/ 50 m2 .
    3.   Setelah diberi kapur dan pupuk kandang, dasar kolam diairi setinggi 5 cm, dan dibiarkan tergenang selama 5 hari - 7 hari hinga warna air berubah menjadi kehijau-hijauan
    4.   Akhirnya kolam diisi air sempai ketinggian 60 cm dan kini kolam tersebut siap untuk memelihara ikan.

    Penebaran Benih

    A. Syarat Benih

    Benih ikan yang baik dan sehat memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
    1. Gerakannya lincah
    2. Tidak cacat dan tidak luka di tubuhnya
    3. Tidak ada tanda-tanda terserang penyakit
    4. Besarnya kurang lebih seragam.

    B. Pengankutan Benih

    Apabila tempat pembelian benih berjarak cukup jauh maka teknik pengangkutan benih, perlu diperhatikan yakni sebagai berikut :
    1.    Kantong plastik diisi dengan air bersih sebanyak sepertiga bagian.
    2.    Benih ikan dimasukkan sedikit demi sedikit
    3.    Udara yang ada di dalam kantorng plastik dikeluarkan
    4.    Kantong plastik diisi dengan oksigen dari tabung gas hingga penuh.
    5.    Ujung kantong plastik segera diikat rapat.
    6.    Kantong plastik terebut dimasukkan ke dalam kardus.
    7.    Kardus berisi benih ikan harus diangkut karena benih ikan dalam kantong plastik  hanya bertahan hidup di perjalanan sekitar 4 jam. Waktu pengangkutan sebaiknya pagi atau malam hari.


    C. Pelepasan Benih

    1.    Sebelum benih ditebarkan, kolam sudah digenangi air selama 4 hari - 7 hari.
    2.    Setibanya di lokasi, kantong plastik berisi benih ikan langsung diapungkan dalam air kolam selama 15 - 20 menit agar terjadi penyesuaian suhu.
    3.    Air kolam dimasukakn ke dalam kantong plastik dan dibiarkan mengapung di kolam selama 5 - 10 menit.
    4.    Bila suhu sudah sesuaim pengikat kantung plastik dibuka
    5.    Selanjutnya kantong plastik tersebut diniringkan ke dalam air dan benih-benih ikan dibiarkan keluar sendiri untuk berenang.
    6.    Kepadatan benih untuk ikan nila adalah 0,5 kg - 2 kg per m2 dengan ukuran benih 50 - 70 grm per ekor.

     

     

     


    MODEL-MODEL  KOLAM BUDIDAYA IKAN



    Jenis-jenis kolam yang akan digunakan sangat tergantung kepada sistem budi daya yang akan diterapkan. Ada tiga sistem budi daya ikan yang biasa dilakukan.

    1.   Kolam Tradisional/ekstensif, kolam yang digunakan adalah kolam tanah yaitu kolam yang keseluruhan bagian kolamnya terbuat dari tanah.

    2.   Kolam Semi intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang bagian kolamnya (dinding pematang) terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah .

    3. Kolam Intensif, kolam yang digunakan adalah kolam yang keseluruhan bagian kolam terdiri dari tembok .

    Jenis-jenis kolam berdasarkan sumber air yang digunakan adalah kolam air mengalir/running water dengan sumber air berasal dari sungai atau saluran irigasi di mana pada kolam tersebut selalu terjadi aliran air yang debitnya cukup besar (50 l/detik). Kolam air tenang/ stagnant water dengan sumber air yang digunakan untuk kegiatan budi daya adalah sungai, saluran irigasi, mata air, hujan, dan lain- lain, tetapi aliran air yang masuk ke dalam kolam sangat sedikit debit airnya (0,5–5 l/detik) dan hanya berfungsi menggantikan air yang meresap dan menguap.
    Jenis-jenis kolam yang dibutuhkan untuk membudidayakan ikan berdasar-kan proses budi daya dan fungsinya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kolam antara lain kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam pemeliharaan / pembesaran, dan kolam pemberokan induk.
    Kolam pemijahan adalah kolam yang sengaja dibuat sebagai tempat perkawinan induk-induk ikan budi daya. Ukuran kolam pemijahan ikan bergantung kepada ukuran besar usaha, yaitu jumlah induk ikan yang akan dipijahkan dalam setiap kali pemijahan. Bentuk kolam pemijahan biasanya empat persegi panjang dan lebar kolam pemijahan misalnya untuk kolam pemijahan ikan mas sebaiknya tidak terlalu berbeda dengan panjang kakaban. Sebagai patokan untuk 1 kg induk ikan mas membutuhkan ukuran kolam pemijahan 3 × 1,5 m dengan kedalaman air 0,75–1,00 m.
    Kolam pemijahan sebaiknya dibuat dengan sistem pengairan yang baik yaitu mudah dikeringkan dan pada lokasi yang mempunyai air yang mengalir serta bersih. Selain itu kolam pemijahan harus tidak bocor dan bersih dari kotoran atau rumput- rumput liar .
    Kolam penetasan adalah kolam yang khusus dibuat untuk menetaskan telur ikan, sebaiknya dasar kolam penetasan terbuat dari semen atau tanah yang keras agar tidak ada lumpur yang dapat mengotori telur ikan sehingga telur menjadi buruk atau rusak. Ukuran kolam penetasan disesuaikan juga dengan skala usaha. Biasanya untuk memudahkan perawatan dan pemeliharaan larva, ukurannya 3 × 2 m atau 4 × 3 m .
    Kolam pemeliharaan benih adalah kolam yang digunakan untuk memelihara benih ikan sampai ukuran siap jual (dapat berupa benih atau ukuran konsumsi). Kolam pemeliharaan biasanya dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam pembesaran ikan. Pada kolam semi intensif atau tradisional sebaiknya tanah dasar kolam adalah tanah yang subur jika dipupuk dapat tumbuh pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan .
    Kolam pemberokan adalah kolam yang digunakan untuk menyimpan induk-induk ikan yang akan dipijahkan atau ikan yang akan dijual/diangkut ke tempat yang jauh .



    MODEL KOLAM IKAN ALTERNATIF DI GUNUNGKIDUL



    Daerah Gunungkidul biasanya kekurangan air selama musim kemarau,  air sungainya lebih banyak mengalir masuk kedalam tanah. Hal ini menyebabkan hal-hal yang berhubungan dengan masalah air menjadi kendala, termasuk masalah perikanan khususnya kolam ikan. Namun demikian, dengan teknologi terapan mulai dikembangkan kolam ikan di daerah-daerah yang ada sumur tanahnya. Sisitem yang digunakan adalah pembuatan kolam ikan dengan terpal dari plastik tebal.

     

    Berdasarkan percobaan dan pengalaman dari berbagai uji coba sistem ini bisa mengurangi sampai 0 % air  yang meresap kedalam tanah. Berkurangnya air dari kolam yang sulit dikurangi adalah karena penguapan oleh sinar matahari.Hal ini  bisa dikurangi dengan pembuatan atap dari  plastik atau kolamnya dibuat di bawah pohon yang rindang.

    Dengan cara ini penguapan air bisa dikurangi.

     

    Proses pembuatan kolam ikan dari terpal :

    1.   Langkah pertama buatlah kolam sedalam  70 cm s/d 80  cm  dengan ukuran lebar  2 meter ,panjang 4 meter atau sesuaikan dengan ukuran terpal yang ada.

    2.   Dasar kolam hasil galian ratakan tanahnya , termasuk bagian sampingnya

    3.   Siram dengan air biar tanahnya tidak keras.

    4.   Taruh terpal diatas dudukan kolam samapi terpalnya menutupi semuanya

    5.   Harap diperhatikan ,terpal jangan sampai berlobang.

    6.   Di atas terpal lapisi dengan tanah yang gembur ( agar air di atasnya tidak terasa panas serta untuk tempat kehidupan cacing dan sebagainya . Cacing  ini untuk makanan ikan

    7.   Isi kolam dengan air sampai penuh

    8.   Setelah beberapa hari ( 3 hari ) isi kolam dengan bibil lele dumbo

    9.   Beri makan lele dumbo dengan pelet ( makanan ikan ) dan juga daun-daunan ( daun pepaya muda, kangkung dsb )

    10.    Bila air berkurang ,tambahi airnya.

     

    Dengan sistim seperti ini, walaupun air terbatas maka pemeliharaan ikan ( lele dumbo) dapat dilaksanakan sekaligus untuk menambah pendapatan dan juga gizi masyarakat.

     

     

     

     


    MODEL KOLAM IKAN LELE:

    LUMUT DIMUSIM HUJAN SANGAT MEMBANTU BIBIT IKAN LELE


    Seperti halnya bayi pada umumnya, bibit ikan lele juga tergolong sangat kecil, sehingga sangat rentan terhadap perubahan cuaca. Cuaca yang sering hujan, sering kali manyebabkan kematian pada bibit ikan lele, oleh karenanya pada musim ini banyak petani yang mengeluhkan karena hasil panen ikan lelenya yang kurang bagus.

    Cara mengantisipasi hal tersebut sangatlah mudah, cukup menyiapkan kolam yang sebelumnya telah diisi air selama 1 – 2 minggu dalam kondisi diam. Tidak perlu kuatir air ini akan keruh atau kotor, karena yang kita perlukan adalah merubah warna air ini. Biasanya ekosistem air sawah menyebabkan air berubah warna, tampak kecoklatan karena air sawah. Namun karena di sekitar kolam dipenuhi dengan tumbuh – tumbuhan, menyebabkan air berubah warna menjadi hijau, atau dipenuhi dengan lumut.

    Warna air yang hijau seperti ini sangat cocok untuk bisa dipergunakan sebagai budidaya bibit lele. Tetapi jangan sampai warna hijaunya dari tumbuhan enceng gondok, karena tumbuhan jenis ini bersifat menyerap oksigen, sehingga menyebabkan ekosistem dibawahnya mati karena kekurangan oksigen.

    Kehadiran lumut di kolam air sawah melindungi bibit ikan lele dari sinar matahari dan guyuran air hujan, warna lumut yang hijau terkadang juga dihasilkan dari penambahan pupuk, berupa pupuk kandang ke dalam kolam, sebelum benih ikan lele dimasukkan.




    IKAN LELE COCOK HIDUP DI AIR KERUH



    Selama ini sebagain orang beranggapan kolam untuk perikanan yang baik adalah yang airnya jernih, sehingga terlihat jelas gerak – gerik ikannya. Sebenarnya habitat yang paling bagus untuk ikan lele adalah air yang keruh.

    Ikan lele sangat mudah dipelihara. Air yang dibutuhkan juga tidak terlalu banyak, dan ikan jenis ini memiliki kecenderungan hidup di air diam. Sawah adalah habitat yang bagus untuk ikan lele, selain tanahnya masih penuh dengan unsur hara, juga kandungan oksigennya masih cukup banyak.

    Habitat air sawah dapat membantu pertumbuhan ikan lele menjadi lebih cepat, selain itu juga dari sisi ketercukupan kandungan protein juga lebih banyak. Air sawah cukup diganti setiap 1 minggu sekali, apabila umur ikan lele kurang dari 2 minggu, tidak perlu dilakukan pergantian. Tumbuhan semak di sekitar kolam juga membantu meberikan oksigen ke dalam habitat kolam.

    Sangat mudah melakukan budidaya lele, tidak perlu biaya mahal dan perawatan ekstra, hanya dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.



    KOLAM IKAN LELE, TEMPAT MELEPAS PENAT ALTERNATIF


    Kemarin kita sudah bahas bahwa kolam ikan lele bisa di rancang sedemikian rupa sehingga bisa dijadikan tempat persinggahan sementara. Selama ini kolam ikan dikenal dekat dengan persawahan, jalan yang dilalui pun lebih banyak becek dan penuh semak – semak.
    Kali ini kita akan menambahkan tempat persinggahan, dalam mengelola kolam ikan. Istilahnya gubuk, tempat ini bisa dijadikan tempat peristirahatan setelah memberi pakan ternak pada ikan lele, atau pada saat panen, setelah selesai memanen.
    Ukuran tanah yang diperlukan tidak perlu terlalu besar, untuk ukuran 2 unit kolam ikan lele, kita bisa tambahkan 1 gubuk untuk tempat peristirahatan. Ukurannya cukup dengan 2,5m x 1,2m bisa dengan atap alang – alang atau pelepah daun, anyaman bambu ataupun dari genting.
    Gubuk ini sebaiknya diletakkan dekat dengan pintu masuk kolam, selain sebagi tempat peristirahatan, juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk memantau kondisi disekitar kolam. Tertarik untuk merubah kolam ikan anda menjadi tempat rekreasi menarik, tunggu apalagi.



    MERANCANG KOLAM LELE RAMAH LINGKUNGAN

    Selama ini perikanan khususnya ikan lele, dikenal sebagai ikan yang  jorok, karena hidupnya diair kotor, keruh dan cenderung berlumpur. Namun tahukah anda bahwa, perikana lele bisa dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi perikanan yang ramah lingkungan.
    Untuk membuat perikanan yang ramah lingkungan tidak perlu mengunakan lahan luas, sampai berhektar – hektar, cekup 600m2 atau separuhnya 300m2 kita bisa membuat kolam lele ramah lingkunagan. Kita ambil contoh 600m2 agar tersedia space yang cukup untuk membuat tempat peristirahatan.

    Sekitar 80% dari lahan dipergunakan untuk membuat kolam, berukuran 8m x 12 m, dapat menampung 10.000 – 15.000 ekor ikan lele.  Kolam kita buat dengan pondasi semen, meskipun menurut beberapa peneliatian semen menyebabkan habitat ikan lele menjadi kurang bagus, namun sebagaina ahli menyarankan untuk dibuat pondasi untuk menahan tanah disekitar agar tidak longsor, terutama saat banjir. Sisanya 5% kita pergunakan untuk membuat lumbung, tempat menaruh pakan ternak dan peralatan, kemuadian 5% lagi untuk lahan hijau, dan terakhir sisanya kita pergunakan untuk peraiaran, sanitasi dan jalan setapak.

    Untuk luasan 600m2 dapat dibuat 4 petak kolam lele, adapun bagi anda yang punya keterbatasan lahan anda bisa membuat nya dengan luas lahan 300m2, sehingga akan diperoleh 2 buah petak kolam lele.

    Untuk membuat nyaman, tambahkan tanaman hias, yang ditanam di tepi kolam, tidak perlu menggunakan pot mahal, cukup sisa semen dari pembuatan kolam. Untuk membuat kolam terlihat bersih dan hijau, bersihkan rumput disekitar kolam setiap dua minggu sekali. Jadi tidak diperlukan peralatan dan biaya yang mahal kan untuk membuat kolam lele ramah lingkungan.

    Kolam Ikan Lele


    Sebetulnya banyak bidang usaha di sekitar rumah kita,contohnya jika kita mempunyai lahan kita bisa memanfaatkannya untuk bikin kolam ikan lele konsumsi.

    Bahan-bahan yang perlu disiapkan :
    ·         Terpal A5
          Jika anda membeli terpal saya sarankan 1rol sekalian karena lebih murah dibandingkan kalau kita beli per meter.
    ·         Lem
          Gunakan lem plastik yang tahan air dan kuat,anda bisa gunakan lem Rajawali, jika anda tau yang lebih kuat bisa anda gunakan.
    ·         Pupuk TS
          Pupuk ini penggunaanya setelah semua terpal terpasang gunanya untuk menggemburkan tanah agar nanti kalau kita isi dgn air (belum ada ikannya) tidak terlalu cepat surut.

     

    TAHAP I.

     

    Persiapan pertama menentukan ukuran ( tergantung luas lahan ) kemudian tarik benang supaya bisa lurus.
    Gemburkan tanah dan campur dengan air (jangan terlalu encer ) selanjutnya buat gundukan seperi pada gambar di samping.
    Untuk ukuran kedalaman air minimal 1,2M , maximal 1,4M untuk ikan lele. Dan jika anda gunakan untuk ikan Gurami kedalaman air minimal 1.5M. Perbandingan debit air untuk ikan Lele per meter kubik air adalah 250-300 ekor dan 17-20 ekor untuk ikan Gurami.


    TAHAP II


    Setelah gundukan tampak agak kering ( jangan sampai kering karena akan mengalami kesulitan ), rapikan gundukan dengan solet. Agar tampak rapi baiknya ditarik benang kembali.
    Ratakan dasar kolam kalau perlu dibenang, kemudian buat galian di tepi dasar kolam keliling lebar ±100mm dan dalam ±150mm, gunanya untuk pemasangan terpal agar tidak mengalami kebocoran/penyusutan air yang sangat cepat. Tanah bekas galian letakkan dekat dengan galian tujuannya untuk menutup kembali galian setelah terpal dipasang agar tidak melayang tertiup angin waktu proses pemasangan.

     

    TAHAP III.

     

    Pemasangan terpal hanya samping kolam saja dan sebaiknya lebih mudah dipasang oleh 3 orang, satu diatas dan 2 di bawah. Rapikan pojok kolam dengan cara melipat terpal hingga rapi kemudian beri lem secukupnya.
    Untuk sambungan terpal bikin lipatan seperti pada lipatan kaleng, setiap lipatan harus diberi lem untuk mencegah kebocoran. Kemudian gemburkan dasar kolam dengan kedalaman ±100mm kemudian isi dengan air lalu ±50mm diatas permukaan dasar kolam lalu dipijak-pijak hingga rata.


    TAHAP IV.

     

    Setelah rata dipijak-pijak, tebarkan pupuk TS hingga rata Penebaran pupuk untuk ukuran 10Mx8M kurang lebih 0.5 sak. Biarkan semalam saja dan keesokan hari dipijak-pijak kembali. Kira-kira air tinggal sedikit ratakan dasar kolam dengan memakai kayu panjang agar terlihat rata.
    Isi air 500mm, jika terlihat surut itu karena belum ada ikannya tambah air lagi dan biarkan sampai 5 hari untuk meghilangkan busa karena pemupukan. Dan setelah 5 hari kolam siap diisi dengan benih ikan.
    Harga benih untuk ikan Lele saat ini Rp45 per ekor, harga ini tergantung pada musim dan persediaan para pedagang benih ikan Lele.



    MODEL PERAWATAN KOLAM LELE

    Di desa Gunungsari, kecamatan Beji, Pasuruan, seorang petani lele berhasil membudidaya ikan lele dengan hasil yang maksimal. Dalam kolam seluas 120m2, Pak Kayat, menebar 22000 ekor bibit lele dumbo berukuran 5cm-7cm. Sekitar 3 bulan kemudian, bibit yang mulanya hanya berbobot 90kg, saat panen menjadi 2 ton lebih.

    Dengan harga Rp.9.500 per kilogram untuk lele konsumsi, omzet yang didapat sekitar 19 juta rupiah. Dari omzet tersebut, Pak Kayat mengeruk laba bersih sekitar 9 juta sesudah dipotong biaya untuk bibit, pakan dan obat-obatan.

    Perawatan Kolam secara Tepat

    Budidaya ikan lele sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan.
    Di desa Gunungsari yang dikenal sebagai sentra budidaya lele konsumsi itu, sekitar 60 persen masyarakatnya menekuni usaha ini. Namun demikian, hanya sedikit saja yang mendapatkan hasil maksimal seperti yang diperoleh Pak Kayat. Tidak jarang, diawal-awal atau pada minggu pertama setelah penebaran, banyak bibit lele yang mati. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kondisi air kolam yang kotor, bibit kurang baik, hingga serangan penyakit. Tidak sedikit petani lele di daerah itu gagal panen karena lelenya mati semua. Kalau sudah begitu, bukan keuntungan yang didapat, tetapi jutaan rupiah akan melayang.
    Keberhasilan Pak Kayat dalam budidaya lele diawali dari persiapan kolam secara matang, kemudian pembelian bibit lele yang baik/tidak mudah sakit, hingga pemberian pakan yang cukup.
    Untuk menghindari kondisi air kolam rusak, sirkulasi air perlu diatur, terutama setelah pemberian pakan, dengan demikian air kolam akan selalu bersih dan lele tidak mudah terserang penyakit.
    Lele tergolong ikan dengan konsumsi pakan cukup besar, jika pakan kurang, maka sesama lele akan saling memangsa. Untuk itu pemberian pakan jangan sampai telat. Untuk mengirit biaya pakan, Kayat biasa memberikan limbah telur atau ayam sebagai pengganti pakan pelet yang harganya sangat mahal. Kebutuhan total pakan lele sendiri bisa mencapai 80% dari total biaya operasional.

    Apa kunci dari keberhasilan panen lele milik Pak Kayat ? Kuncinya adalah perawatan air kolam dan pemberian pakan yang cukup. Dalam perawatan air kolam, selain menggunakan cara-cara yang sudah biasa dilakukan, Pak Kayat menambahkan larutan probiotik. Probiotik yang digunakan adalah Marine Bioaquatic–disebarkan ke air kolam 2 kali seminggu.
    Marine Bioaquatic mengandung bakteri-bakteri penetralisir air kolam untuk melindungi ikan dari racun dan bakteri-bakteri penyebab penyakit. Selain itu, supaya daya tahan ikan optimal dan tidak mudah terserang penyakit, petani berusia 45 tahun ini juga memberikan Marine Biostimulant yang aplikasinya dicampurkan dengan pakan. Pemberian Biostimulan, ujarnya, ternyata berpengaruh besar terhadap percepatan pertumbuhan lele.



    Budidaya Ikan Mujair
    Fri, 07 Jan 2011 07:24:00 +0000

    Budidaya Ikan Mujair

    BUDIDAYA IKAN MUJAIR

    ( Tilapia mossambica )



    1. SEJARAH SINGKAT

    Ikan mujair merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, bentuk badan pipih dengan warna abu-abu, coklat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrika dan pertama kali di Indonesia ditemukan oleh bapak Mujair di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939. Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam/salinit as. Jenis ikan ini mempunyai kecepatan pertumbuhan yang relatif lebih cepat, tetapi setelah dewasa percepatan pertumbuhannya akan menurun. Panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah 40 cm.

    2. SENTRA PERIKANAN

    Sentra perikanan terdapat didaerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan.

    3. JENIS

    Klasifikasi ikan mujair adalah sebagai berikut:
    KelasPisces
    Sub-KelasTeleostei
    OrdoPercomorphi
    Sub-OrdoPercoidea
    FamiliCichlidae
    GenusOreochromis
    SpeciesOreochromis mossambicus
    Adapun jenis ikan mujair yang dikenal antara lain: mujair biasa, mujair merah (mujarah) atau jamerah dan mujair albino.

    4. MANFAAT

    Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

    5. PERSYARATAN LOKASI

    1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
    2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
    3. Ikan mujair dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
    4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mujair harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
    5. Ikan mujair dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mujair. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
    6. Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
    7. Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.

    6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

    6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

    6.1.1. Kolam
    Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan mujair tergantung dari sistim pemeliharaannya (sistim 1 kolam, 2 kolam dlsb).
    Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan dalam budidaya ikan mujair antara lain:
    1. Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
      Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2. Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C; kedalaman air 40-60 cm; dasar kolam sebaiknya berpasir.
    2. Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
      Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50 cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
    3. Kolam pembesaran
      Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan beberapa kolam pembesaran, yaitu:
      • Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
      • Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat digunakan dengan mata jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
      • Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.
    4. Kolam/tempat pemberokan
      Merupakan tempat pembersihan ikan sebelum dipasarkan
    6.1.2. Peralatan
    Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mujair diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (Kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan.
    Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mujair antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
    6.1.3. Persiapan Media
    Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.

    6.2. Pembibitan

    Untuk menyiapkan bibit ikan mujair yang akan dipelihara, perlu diperhatikan hal-hal penyiapan media pemeliharaan, pemilihan dan pemeliharaan induk, penetasan dan persyaratan bibit, ciri-ciri bibit dan induk unggul.
    6.2.1. Pemilihan Induk
    Ciri-ciri induk bibit mujair yang unggul adalah sebagai berikut:
    1. Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
    2. Pertumbuhannya sangat cepat.
    3. Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
    4. Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
    5. Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
    6. Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 100 gram lebih per ekornya.
    Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
      a. Betina
    • Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
    • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
    • Warna perut lebih putih.
    • Warna dagu putih.
    • Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
    • b. Jantan
    • Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
    • Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
    • Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
    • Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
    • Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
    6.2.2. Sistim Pembibitan
    Pembibitan ikan mujair dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
    1. Sistim satu kolam
      Pada sistim ini kolam pemijahan/pembenihan disatukan dengan kolam pendederan/ pemeliharaan anak. Setelah dilakukan persiapan media pembibitan, tebarkan induk jantan dan betina dengan perbandingan 1:2 atau 1:4 dengan jumlah kepadatan 2 pasang/10 meter persegi. Pamanenan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
    2. Sistim dua kolam
      Pada sistim ini proses pemijahan dan pendederan dilakukan pada kolam terpisah, dengan perbandingan luas kolam pemijahan dengan kolam pendederan adalah 1:2 atau 1:4. Dasar kolam pendederan harus lebih rendah dari dasar kolam lainnya agar aliran air cukup deras mengalir dari kolam pemijahan ke kolam pendederan. Pada pintu kedua kolam tersebut dipasang saringan kasar agar hanya anak-anak ikan saja yang dapat lewat. Jumlah dan kepadatan induk jantan dan betina yang disebarkan sama dengan sistim satu kolam.
    3. Sistim platform
      Pada sistim ini kolam dibagi dalam 4 bagian, yaitu kolam pertama sebagai tempat induk jantan dan betina bertemu atau tempat pemijahan. Kolam kedua tempat induk betina dimana disekat oleh kisi atau krei bambu dengan ukuran lubang-lubang sebesar badan induk betina sehingga hanya induk betina yang dapat lolos ke kolam kedua ini. Kolam ketiga merupakan temapt pelepasan larva dan temapat yang ke empat adalah tempat pendederan. Persiapan media dan jumlah induk yang dilepas sama dengan sistim yang pertama.
    6.3.3. Pembenihan
    Pemijahan dan penetasan ikan mujair berlangsung sepanjang tahun pada kolam pemijahan dan tidak memerlukan lingkungan pemijahan secara khusus. Hal yang perlu dilakukan adalah penyiapan media pemeliharaan seperti pengerikan pengapuran dan pemupukan. Ketinggian air di kolam dipertahankan sekitar 50 cm.
    Untuk menambah tingkat produkivitas dan kesuburan, maka diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan mujair secara komersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak 2 kali/hari yaitu pada pagi dan sore hari.
    Pemijahan akan terjadi setelah induk jantan membuat lubang sarang yang berupa cekungan di dasar kolam dengan garis tengah sekitar 10-35 cm. Begitu pembuatan sarang pemijahan selesai, segera berlangsung proses pemijahan. Setelah proses pembuahan selesai, maka telur-telur hasil pemijahan segera dikumpulkan oleh induk betina ke dalam mulutnya untuk dierami hingga menetas. Pada saat tersebut induk betina tidak aktif makan sehingga terlihat tubuhnya kurus. Telur akan menetas setelah 3-5 hari pada suhu air sekitar 25-27 derajat C. Setelah sekitar 2 minggu sejak penetasan, induk betina baru melepaskan anak-anaknya, karena telah mampu mencari makanan sendiri.
    6.3.4. Pemeliharaan Bibit
    Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mujair dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.
    Jumlah penebaran dalam kolam pendederan tergantung dari ukuran benih ikan. Benih ikan ukuran 1-3 cm, jumlah penebarannya sekitar 30-50 ekor/meter persegi, ukuran 3-5 cm jumlah penebarannya berkisar 5-10 ekor/meter persegi. Sedangkan anak ikan ukuran 5-8 cm jumlah penebarannya 2-5 ekor/meter persegi. Untuk benih yang ukuran 5-8 cm ini, sebaiknya dilakukan secara monoseks kultur, karena pada ukuran tersebut benih ikan sudah dapat dibedakan yang berjenis kelamin jantan atau betina.

    6.3. Pemeliharaan Pembesaran

    Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
    1. Polikultur
      1. ikan mujair 50%, ikan tawes 20%, dan mas 30%, atau
      2. ikan mujair 50%, ikan gurame 20% dan ikan mas 30%.
    2. MonokulturPemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.
    Pembesaran ikan mujair pun dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran 1 x 2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan mujair. Sebelum digunakan petak sawah diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.
    6.3.1. Pemupukan
    Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan dan produktivitas kolam, yaitu dengan cara merangsang pertumbuhan makanan alami sebanyak- banyaknya. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 50–700 gram/m2
    6.3.2 Pemberian Pakan
    Apabila tingkat produkivitas dan kesuburan kolam sudah semakin berkurang, maka bisa diberikan makanan tambahan dengan komposisi sebagai berikut: tepung ikan 25%, tepung kopra 10% dan dedak halus sebesar 65%. Komposisi ransum ini digunakan dalam usaha budidaya ikan munjair secara komersial. Dapat juga diberi makanan yang berupa pellet yang berkadar protein 20-30% dengan dosis 2-3% dari berat populasi per hari, diberikan sebanyak dua kali per hari yaitu pada pagi dan sore hari. Disamping itu juga kondisi pakan dalam perairan tersebut sesuai dengan dosis atau ketentuan yang ada. Yaitu selain pakan dari media dasar juga perlu diberi makanan tambahan berupa hancuran pellet atau remah dengan dosis 10% dari berat populasi per hari. Pemberiannya 2-3 kali/hari.
    6.3.3. Pemeliharaan Kolam/Tambak
    Dalam hal pemeliharaan ikan mujair yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.

    7. HAMA DAN PENYAKIT

    7.1. Hama

    1. Bebeasan (Notonecta)
      Berbahaya bagi benih karena sengatannya.
      Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
    2. Ucrit (Larva cybister)
      Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek.
      Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.
    3. Kodok
      Makan telur telur ikan.
      Pengendalian: sering membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
    4. Ular
      Menyerang benih dan ikan kecil.
      Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
    5. Lingsang
      Memakan ikan pada malam hari.
      Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
    6. Burung
      Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.
      Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.

    7.2. Penyakit

    Secara umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama pada budidaya ikan mujair:
    1. Pengeringan dasar kolam secara teratur setiap selesai panen.
    2. Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas penyakit.
    3. Hindari penebaran ikan secara berlebihan melebihi kapasitas.
    4. Sistem pemasukan air yang ideal adalah paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
    5. Pemberian pakan cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
    6. Penanganan saat panen atau pemindahan benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
    7. Binatang seperti burung, siput, ikan seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan masuk ke areal perkolaman.

    8. PANEN

    Pemanenan ikan mujair dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
    1. Panen sebagian atau panen selektif
      Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu (untuk pemanenan benih). Ukuran benih yang akan dipanen (umur 1-1,5 bulan) tergantung dari permintaan konsumen, umumnya digolongkan untuk ukuran: 1-3 cm; 3-5 cm dan 5-8 cm. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.
    2. Panen total
      Umumnya panen total dilakukan untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran. Umumnya umur ikan mujair yang dipanen berkisar antara 5 bulan dengan berat berkisar antara 30-45 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.

    9. PASCAPANEN

    Penanganan pascapanen ikan mujair dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.

    1) Penanganan ikan hidup

    Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
    1. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
    2. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
    3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.

    2) Penanganan ikan segar

    Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
    1. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
    2. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
    3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
    4. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.

    Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan benih adalah sebagai berikut:

    1. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
    2. Air yang dipakai media pengangkutan harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya. Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
    3. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
    4. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
      1. Sistem terbuka
        Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
      2. Sistem tertutup
        Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.1H2O sebanyak 9 gram.Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
        1. masukkan air bersih ke dalam kantong plastik kemudian benih;
        2. hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air;
        3. alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:1);
        4. kantong plastik lalu diikat.
        5. kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.

    Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:

    1. Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
    2. Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
    3. Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
    4. Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
    5. Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.

    10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

    10.1. Analisis Usaha Budidaya

    Perkiraan analisis usaha budidaya pembenihan ikan mujair selama 1 bulan pada tahun 1999 di daerah Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
    Analisis Usaha Budidaya
    1) Biaya Produksi

    a. Sewa kolam
    Rp. 120.000,-
    b. Benih ikan mujair4000 ekor, @ Rp.150,-Rp. 600.000,-
    c. Pakan (Dedak)8 karung @ Rp.800,-Rp. 6.400,-
    d. Obat dan pupuk

    - Kotoran ayam4 karung, @ Rp.7.000,-Rp. 28.000,-
    - Urea dan TSP10 kg, @ Rp.1.800,-Rp. 18.000,-
    - Kapur30 kg, @ Rp. 1.200,-Rp. 36.000,-
    e. Peralatan
    Rp. 96.000,-
    f. Tenaga kerja1 orang @ Rp. 7000,-Rp. 210.000,-
    g. Biaya tak terduga 10%
    Rp. 111.440,-
    Jumlah biaya produksi
    Rp.1.225.840,-
    2) Pendapatan benih ikan85%,4000 ekor @ Rp.550,-Rp.1.870.000,-
    3) Keuntungan
    Rp. 644.160,-
    4) Parameter kelayakan usahaB/C ratio11,52

    10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

    Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia.
    Disamping itu banyak potensi pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan dalam hal periizinan import.
    Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan mujair dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
    Apabila pasaran lokal ikan mujair mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mujair boleh dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.

    11. DAFTAR PUSTAKA

    1. Sugiarti, Ir. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila Penerbitan CV Simpleks (Anggota IKAPI) Jakarta.
    2. Rahardi, F. 1993. Kristiawati, Regina. Nazaruddin. Agribisnis Perikanan, Penerbit Swadaya, Jakarta.

    12. KONTAK HUBUNGAN

    Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS; Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829

    rssfeedwidget.com